[04] SURAT PERINTAH PENANGKAPAN RAKSASA TITAN

90 36 69
                                    

GEDUNG 10500 MIEDEFIELD.
Titik 602 Kota Ayaka, Nagashima Utara.
Agustus, 2021.

Di tengah kebingungan para pasukan Angkatan Udara, langit gelap malam yang hanya menyisakan sinar rembulan menjadi saksi bisu dari peristiwa yang membingungkan ini. Mereka berdiri di pangkalan udara, mata mereka memandang langit nan luas mencari sosok raksasa titan yang tiba-tiba menghilang. Senjata rudal yang sebelumnya mereka bidik kini terlupakan, sorotan mata mereka beralih menjadi penjelajah kehampaan yang menggema di langit yang luas. Sorotan mata yang penuh kebingungan dan ketidakpastian memeluk langit kegelapan mencari-cari keberadaan sosok yang seakan menyelinap di antara bayang-bayang nan melayang-layang. Namun, meskipun mereka berusaha keras, tak ada kepastian tentang posisi keberadaannya yang misterius.

Pada kala itu angin pun mulai berbisik di antara telinga mereka, mengusik hati nan penuh kegelisahan. Suara gemuruh angin membawa pesan-pesan tak terucapkan dari alam, menambah misteri dan kehidupan pada suasana yang tegang dan penuh ketidakpastian di pangkalan udara.

Tatkala dalam suasana yang penuh ketegangan, sebuah kejadian tak terduga mengubah arus peristiwa. Salah seorang anggota Angkatan Udara di daerah utara, terbang dengan pesawatnya melintasi langit yang luas. Di tengah perjalanan, sorot matanya menangkap pemandangan yang tak terduga: seorang pria terbaring lemas di atas rerumputan hijau, diterangi sinar bulan yang memancar. Tanpa ragu, ia memutuskan untuk merespons dengan cepat. Perlahan-lahan, pesawatnya meluncur turun membelah udara malam dengan keanggunan. Mengarahkan pesawatnya dengan hati-hati, ia berhasil mendarat di jalanan aspal yang sedikit retak. Dengan sigap, tangan dinginnya meraih Walkie Talkie. Suaranya lantang terdengar melalui alat komunikasi tersebut, "Lapor, saya melihat ada seseorang yang terkulai lemas di daerah perbukitan yang dipenuhi rerumputan!" Suaranya terdengar tegas dan penuh urgensi, menandakan bahwa bantuan segera diperlukan.

"Di mana? Ganti."

"Di titik enam ratus satu Kota Ayaka. Mari, selamatkan dia!"

Tanggap atas panggilan itu, para prajurit Angkatan Udara segera meluncur bagai angin--tiap langkah mereka adalah janji keselamatan. Mereka berlari melintasi hamparan rumput yang dipandu oleh denyut nadi harapan, menuju sosok yang terbaring tak berdaya--sekujur tubuhnya menyatu dengan alam, dihiasi embun yang lembut. Dengan setiap napas yang mereka tarik, terukir tekad untuk tidak membiarkan secercah nyawa pun hilang sia-sia di bawah langit Kota Ayaka yang luas.

Langkah kaki tergesa-gesa salah seorang anggota Angkatan Udara membawanya mendekati pria jangkung yang tergeletak tak berdaya itu. Tubuhnya merebah dalam diam yang memilukan. Lembut namun cekatan, tangannya menyusuri kontur tubuh yang luka parah itu, mencari tanda-tanda kehidupan di balik lelapnya kesadaran. Tampak darah kental berwarna merah tua mengalir deras melukis sungai-sungai kehidupan yang mengucur tak terbendung, membawa aroma anyir yang menyengat, kontras dengan kesegaran alam di sekitarnya. Setiap tetes darah yang jatuh ke bumi menandai perjuangan antara nyawa yang masih berusaha bertahan dan kenyataan yang kejam.

"Hei, bangunlah, kau masih hidup?" seru salah seorang anggota Angkatan Udara dengan suara penuh kegentingan sembari menggoyangkan bahu pria yang terbaring lemah itu. Lembut namun tergesa-gesa jemarinya mencari nadi di leher yang dingin, mencari tanda-tanda nyawa yang masih bersarang di dalamnya. "Tubuhnya terluka parah dan ia tak sadarkan diri, tapi denyut nadinya masih berdetak," lapornya dengan nada yang mencerminkan secercah harapan.

"Bawa dia ke Rumah Sakit!" tegas Komandan Angkatan Udara.

Dengan sinar harapan yang memancar dari matanya, beberapa anggota Angkatan Udara membentuk tim dengan gesit. Mereka dengan cermat mengambil tandu lipat seolah menari di atas panggung kehidupan yang penuh dengan drama kemanusiaan. Dua orang di antara mereka--dengan keanggunan yang sama seperti para penari balet--memberi aba-aba yang ditunggu-tunggu sebelum akhirnya mengangkat tubuh pria jangkung yang terkulai lemas. Dengan setiap gerakan, mereka membawa harapan dan kehidupan menorehkan jejak kemanusiaan yang indah di tengah-tengah kegelapan yang mengancam.

Chou si Manusia Raksasa Bercahaya : Polisi dan Pemadam KebakaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang