13. KETAKUTAN BINTANG

9 2 0
                                    

----- FLASHBACK ----

Disuatu rumah sakit yang sedikit ramai akan kesibukan pasien dan dokter yang berlalu lalang dikoridor rumah sakit, disisi lain terlihat seorang perempuan cantik yang tengah memaki dua orang lelaki yang berada dihadapannya itu dengan kepala mereka yang menunduk dan satu perempuan lain terisak

"BAJINGAN, APA YANG UDAH KALIAN BERDUA LAKUKAN AMA DIA HAH?!"

"CEPAT JAWAB GW! APA YANG KALIAN LAKUKAN AMA DIA, BRENGSEK!!"

"..."

"JAWAB ANJING! JAWAB! KALIAN NGGAK ADA MULUT LAGI APA SETELAH APA YANG UDAH KALIAN LAKUKAN AMA DIA??"

"Maaf."

"HAH? LO BILANG MAAF SETELAH APA YANG UDAH KALIAN LAKUKAN AMA DIA, IYA?"

"NGGAK! NGGAK ANJ--"

"Cahya, udah.." Cicit perempuan lain sembari menatap cahya takut dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya

Mendengar cicitan perempuan itu, sontak membuat cahya langsung menghembuskan nafas kasarnya seolah sedang meredam amarahnya itu "Oke, baiklah! Tapi kalau terjadi sesuatu ama rainy gw nggak akan memaafkan kalian berdua atas semua ini, jadi camkan itu." Tekan cahya sembari menatap tajam kearah dua orang lelaki yang kini sudah mendongakkan kepala mereka

----- FLASHNOW -----

"Haaa~~" Walaupun kejadian itu sudah terjadi beberapa bulan yang lalu namun masih saja teringat jelas didalam benaknya akan hari gelap itu.

Ingatan yang seharusnya sudah cahya lupakan dan hilangkan dari benaknya itu kini malah kembali terlintas didalam benaknya tanpa adanya sebuah peringatan yang jelas, seolah sedang memberitahu kalau dirinya itu sangat tidak berguna sebagai seorang sahabat

Dengan sorot mata yang terus menatap jauh didepan sana serta pikiran yang terasa kosong membuat cahya menghembuskan nafas kasarnya kembali, seakan jawab yang sudah ada didepan matanya menghilang dalam sekejap mata seiring angin berhembus melewatinya

"Apa, apa yang harus gw lakukan?" Gumam cahya lirih sembari menundukkan wajahnya lelah

"Emangnya apa yang harus lo lakukan?" Tanya balik seseorang disampingnya dengan sorot mata yang penasaran

"Entahlah tapi it-- ANJING!" Seru cahya kaget dengan tangan yang seolah tertarik kemulut saat melihat bintang sudah duduk disampingnya tanpa permisi terlebih dahulu pada dirinya

Mendengar kalimat terakhir dari ucapan cahya itu, refleks membuat bintang mengangkat sebelah alisnya sembari berkata "Apa? Lo ngatain gw anjing? Wah, kayaknya mulut lo perlu disekolahin lagi deh"

"Woh, slow bang. Mulut gw emang udah kayak gini dari lahir mangkanya jadi orang tuh permisi dulu kek baru duduk jangan langsung menyelonong aja" Sindir cahya sembari membuang pandangannya kesembarang tempat dan sang empuk pun hanya memutar bola matanya dengan malas

"Tapi kayaknya rainy benci banget ya ama lo."

"!!!" Ucapan yang bagaikan sebuah panah itu kini mampu membuat bintang tersentak seolah apa yang diucapkan oleh cahya itu benar adanya namun tepat disudut hatinya ia masih berharap akan cinta rainy padanya lebih besar daripada kebencian pada dirinya itu "Iya, tapi gw harap itu nggaklah benar" gumam bintang

"... Tapi menurut lo, gw masih ada enggak kesempatan untuk kembali ama rainy?"

"Mungkin ada, namun kesempatan itu sangatlah tipis dan malahan nggak terlihat sama sekali... Karena orang itu sudah kembali dengan rasa cinta yang sama"

"? Apa maksud lo 'Orang itu sudah kembali dengan rasa cinta yang sama' emangnya siapa orang itu?"

"Ia adalah hamza, tepatnya dirga hamza. Orang yang dulu juga jatuh cinta ama rainy" Tutur cahya sembari menatap jauh didepan sana "Serta...----"

"Lalu, apakah yang lain juga tahu soal ini?"

"Ah iya, yang lain juga tahu soal ini termasuk senja sendiri"

DEG!

*

Setelah beberapa menit melewati lorong rumah sakit yang panjang itu, kini bintang pun sudah sampai didepan kamar inapnya rainy dengan perasaan yang aneh

Tidak mau tenggelam akan pikirnya, perlahan bintang pun mendorong pintu itu walaupun bayang bayang rainy akan meninggalkannya serta ucapan cahya yang bagaikan sebuah peringatan itu terus saja menghantui pikirannya seakan sedang memberikan gambaran nyata

"Rai," Mendengar panggilan itu perlahan membuat rainy menoleh kesumber suara namun disaat matanya sudah menangkap sosok yang memanggil namanya itu mendadak membuat rainy enggan untuk mengangkat suaranya.

"..." Bintang yang melihat keterdiaman dari rainy itu pun langsung melangkahkan kakinya untuk mendekati rainy yang masih terduduk diatas ranjang rumah sakit

Setelah memastikan tidak ada jarak lagi diantara mereka berdua, dengan gerakan yang cepat bintang pun langsung memeluk tubuhnya rainy yang tampak kurus itu. "!"

"Jangan terlalu deket ama dia," lirih bintang pelan namun masih bisa didengar jelas oleh rainy

Tentunya, bintang tidak mau kalau bayang bayang rainy akan meninggalkannya itu menjadi nyata dikemudikan hari karena sesungguhnya cintanya itu benar adanya bukan hanya sekedar kebohongan semata

Maka dari itu dirinya harus bertindak sebelum menjadi kenyataan, bukan?

"... Dia? Siapa dia?"

"Jangan terlalu dekat ama hamza." Jawab bintang sembari melepaskan pelukan itu dan lalu menatap rainy dengan sorot mata yang sulit diartikan

Diselang pertanyaan itu, perlahan rainy pun menundukkan kepalanya seolah sedang menatap selimut yang kini tengah menutupi kakinya dari udara yang masuk kedalam ruangan itu "Kenapa, bukankah diantara kita nggak ada hubungan ya?" Ucap rainy sembari mendongakkan kepalanya bertanya

"Nggak. Aku calon suami kamu rai dan aku juga cinta ama kamu"

"Tapi cinta tak selamanya memiliki, bi."

"Enggak, nggak rai.."

ANTARA TRAUMA DAN KESEMPATAN KEDUA (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang