Aryo memasuki ruang redaksi sambil mengunyah cemilan yang dibawanya. Namun pemandangan tak biasa sejauh seratus meter di depan sana justru mengalihkan atensinya. Di sana di balik meja kerjanya soulmate setimnya sedang terlihat senyam-senyum sendiri sambil melihat layar ponsel.
Dengan langkah mengendap-endap, Aryo mendekati meja Sherina kemudian mengagetkannya.
"Sher..."
Sherina terlonjak mendapati Aryo yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Wajah kameramennya itu hanya dua jengkal dari wajahnya. Tapi begitu melihat Sherina mendongak kaget, Aryo bergegas menarik tubuhnya kemudian tertawa lepas.
"Gue lihat-lihat lo senyam-senyum sendiri. Kesambet penunggu Benteng Martello apa gimana nih?" tanya Aryo yang justru mendapat balasan cebikan dari Sherina.
"Suka ngasal ya Aryo kalau ngomong. Gue karetin juga tuh mulut," jawab Sherina seraya menunujuk bibir Aryo yang malah dia kerucutkan seolah Sherina benar-benar melakukan apa yang diucapkannya.
Berdebat dengan Sherina memang tak pernah menang, begitu batin Aryo.
Akan tetapi Aryo tiba-tiba bisa merasakan jika ada yang tak biasa dari rekan setimnya itu. Sejak pagi tadi Sherina tampak lebih semringah lima kali lipat dibandingkan biasanya. Senyuman tak pernah absen dari wajah cantiknya. Padahal yang Aryo tahu, Sherina sedang sangat sibuk dengan kasus Syailendra dan berbagai undangan menjadi narasumber perlindungan satwa liar terutama orang utan.
Jadi, kira-kira apakah yang bisa menjadikan Sherina terlihat begitu semringah?
Dari ujung matanya, Aryo kembali melihat Sherina menekuri layar ponselnya. Sesekali senyum mengembang di wajahnya. Jenis senyuman yang Aryo tahu jika itu adalah senyum kasmaran.
Aryo kembali mendekatkan diri ke arah Sherina. Mencoba mengintip apa yang muncul pada layar ponsel perempuan yang hari itu tampak cantik dengan setelan berwarna coklat-oranye.
Mata Aryo akhirnya menangkap dan menyadari jika yang terpampang di layar Sherina itu adalah jendela aplikasi berkirim pesan. Dengan siapa rekannya itu bertukar pesan hingga tersenyum-senyum sendiri seolah tengah dimabuk asmara?
Yang Aryo tahu, Sherina sedang tidak berkencan atau bahkan dekat dengan laki-laki manapun. Selain dirinya yang sebatas rekan kerja yang solid. Jangankan untuk berkencan, untuk medekati Sherina saja susahnya setengah mati. Perempuan itu tampak seperti lebih mencintai pekerjaannya dibanding apa pun.
Tapi kemudian Aryo ingat, jika beberapa waktu lalu ada seorang laki-laki yang berhasil menembus jarak batas tak kasat mata yang tanpa sadar Sherina ciptakan. Laki-laki itu berhasil membuat Sherina selalu tampak bahagia berbunga-bunga.
Sadam Ardiwilaga.
Ya, Sherina baru saja bertemu kembali sahabatnya semasa remajanya itu. Laki-laki tegas dan penuh wibawa yang menurut Aryo akan sangat pas jika berada di sisi Sherina. Laki-laki yang menjabat sebagai Program Manajer sebuah lembaga konservasi orang utan di Kalimantan itu tampak selalu berhasil menenangkan rekan kerjanya yang cenderung dominan namun grasa-grusu itu. Meski Aryo juga sempat mendengar jika keduanya pernah bertengkar hebat karena Sherina yang lagi-lagi tak bisa menahan sifat dominannya, tapi Aryo yakin jika Sherina akan lebih kalem dan tenang jika bersama dengan Sadam.
Tapi apa benar jika Sherina begitu gara-gara Sadam?
Aryo kembali memicingkan mata. Diam-diam mengamati nama pengirim pesan yang muncul di layar ponsel Sherina. Tapi tak disangka tiba-tiba Sherina mengubah tampilan layarnya. Perempuan itu membuka galeri, menampilkan foto-foto liburannya bersama seseorang yang tepat benar seperti dugaan Aryo.
Senyum mengembang lebar di bibir Aryo. Dan segera saja sebuah ide usil melintas di kepala cerdasnya.
"Oh... jadi gara-gara Yayang Sadam ya kenapa seharian ini tadi jurnalis terbaik NEX TV Sherina M Darmawan ini semringah terus sampai ngalah-ngalahin lighting studio," goda Aryo pada Sherina dengan menaik-naikkan kedua alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika
FanficSlice of Life Sadam and Sherina. Bagaimana mereka berdua menghadapi dan menjalani berbagai macam "Ketika" dalam hidup yang mereka jalani.