23. Circle

5 2 0
                                    

Ingat saat pertama kali masuk sekolah dahulu? Saat di mana kita sibuk untuk mengenal lingkungan baru. Mungkin, beberapa orang sudah saling mengenal sebelumnya atau malah ada yang tak mengenal satu pun manusia di sana. Semuanya sangat-sangat asing, dan dalam beberapa menit berlalu kemungkinan ada benak yang teriak minta pulang ke rumah secepatnya, hehe.

Kemudian, saat ada waktu luang, pada akhirnya semua saling beradaptasi satu sama lain. Yang tadinya sendiri jadi berdua, yang tadinya berdua jadi bertiga, yang tadinya bertiga jadi berempat, dan seterusnya demikian. Ada manusia yang wataknya lucu, ada yang pemarah, ada yang super ramah dan menyapa semua orang, ada yang pendiam, ada yang cool, ada juga yang berpenampilan kaku bak kutu buku.

Tapi, pada akhirnya setelah mengenal lama, ada juga beberapa manusia yang kenyataannya tak sesuai dengan yang dipikirkan pas awal-awal. Dulu, mikirnya tuh orang keliatan introvert sekali padahal kenyataannya paling heboh. Atau dulu mikirnya tuh orang extrovert sekali padahal kenyataannya sekarang paling cuek.

Atau yang lebih sering gini ... dulu pas liat si A sepertinya orangnya galak, eh ternyata pas udah kenal ramah sekali. Betul kata pepatah tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta, tak cinta maka tak ... apa hayoo?

Nah, part yang paling menyebalkannya adalah saat-saat mereka sudah bertemu dengan yang satu frekuensi dan memutuskan untuk membuat circle-nya masing-masing. Mulailah lautan kemunafikan bergejolak. Salah seorang dari circle A punya masalah sama salah seorang dari circle B, lalu si salah seorang dari circle A tersebut menceritakan keburukan-keburukan alias ghibahin si salah seorang dari circle B yang bermasalah sama dia tadi, dan sebaliknya pun begitu. Jadi, pastinya karena terbawa unsur-unsur negatif yang menyebabkan satu circle percaya, ya sudah pertengkaran pun tersebar luas.

Ada juga nih tim netral, gak pilih circle A dan juga gak pilih circle B. Biasanya pemikirannya lebih dewasa atau malah mager aja untuk mencari keributan. Tapi kebanyakan sih orang-orang yang seperti ini lebih sedikit diajak berkomunikasi karena dinilai kurang asik.

Back to this story.

Dari cerita-cerita yang beredar tentang Susi, dia tak masuk ke circle mana pun dan bukan tim netral juga. Dia hanyalah murid yang kebetulan bertemu dengan manusia-manusia yang bersifat kurang baik dan membuatnya menderita, dia dikucilkan dan tak bisa bergabung ke circle siapa pun, paling hanya jadi orang suruhan bak babu.

Saat Susi bunuh diri, yang seasrama dan sekelas dengannya mendadak nangis histeris paling terdepan di antara keramaian, berasa manusia paling sedih sejagat semesta. Kenyataannya, di balik itu semua mereka hanya acting belaka. Mungkin ada setitik kesedihan di benak mereka tapi hal itu tak terlalu diambil pusing, karena kehilangan sang awam tak begitu berarti bagi mereka.

Yah, suatu saat Kirea akan menumpaskan orang-orang seperti mereka di tempat ini dan berharap tak akan ada lagi sosok Susi lain di mana pun. Cukup Susi saja yang melayangkan nyawa karena larut dalam penderitaan. Hidup secara leksikal adalah tak mati, jangan mengakhiri semuanya tanpa mendapatkan apa pun yang bisa membuat kita terukir sempurna dalam sejarah.

"It will take a whileee, to make youuu smileee, somewhere in these eyes, i'm on your sideeeeeeeeeeee ...."

Kirea bernyanyi karena teramat bosan menunggu Ega yang kunjung tak keluar dari toilet sedari tadi. Sembelit-nya Ega tampaknya kian memburuk, dan itu sedikit menyusahkan Kirea dan Yunji dengan keluhannya, mereka jadi panik sendiri.

Beberapa menit berlalu, muncul juga lah si gadis berparas jelita yang keluar dari toilet yang aromanya bak kotoran manusia purba yang sudah melebihi waktu 700 tahun lamanya dan sedari abad ke-14 pun masih mengeluarkan bau yang menyengat. Kirea menutup hidungnya dan berusaha bernapas dengan mulutnya. "Gak lo siram ya, njir?"celetuknya seakan-akan tengah menuduh.

MEMANUSIAKAN MANUSIA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang