[06] INTEROGASI BRIGADIR HAN JU-WON DAN MISTERI KEBAKARAN GEDUNG

79 25 10
                                    

KANTOR BADAN INVESTIGASI NASIONAL.
Las Venturas, Provinsi Nagashima Utara.
Agustus, 2021.

Kala Ju-won diseret oleh para petugas kepolisian Kota Ayaka, pemandangan itu membuat hati Mitoma bergejolak. Menyaksikan ketidakadilan yang menimpa rekannya--tentu ia tak bisa tinggal diam. Langkah kakinya seketika bergerak cepat mendekati barisan polisi dengan tekad yang membara. Mitoma berdiri tegak menghadang jalan para petugas dengan keberanian nan terpancar dari sorot matanya. Baginya membiarkan Ju-won ditangkap begitu saja adalah sebuah penghinaan terhadap persahabatan dan keadilan yang ia junjung tinggi. "Tunggu! Apa ada bukti lengkap bahwa dia pelakunya?"

Dokter Han Se-jin tiba-tiba muncul, hadir dengan kesungguhan yang terpancar dari setiap langkahnya. Tanpa ragu ia mengajukan diri seraya menyodorkan selembar dokumen kepada Mitoma dan Jin-do. "Sidik jari yang ada di gedung kota Ayaka waktu ledakan terjadi, ini menunjukkan seratus persen milik Ju-won!" katanya. "Aku menelitinya berulang kali, mungkin saja terjadi kesalahan ataupun kemiripan pada sidik jari. Tetapi sistem tetap mendeteksi sidik jari ini milik Ju-won!"

Setelah mendengar penjelasan Se-jin, salah seorang komandan polisi dari Kota Ayaka perlahan melangkah maju mendekati sembari menatap wajah Ju-won dengan penuh perhatian. Di dada sebelah kirinya tergantung name tag yang bertuliskan 'Park Chang-woo' dengan pangkat Ajun Komisaris. Sosok itu memikul tanggung jawab besar atas bencana yang telah melanda kota Ayaka. Sorot matanya mengisyaratkan beban berat nan dipikulnya seakan mencerminkan setiap jeritan dan duka yang dirasakan penduduk kota. Langkahnya yang mantap dan penuh keyakinan seolah berusaha memberi harapan di tengah keputusasaan. "Jujur, dari dulu aku benar-benar ingin menangkapmu, Petugas Brigadir Han Ju-won!" kata Ajun Komisaris Chang-woo dengan ekspresi serius sembari menatap tajam. "Karena tidak memiliki bukti yang kuat, apakah kau benar-benar terlibat pada kasus pembunuhan."

"Kasus pembunuhan?" Mitoma yang berdiri tak jauh dari posisi Ju-won tiba-tiba terkesiap saat Ajun Komisaris itu dengan tegas mengucapkan kata 'Pembunuhan' di hadapan Ju-won. Suara kata itu menggema dalam benaknya--mengguncang ketenangan yang sebelumnya ia rasakan. Sorotan matanya penuh ketegangan, sementara udara seakan berhenti bergerak menyisakan keheningan yang mencekam. Detik-detik itu terasa abadi seolah dunia terhenti sejenak untuk merenungi kengerian yang tersirat dalam satu kata. Setiap hela napas yang diambilnya kini mengandung kepedihan membingkai wajahnya dengan bayangan kegelisahan yang sulit disembunyikan. "Hei ... Ju-won! Katakan pada mereka bahwa pembunuhan itu tidak ada sangkut pautnya denganmu!" lanjut Mitoma dengan geram.

Lantas Ju-won membalas dengan menatap tajam ke dalam mata Mitoma. Tatapannya begitu dalam hingga seakan mampu menembus relung jiwa. Matanya yang penuh determinasi itu tak menampilkan ekspresi apa pun, tetapi dalam keheningan tersebut tersembunyi kekuatan yang sulit dijelaskan. Dalam tatapan itu, tergambar campuran antara keteguhan hati dan misteri yang mengelilingi dirinya. "Sebaiknya jangan ikut campur!"

"Apa maksudmu?" balas Mitoma sembari mencengkeram kerah Ju-won dengan tangan gemetar. "JU-WON ... AKU REKANMU!" Mitoma mulai berteriak, suaranya pecah oleh emosi yang meluap.

Namun, meski teriakan itu bergema di sekitar mereka, Ju-won tetap tak menunjukkan ekspresi apa pun. Wajahnya tetap datar seakan tak terpengaruh oleh kemarahan Mitoma. Di balik ketenangan Ju-won yang misterius tersimpan rahasia nan tak terungkap menambah ketegangan di antara mereka. Keheningan yang menyusul hanya terdengar suara napas berat Mitoma, kontras dengan ketenangan Ju-won yang seakan mematung di hadapannya.

"Mengapa kau tidak menjelaskan semuanya padaku? apa kau tidak percaya denganku?" kata Mitoma geram sembari mengepalkan tangannya.

Chou si Manusia Raksasa Bercahaya : Polisi dan Pemadam KebakaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang