3. Kok bisa!?

28 1 0
                                    

"Kuliah yang bener jangan main Mulu,"

"Nyenyenye"

Azalea menutup pintu mobil zev kasar, dia masih marah dengan kakaknya yang Cepu pada papanya tentang Noah.

Ngomong-ngomong tentang Noah kemana anak itu? Biasanya pagi-pagi begini ia sudah menunggu Azalea dengan membawa sarapan bikinan omahnya.

Azalea menggeleng pelan melupakan laki-laki itu, ia tidak ingin moodnya rusak karena memikirkannya.

"Makan yang banyak ky, abis lo revisian 1 bab penuh bisa-bisanya" Haikal menyemangati Riky yang menghabiskan semangkuk bakso di kantin, tak jauh dari Azalea duduk.

"Anjing lu kal, hoki aja lu dapat pembimbing baik, lah gue?" Riky frustasi, membuat Haikal tertawa ngakak.

"Ky keknya gue lebih ngakak deh kalau yang revisi Noah, tuh anak bener-bener di luar nalar njay kalau ngetik sembarangan aja"

"Iya njir bisa-bisanya bab 3 kemarin ia nulis tutor bikin rujak, di jewer abis dia sama Bu Yanti" Haikal mengingat kejadian kemarin tertawa geli.

Beep beep

Telfon Haikal berdering.

"Lah nih Noah telfon panjang umur tuh anak"

[Hah? Lo sakit? Bisa sakit ya ayang Noah otot kawat tulang besi nih? Yayaya gue izinin gampang]

Sekilas obrolan telfon itu terdengar di telinga Azalea, ia khawatir dengan keadaan Noah saat ini, apakah ia sakit parah?

"Udah Azalea, jangan dipikirin tuh bocah kayak gak inget kemarin dia gimana aja ke Lo" aca mengompori Azalea lagi.

Azalea mengangguk pasrah.

Seperti biasa setelah aktifitas di kampus selesai Azalea segera beranjak dari tempat duduknya, MacBook berwarna putih itu ia masukkan ke tas creamnya.

Noah terdiam melihat pantulan wajahnya di cermin, ia tampak sekali pucat hari ini, di tambah lagi ia harus setor bab skripsi ke dospemnya. Ia berjalan gontai ke lemari mengambil kaus dan segera pergi ke tukang fotokopi sore ini.

"Noah? Mau kemana? Badan kamu masih panas loh" omahnya memandang cucunya yang tampak pucat mengambil kunci motor di dekatnya yang sedang membaca majalah.

Noah menggeleng, "udah sembuh omah, ini mau ke fotokopi bentar kok" Noah mencium pipi omahnya langsung bergegas pergi.

"Woi mau kemana lu kampret! Orang mau di jengukin juga!!" Haikal berteriak di tengah jalan tak jauh dari persimpangan jalan.

"Balik kaga lu! Gue tekor bensin njir jauh-jauh kesini" Riky ikut ngotot.

Noah yang mengalah pun membelokkan motornya dan kembali kerumah, 2 motor itu menyusul di belakangnya.

"Mari di minum, maaf ya omah belum belanja bulanan ini ada cemilan seadanya" omah menaruh 4 es sirup dan beberapa kue kering di meja kamar Noah.

"Makasih omah" 4 laki-laki itu kompak.

"Ngapain lu nyet jengukin gue, dah sembuh nih" Noah melepas kausnya dan melemparnya asal.

"Nyaman banget woi kasur lo" Haikal dan Riky tiduran di kasur ber-sprei putih polos itu.

"Kuampret nih bocah kaga ada jaim-jaimnya sumpah. Yang sakit malah duduk di lantai woi" risky menyindir 2 bocah yang tiduran di kasur itu.

"Santai ky, dah biasa mereka." Sahut Noah lalu beranjak duduk di sofa cream di samping risky dan Lian yang anteng di sofa.

"Nih gue bawain roti-rotian sama camilan ngab, meskipun lu punya sendiri nih" Riky yang semula tiduran beranjak membuka kantung plastik putih logo minimarket itu.

Tentang NoahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang