“Hyunjin, ada info baru soal Stefani.”
“Info apa?”
“Sebelum ini, ternyata dia juga udah ada kasus lain. Waktu umur 9 tahun dia jadi pelaku pembunuhan orang tuanya sendiri, waktu ditanya katanya dia selalu disiksa sama kedua orang tuanya, jadi dia marah dan bunuh mereka, dan kalau dari foto barang bukti, luka-lukanya pun selalu di area vital.”
“Lo yakin gak salah orang? Stefani yang lain ini mungkin.”
“Namanya Stefani Han, kan?”
“Iya.. Tapi lo yang bener? Gue kenal dia dari kecil, gue gak inget pernah tau dia ada kasus kaya gini. Kalau tau, gue pasti udah gak temenan sama dia.”
“Demi, Jiin.. Nih, nih! Lo liat sendiri nih dokumennya!” Jisung memberikan berkas yang dia bawa kepada Hyunjin, menunjukkan file-file kasus lama Stefani.
“Dulu undang-undang hukuman buat anak kecil belum ada, jadi dia gak dipenjara. Tapi dia masuk rehabilitasi karena waktu konsul ketahuan kalau dia ngidap schizophrenia, setelah itu dia dimasukin ke panti asuhan dan gak ada info jelas lagi soal dia.”
Meskipun sulit untuk dipercaya, namun foto yang tercantum di dalam dokumen itu memang mirip seperti sosok Stefani di masa kecil dulu. Aneh, kenapa Hyunjin tidak pernah tahu ataupun ingat jika ada kejadian seperti ini?
“Terus Park Wonbin, dia ada riwayat kriminal gak?”
Jisung menggeleng. “Gak ada sih, bersih.”
“Lo yakin?”
“Yakin lah anjir, udah gue periksa dia gak ada riwayat apa-apa.”
Hyunjin mendecak, menutup dokumen dalam tangannya. Dia melirik ke jendela di belakang Han Jisung, lalu mendecak sebal. “Bangunan sebelah kapan kelarnya deh? Berisik banget.”
Jisung ikut menoleh, lalu menggendikkan bahu. “Mana gue tau, bukan gue mandornya.”
Hyunjin menghela napas berat, lalu tanpa pamit dia pergi meninggalkan Jisung sembari membawa map dokumen yang diberikan padanya tadi.
Dia ingin bertemu dengan Stefani, bertanya lebih jelas apa saja yang telah terjadi. Cerita Stefani di mobil soal Wonbin yang ada di rumahnya juga belum jelas bagi Hyunjin, karena sebelum ini pun dia sudah pernah melihat mayat Wonbin di rumah sakit pusat.
Jelas juga rasa takut yang ia lihat dari Stefani, dia tak pernah menyangka kawan kecil cerianya dulu bisa menjadi pelaku pembunuhan seperti ini.
Hyunjin terdiam, dokumen dalam tangannya jatuh ke lantai, pupil matanya bergerak panik. Tanpa banyak pikir dia berlari keluar dari sana, berteriak meminta tolong dan untuk cepat panggilkan ambulans.
Tak berselang lama, banyak yang masuk ke dalam ruangan yang sama, dengan Hyunjin yang buru-buru membuka gembok sel tempat Stefani diamankan tadi.
Dia menjadi orang pertama yang menjauhkan Stefani dari dinding, bagian kepala hingga setengah badannya sudah bersimbah darah.
Jujur, bagi Hyunjin dia tak kuat melihat pemandangan menggenaskan dan mengerikan seperti ini. Bahkan bekas darah di dinding itu jelas sekali, dia tak tahu sejak kapan, namun akan butuh tenaga yang luar biasa untuk menghancurkan setengah wajahnya hingga seperti ini.
Hyunjin tak bisa berbuat apa-apa, dia bahkan hanya pasrah waktu memeriksa denyut nadinya. Kalau waktu bisa diputar, apa dia bisa menjauhkan Stefani dari takdir seperti ini?
Hyunjin sendiri bahkan tak ingat mengapa dulu dia ingin sekali menjadi polisi. Yang pasti dia tahu, kalau ada alasan mendasar mengapa dia ingin bekerja dalam bidang ini.
• fin •
KAMU SEDANG MEMBACA
NIGHTMARE - park wonbin ✔
Mystery / ThrillerStefani yakin, sangat yakin bahwa dia sudah membunuh Wonbin. note: seluruh isi dari cerita berikut hanya fiksi! karakter dan sifat seluruhnya hanya karangan semata!