Perkenalkan nama saya adalah Ayuningsih tinggi badan 175cm dengan berat 60kg, saya berprofesi sebagai dokter umum di sebuah rumah sakit umum di kabupaten di kota K. Saya seorang Istri berumur 30 tahun, memiliki dua orang anak yang masih kecil2. Suami saya berumur 35 tahun, seorang kontraktor proyek kecil2an, biasa membangun ruko2 dan perumahan di berbagai kota. Sehingga suami harus sering keluar kota dan pulang seminggu sekali jika kebetulan proyeknya di kota2 yang masih tidak terlalu jauh, namun kadang jika mendapatkan proyek di kota2 yang jauh, dia pulang bisa sebulan sekali.
Buat saya itu tidak masalah besar, kami masih sering berkomunikasi melalui video call, chat atau telpon. Aktifitas sex buat saya hanyalah sebuah kewajiban. Mungkin karena kesibukan saya sehari2 yang membuat saya tidak terlalu memikirkan tentang sex.
Untuk menambah kesibukan saya membuka klinik umum sendiri di rumah, rumah kami tergolong besar untuk lingkungan kabupaten kami. Dengan luas tanah 2000m, dan luas bangunan 200m. sehingga terlihat mencolok di lingkungan kami. Satu orang asisten dokter, Dua orang art, satu orang tukang kebun dan dua orang satpam.
Klinik yang saya kelola termasuk ramai, karena tarifnya yang murah. Banyak warga dari kampung? sekitar yang datang untuk berobat keklinik saya ini, dan banyak pula yang menyunatkan anak2 mereka di klinik saya ini.
Asisten dokter (Rosa 28thn) dan dua art (Sari 25thn dan Lia 28thn) ketiganya adalah janda dan tinggal di paviliun yang ada di belakang rumah, jauh terpisah dari bangunan Utama. Sementara tukang kebun dan dua satpam pulang jika sedang tidak bertugas.
Klinik saya buka dari jam 17.00-21.00, biasanya pasien sunat akan di tempatkan diurutan terakhir antrian, sebab pasien sunat bukanlah pasien gawat yang harus ditangani segera.
Saat ini suami sedang menanganin proyek perumahan elite di pulau K, sehingga mengharuskan dia pulang sebulan sekali.
Hari ini klinik ramai sekali, kemaren klinik mendapatkan 2 anak pasien sunat. Hari ini nampaknya hanya satu anak saja pasien sunat yang datang. Seperti biasa pasien sunat kami tempatkan diurutan terakhir antrian.
Jam 21.15 semua pasien sakit telah selesai ditangani, tinggal satu anak pasien sunat.
"Anak Bayu..." panggil asisten saya yang bernama Rosa.
"Saya.." lalu berdirilah seorang anak muda yang sangat tampan berumur 20an dengan tubuh yang kekar dan tingggi badan yang mencapai 185cm.
Rosa sempat kaget
"Anak bayu nya mana pak, yang mau sunat?" tanya Rosa sambil melihat sekitar ruang tunggu yang sudah sepi.
"Saya bu, dua minggu lagi saya mau nikah dan menjadi mualaf, saya disuruh calon mertua sunat dulu sebelum nikah nanti" jawab Bayu malu2.
"Oh... Maaf sebentar ya nak Bayu, saya kedalam sebentar, duduk aja lagi dulu" jawab Rosa sambil masuk kedalam dan menutup pintu ruang praktek. Rosa berniat melaporkan dulu hal tersebut kepada bu dokter Ayu.
"Ada apa bu Rosa?"
"Begini bu Dokter, pasien sunatnya ternyata anak remaja, gimana bu Dokter?" tanya Rosa dengan mimik bingung karena baru pertama kali klinik mereka kedatangan pasien sunat dewasa.
"Oh begitu, kenapa? Suruh aja masuk, tidak apa2" jawab bu Ayu tenang, kerena pikir dia paling juga anak remaja umur 14 tahunan yang takut di sunat waktu kecil.
"Baik bu dokter" jawab Rosa langsung balik badan untuk memanggi pasien untuk masuk.
"Anak Bayu" panggil Rosa Kembali.
"Saya" jawab Bayu sambil segera bangkit lalu berjalan masuk kedalam ruang praktek.
"Silakan duduk nak Bayu" ujar Rosa sambil menunjuk bangku pasien di depan meja bu Dokter.
Sementara Ayu masih terpana dan sangat terkejut. Karena dihadapannya berdiri pemuda yang sangat tampan, tinggi dan juga terlihat sangat berotot.
"Maaf bu Dokter ini berkasnya" Rosa menyerahkan berkas data pasien ke hadapan bu Dokter.
Ayu yang terkejut, langsung berusaha bersikap senormal mungkin ketika diserahkan berkas data pasien kehadapannya. "Bayu Perkasa... Umur 19tahun.... dihadapan Bayu.
Ucap Dokter Ayu
"Iya bu Dokter" jawab Bayu malu2. Bayu merasakan mukanya tebal sekali saat ini menahan malu. Namun demi cintanya terhadap sang kekasih dia rela jadi mualaf dan harus disunat. Karena malunyalah, dia berinisiatif datang ke klinik sendirian tanpa ditemani saudara2nya ataupun teman2nya.
"Kenapa baru sunat sekarang?" tanya Dokter Ayu penasaran.
"Mau nikah bu dua minggu lagi. Disuruh calon mertua sunat dulu sebelum jadi mualaf dan nikah" jawab Bayu sambil senyam senyum menahan malu.
"Oh begitu..." Dokter Ayu sering mendengar hal ini, namun baru pertama kali dia mendapatkan pasien dewasa yang sunat kepadanya.
"Bu Rosa, tolong segera disiapkan, sudah malam ini" ujar Dokter Ayu mengagetkan Rosa yang sempat tenggelam
dalam lamunannya sendiri.
"Mari nak Bayu" ujar Rosa menyuruh Bayu mengikutinya kearah ranjang pasien.
Rosa menutup tirai pasien, setelah itu menyerahkan sebuah sarung kecil kepada Bayu.
"Dipakai sarungnya nak Bayu, dilepas semua bawahannya" ujar Rosa yang masih di liputin sedikit kegalauan dihati.
Jam sudah menunjukan pukul 21.30. Rosa pun segera mempersiapkan peralatan medis yang dibutuhkan segera.
Bersambung