5

17 7 0
                                    

Hari-hari berlalu cepat, sampai kalanya hari yang ditunggu tiba. Aku masih terlelap nyenyak diatas kasurku. Empuk dan nyaman.

Tak disangka-sangka suara fairial sukses merusak semua nya.

"BANGUN !'' Selimut dan guling kesayanganku lenyap dibawah tangan fairial.

Dengan rambut yang masih acak-acakan seperti anak regae. Aku terbangun. Setengah terduduk. Mirip medusa ketika melihat kaca.

Mataku langsung meledak ketika dilihatnya jam di dinding, sudah pukul 06:50. Padahal hari ini adalah

''UN !''

Hari istimewa. Hari krusial.
Pedal sepedaku dikayuh cepat melintasi ruang dan waktu, sepeda keranjang itu susul menyusul dengan sepeda lipat fairial.

"Kenapa gak pada bangunin aku sih !!'' Masih sempatnya aku mendumel

" Semua udah ! Cuman kamunya yang keterlaluan !''

" Kamu juga bukannya dari jam setengah tujuh gitu nyampernya !''

" Aku bangunin kamu dari jam setengah tujuh !''
Semprotnya langsung membuatku diam

Sampai tibanya didepan sekolah. Pintu gerbangnya sudah ditutup. Aku mulai ketakutan. Apa usahaku belajar sia-sia.

Aku mulai berfikir kemana-mana. Fairial tiba tiba memanjat pintu pagar seenaknya. Dan masuk ke area sekolah dengan mudahnya. Aku menganga

Haruskah aku mengikuti jejak langkahnya memanjat pagar. Sepertinya tidak dengan rok panjang ini.

Ia langsung mengambil kunci gembok yang ada ditempat satpam dan membukakan pintunya untukku, sebelumnya ia bahkan sempat memperlakukanku seperti tuan putri ketika pintu itu dibuka.

Aku kesal dengannya. Lantas aku injak saja kakinya. Dan kami berdua pun ribut lagi. Haha bercanda rial

Ternyata yang terlambat hari itu banyak, kami semua sangat berterimakasih pada fairial.

Sesampainya kami dikelas. Kami pun mengawali ujian nasional hari itu dengan doa. Tak ada yang lebih kami harapkan saat itu selain berhasil dan lulus.

###

Ketegangan menyelimuti para siswa kelas 3-A, keringat dan peluh sudah menjadi hal yang tak asing lagi bersinggah di dahi.

Mereka sibuk mengoret-oret lembar jawaban sesempurna mungkin, dan kelas pun sepi dengan terbungkamnya mulut-mulut yang biasa berceloteh itu.

Termasuk aku dan....

Fairial ?

Lelaki itu terlihat serius mengerjakannya, tegangnya sih biasa, nggak selebay dan sealay diriku yang sampai cucuran keringatnya bisa diperas satu ember.

Sang juara kelas tiap tahun, siapa lagi.

Seminggu sudah berlalu.

Hari itu aku menangis. Fairial, aku dan mereka. Kami semua lulus seratus persen.

Tak ada tangis dan luap bahagia seindah hari itu.

Lagi-lagi, fairial muncul dengan nilai tertinggi.

Kali ini aku bukan hanya iri tapi bangga kepadanya, mungkin karna ia sudah terlahir dan ditakdirkan memiliki otak jenius. Atau itu mungkin karna kepalanya yang sering dipukuli oleh ayahnya dengan botol miras?

Ahh apa-apaan aku ini, dan apa maksudku mengaitkan itu semua ?!

Ia sudah pasti lolos ke SMAN 5 aku tahu itu. Semua sangat mudah bagi fairial, anak yang selalu menjadi kebanggaan bagi orang disekitarnya
Tapi yang lolos hanya dia, aku tidak lolos karna nilai rata-rata ku tujuh.

TANGISAN LANGIT BIRU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang