06. Tragedi Nahas

184 30 1
                                    

Konsentrasinya seperti seember kelereng yang
ditumpahkan ke lantai. Dari balik kelentikan bulu matanya, dia menatap serius pada papan tulis yang menampilkan oretan yang dibuat oleh seorang guru.

Entah kenapa di saat-saat belajar Matematika tiba-tiba saja otak primitifnya langsung berubah menjadi 6 L. Lemah, Lesu, Letih, Loyo, Letoy, Lunglay.

Dalam beberapa menit berlalu dari pelajaran ini,
yang Kirea pahami hanya cara membuat kubus dan balok dengan benar. X,Y, Pytagoras, atau apa pun itu sepertinya terlalu elite untuk masuk ke pemikirannya yang sulit.

Kirea jadi berpikir lamat-lamat. Kok bisa ada orang
yang hobi mengerjakan soal-soal matematika? Mungkin pas masih balita mereka dicekokin rumus sama orangtuanya.

Kali ini dia bersungut-sungut karena melihat seorang Ega di sampingnya yang sudah membenamkan diri pada buku-bukunya, dari kemarin Ega tidur terus. Turu for better life!

Ega benar-benar tak minat untuk mengikuti setiap
pelajaran. Ajaibnya, nilai dia tak buruk-buruk sekali, paspasan KKM.

Setengah jam berikutnya les Matematika tersebut
berganti.

Pak Tono masuk ke kelas dengan ekspreksi
menakutkan. Tangan kanannya membawa laptop dan tangan kirinya membawa penggaris panjang, siapa saja yang tak mengindahkan kegiatan belajar mengajarnya maka bersiap-siaplah terkena pukulan bertubi-tubi olehnya. Semua murid mendadak rapih dan teratur. Begitu pula Ega yang sepersekian detik kemudian membenahi dirinya.

Begitu masuk beliau langsung menyebutkan judul
besar dari pembelajaran yang akan dimulai. "Kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban."

Guru pelajaran PKN tersebut mengotak-atik
sambungan-sambungan antara infocus dan laptopnya agar para murid bisa melihat jelas materi bersama lewat pantulan alat tersebut.

"Baik, sekarang kalian baca dulu ini." Pak Tono
membiarkan muridnya membaca layar di depan dalam beberapa detik.

Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya pengingkaran
kewajiban warga negara yaitu:
1. Tingginya sikap egoisme yang dimiliki oleh setiap warga
negara.
2. Rendahnya kesadaran hukum warga negara.
3. Sikap nasionalisme dan patriotisme yang masih rendah.
4. DLL.

Kemudian, Pak Tono menjelaskan materinya. Sungguh, pelajaran PKN tak jauh sulitnya dengan Matematika. Penjelasan pak Tono malah membuat Kirea dan Ega jadi super ngantuk.

Dan sesi tanya jawab antara guru dan murid pun
dibuka. Jangan harapkan Kirea dan Ega akan membuka suara, mengerti pun mereka tidak tentang apa yang sedang dibahaas. Hanya bisa ngang-ngong-ngang-ngong.

"Kalau tidak ada yang bertanya biarkan saya yang
bertanya!"

Mereka semua mengeluh.

"Ega! Kamu dari tadi bapak liat kayak induk kucing
yang kehilangan emaknya, sedih banget," komen pak Tono yang ternyata sedari tadi memperhatikan Ega.
"Ega emang mukanya melas gitu, pak," celetuk salah
satu dari murid tersebut.

"Ega ngantuk, pak. Tadi malem dia begadang karena
mikirin ayang," sahut orang-orang di kelas itu.
Dan banyak lagi. Ega hanya bisa nyengir untuk
mengurangi rasa malu. Sepertinya alasan Ega mengantuk adalah karena keselek ilmu.

Pak Tono memukul meja milik murid di deretan paling depan karena sudah terdengar kericuhan akibat menggoda si Ega. "Diam semuanya!" Lantas mereka menurut dan ruangan kembali sunyi.

MEMANUSIAKAN MANUSIA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang