Satu bulan sebelum hari H kejutan ulang tahun Sadam.
Kantor NEX TV siang itu terlihat ramai seperti biasanya. Sherina yang baru saja keluar dari ruang editing memperhatikan keramaian itu sekilas. Siapa tahu ada tokoh penting atau kejadian menarik yang bisa dijadikan bahan liputan. Saat dia akan kembali ke meja kerjanya, melanjutkan riset tentang bakal capres dan cawapres tiba-tiba Sherina mendengar Pak Ilyas memanggil namanya.
Bergegas Sherina menuju ruangan atasannya itu. Setelah mengetuk pintu dua kali, dengan sopan Sherina masuk ke dalam. Dia melihat Pak Ilyas duduk di kursi di belakang meja kerjanya.
"Silakan duduk, Sher," ucap Pak Ilyas pada Sherina.
Sherina kemudian menarik kursi dan duduk menghadap pimpinannya itu. Menunggu dengan sabar apa yang akan disampaikannya. Sejak liputannya tentang pelepasliaran orang utan dan keberhasilannya membongkar pengoleksian satwa liar ilegal oleh pengusaha besar Syailendra, Pak Ilyas menjadi sedikit melunak pada Sherina. Keduanya semakin jarang terlihat bersitegang tentang urusan liputan. Hampir seluruh permintaan liputan yang diajukan Sherina disetujui oleh Pak Ilyas. Begitu juga sebaliknya.
"Jadi begini, Sher..." Pak Ilyas memulai penjelasannya. "Seperti yang sudah kita ketahui bersama jika liputan kamu tentang pelepasliaran orang utan sampai sekarang masih jadi trending topik baik di laman web juga Youtube kita. Dari komentar-komentar yang masuk juga sangat positif." Pak Ilyas menjeda penjelasannya. Sherina mengangguk menyetujui seluruh penjelasan atasannya itu.
"Bahkan banyak yang berkomentar meminta kita untuk lebih dalam membahas tentang orang utan, habitatnya, dan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh OUKAL untuk membantu pelestarian orang utan." Kembali Pak Ilyas menjeda penjelasannya. Namun kali ini ada sebersit senyum mengembang di sudut bibirnya. Sherina pun merasa dia tahu akan kemana arah pembicaraan ini akan bermuara dan itu membuat simpul senyumya ikut tertarik.
"Untuk itu, saya kembali menugaskan kamu dan Aryo untuk melakukan peliputan eksklusif ke Kalimantan..." Nada yang Pak Ilyas gunakan ini mengingatkan Sherina pada momen penugasannya yang lalu. Membuat Sherina secara tak sadar tersenyum lebih lebar. Dan sepertinya Pak Ilyas pun menyadari hal itu sehingga akhirnya keduanya tertawa bersama.
"Tapi saya yakin kali ini kamu tidak akan menolak seperti sebelumnya," ujar Pak Ilyas yang dibalas dengan tawa Sherina yang semakin lepas.
"Semua perizinan dan tiket sudah siap. Jadwal dan konsep peliputan juga sudah saya titipkan ke Aryo. Kalian berdua tinggal berangkat akhir bulan depan," terang Pak Ilyas mengakhiri penjelasannya.
Sherina merogoh ponsel dari saku blazernya. Membuka aplikasi kalender mengecek sekaligus memastikan agenda kegiatannya di sekitar waktu keberangkatannya ke Kalimantan.
Lalu matanya terpaku pada ikon kue ulang tahun dengan keterangan Keyayangan tanda hati merah tepat seminggu sebelum jadwal keberangkatan yang disampaikan Pak Ilyas. Melihat hal itu, Sherina jadi punya sebuah ide.
"Maaf, Pak," ucap Sherina menginterupsi Pak Ilyas yang juga terlihat sibuk dengan ponselnya. Namun mendengar suara Sherina, pria paruh baya itu lantas mendongak. "Boleh saya izin berangkat seminggu lebih cepat?"
*****
Menjelang jam makan siang, Sherina mencoba menghubungi sebuah nomor yang entah kapan tersimpan dalam ponselnya. Nomor Tika, salah satu staf OUKAL yang bekerja dalam tim Sadam saat Sherina datang meliput kesana.
Sebelum menekan tombol hijau panggilan suara, Sherina sudah mencoba mengirim hampir duapuluh pesan yang menjelaskan apa dan tujuannya menghubungi Tika. Namun hingga satu jam berlalu, Sherina belum mendapatkan balasan dari staf Sadam tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika
ФанфикSlice of Life Sadam and Sherina. Bagaimana mereka berdua menghadapi dan menjalani berbagai macam "Ketika" dalam hidup yang mereka jalani.