#4 Ketika Sherina Mimpi Buruk

401 41 40
                                    

Kabar pertunangan Aryo dengan kekasihnya menyebar cepat di kantor NEX TV Senin pagi. Meski digelar cukup privat dan hanya dihadiri keluarga dan sahabat terdekat, Aryo dan sang calon istri tidak lantas pelit membagi momen bahagia mereka tersebut.

Akibatnya hampir semua orang yang berpapasan dengan Aryo mengucapkan selamat kepadanya. Selain imbas dari liputan pelepasliaran orang utan dan pengawalan kasus Syailendra yang viral sehingga tak hanya semakin mengangkat nama Sherina tapi juga nama Aryo, laki-laki itu sebenarnya sudah dikenal sebagai pribadi yang supel dan cukup jenaka. Oleh karenanya banyak pegawai NEX TV yang mengenal dan dekat dengan Aryo.

Sherina memilih menepi ketika Aryo mendapatkan spotlight lebih. Membiarkan Aryo benar-benar menjadi tokoh utamanya. Selain itu, pilihan Sherina untuk menepi adalah sebuah langkah antisipatif sebelum dia terkena getah pertanyaan, "Kapan nyusul?"

Sejujurnya Sherina sudah kebal dengan pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Hampir setiap tahun setidaknya sekali dia akan menghadapi jenis pertanyaan serupa.

"Kapan nyusul nikah?"
"Kok masih betah aja sendiri?"
"Jangan kebanyakan kerja sampe lupa cari suami."
"Kebanyakan milih-milih ya? Makanya gak dapet-dapet jodoh."

Tiga tahun yang lalu, Sherina akan memilih untuk berdebat sengit jika mendapat pertanyaan sejenis itu, namun sekarang dia lebih memilih untuk pergi. Tak begitu menanggapi atau menghiraukan orang yang menanyakan pertanyaan yang menurutnya sudah masuk dalam urusan pribadi itu. Biasanya kata, "Doain aja ya!" akan menjadi kata pamungkas yang akan Sherina ucapkan sebelum melenggang pergi.

Namun entah mengapa sore itu tiba-tiba Sherina begitu sangat kepikiran dengan pertanyaan yang sangat dihindarinya itu. Seakan pertanyaan itu menyelinap mengendap tidak ingin pergi dari pikiraannya.

Apakah itu terpicu karena Aryo? Sosok terdekat yang ada dalam kehidupannya sekarang selain Ibu dan Ayahnya? Seharusnya jawabannya tidak. Karena saat saudara sepupunya menikah, Sherina sama sekali tidak terbebani hingga kepikiran sedalam ini.

Atau mungkin karena sekarang sudah ada Sadam juga dalam hidupnya? Kira-kira masa depan seperti apa yang akan dia dan Sadam jalani? Akankah mereka akan terus bersama hingga jenjang pertunangan bahkan pernikahan seperti selayaknya orang dewasa yang menjalin kisah romansa atau justru akan kembali berpisah seperti yang sebelumnya pernah terjadi?

Sherina begidik ngeri memikirkan kemungkinan yang kedua. Dia tidak ingin lagi masa-masa kelam ketidakhadiran Sadam dalam hidupnya terulang kembali. Benar-benar tidak ingin! Sungguh tidak ingin!

Berbicara tentang Sadam, pria itu sejak panggilan videonya akhir pekan lalu setelah acara pertunangan Aryo belum lagi memberikan kabar. Pesan yang dikirimkan Sherina terakhir dibaca pada malam harinya tanpa memberikan balasan. Hingga hari ini, hari ketiga setelah panggilan video terakhir itu tidak ada pesan atau panggilan masuk dari kontak berlabel nama 'Ke-Yayang-an' ke ponsel Sherina.

Sherina mendesah panjang. Diletakkannya kembali ponselnya ke atas meja. Beberapa kali pun dia memeriksa benda pipih itu tidak akan tiba-tiba muncul balasan pesan atau panggilan telepon/video dari Sadam. Maka dalam kondisi seperti ini Sherina hanya bisa pasrah, berpositif thinking, sekaligus berdoa semoga Sadam baik-baik saja

****

"Sher, aku minta maaf. Aku harus pergi, aku gak bisa lagi bareng-bareng sama kamu." Sadam menggenggam erat tangan Sherina tapi dengan pelan-pelan dia juga berusaha melepaskannya.

"Tapi kenapa, Dam?" tanya Sherina yang berusaha sebaliknya dari apa yang dilakukan Sadam. Mencoba semakin meraih dan menggenggam tangan besar laki-laki yang dicintainya itu.

Sadam menangkup tangan Sherina dengan tangannya yang lain. Berusaha pelan melepaskannya.

"Aku rasa kita udah gak sejalan lagi, Sher. Kita gak bisa sama-sama lagi."

KetikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang