Fourth Nattawat as Afian Kalendita
Gemini Norawit as Giona Mahagandhi
Milk Pansa as Delina Virga
Ohm Pawat as Dirga Mayangsari
*. : 。✿ * ゚ * .: 。 ✿ * ゚ * . : 。 ✿ *
Fian baru saja pindah ke kota barunya dan membeli rumah dekat jalan besar. Ya, semua nampak normal hanya satu yang tidak normal baginya yaitu, rumah di samping selalu gelap saat malam hari tidak pernah menyalakan lampu depan ataupun lampu rumah.
Dia tidak pernah melihat ada aktivitas di rumah tersebut kecuali melihat dua orang paruh baya setiap pagi datang dengan membawa kotak makan cukup besar lalu setelah pergi. Fian merasa aneh namun tidak pernah sekalipun bertanya kepada tetangga yang lain ataupun orang tuanya, karena tidak mau dianggap terlalu kepo mencampuri urusan orang lain.
Pagi ini dia pergi berangkat ke swalayan membeli cemilan untuknya dan teman-teman nanti malam dikarenakan malam ini Fian merencanakan pesta bersama kedua temannya, mumpung Ayah serta ibu tidak berada di rumah.
Saat sedang sibuk memilih antara membeli kacang tanah atau keripik kentang Fian tak sengaja melihat pasangan yang biasa mendatangi rumah sampingnya. Dia bingung bukankah sekarang seharusnya mereka mengunjungi rumah sepi tersebut? Kenapa sekarang tidak?
Maka ia mencoba mendekat dan memberanikan diri untuk bertanya, "Nek?" Fian ragu-ragu menggaruk kepala tidak gatal.
Wanita paruh baya tersebut menoleh memberi senyum tanpa gigi karena memang sudah habis semua. Nenek dengan tangan bergetar meraih bahu Fian dan mengelus kasar seakan memang sudah mengenal padahal ini pertama kali Fian menyapa Nenek tersebut.
Merasa canggung Fian menunduk menatap lantai dan tak lama kemudian berjongkok mengambil sesuatu yang menurutnya menganggu pengelihatan. Setelahnya dia bangkit memberikan benda yang diambilnya menunjukkan kepada Nenek tersebut.
"Ini, cincin Nenek bukan?" tanya Fian memastikan.
Dia membolak-balikkan cincin tersebut melihat dengan teliti tak sengaja pandangan mata melihat sebuah ukiran samar. Sebuah inisial huruf cantik membuat Fian tersipu manis, tidak tau mengapa telinga memerah segera memberikan kepada Nenek dan pergi tanpa permisi.
Setelah membayar di kasir dia langsung tancap gas menuju pekarangan rumah dan memarkirkan kendaraan di halaman, menaruh kresek hitam di atas meja. Fian tak berhenti disitu ia pergi masuk ke dalam kamar melihat ke arah jendela terdiam sejenak.
"Ukiran huruf G?" batin Fian membuka jendela melihat dari sana rumah suram itu.
Jendela yang ditutup gorden juga tak terlihat adanya pencahayaan dari rumah tersebut layaknya tak berpenghuni. Melamun memikirkan apa yang ada di dalam bangunan sana apakah ada seseorang?
.
.
.
.
."Fian! Rumah kok sepi?" tanya Virga memasuki pintu masuk bersamaan dengan Dirga.
Mereka berdua merupakan saudara lain ibu namun bisa dilihat hubungan keduanya sangat dekat seperti tidak ada perselisihan.
Saat pertama menginjakkan kaki di kota ini Fian bertemu keduanya di stasiun kereta yang kebetulan Dirga tengah menunggu adiknya pulang dari camping. Dan dari situlah awal sebuah hubungan pertemanan mereka dimulai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate || Oneshoot [END]
Fiksi PenggemarKumpulan cerita pendek Fourthgemini/Geminifourth. •𝙷𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚘𝚗𝚎𝚜𝚑𝚘𝚘𝚝 𝚜𝚊𝚓𝚊, 𝚔𝚎𝚔𝚗𝚢𝚊. •𝚄𝚙 𝚔𝚊𝚕𝚊𝚞 𝚊𝚍𝚊 𝚒𝚍𝚎. •𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚐𝚘𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚖𝚊𝚜𝚞𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚕. •𝟷𝟶𝟶𝟶-𝟸𝟶𝟶𝟶 𝚔𝚊𝚝𝚊 𝚍𝚘𝚊𝚗𝚐 �...