29. Neneknya, Telah Tiada

4 2 0
                                    

Ischaemia Heart Disease, atau bisa juga disebut penyakit jantung koroner yang diakibatkan oleh kurangnya suplai darah ke miokardium atau otot jantung karena penyumbatan pembuluh darah arteri koroner. Sebagai penyakit yang menjadi pembunuh nomor dua di Indonesia pada tahun 2017 dan sebanyak 29 persen kematian disebabkan oleh penyakit ini, seseorang yang terserang penyakit ini tak bisa disembuhkan, mereka memiliki gejala nyeri dada, nyeri leher dan bahu, detak jantung cepat, sesak napas, tubuh lemas, mual dan muntah, serta berkeringat, bahkan juga bisa menyerang usus.

Penyakit jantung iskemik ini merupakan suatu kondisi di mana terjadi penurunan aliran darah dan oksigen ke otot jantung. Ketika arteri menyempit, maka akan lebih sedikit darah dan oksigen yang mencapai otot jantung. Akhirnya, kondisi ini akan menyebabkan serangan jantung dan berujung pada kematian.

Dan hari ini, nenek Kirea dinyatakan meninggal dunia karena menderita jantung iskemik tersebut.

Di pemakaman neneknya, Kirea menjerit sekencang-kencangnya sembari menangis tersedu-sedu. Neneknya pergi tanpa mengucap pamit sepatah kata pun padanya dan itu membuat hati kecilnya terasa teriris sekali, apa lagi di dunia ini satu-satunya keluarga yang Kirea punya adalah neneknya itu. Sekarang, Kirea tak punya siapa-siapa lagi.

Semua orang yang hadir berusaha menenangkannya dan memberikan kekuatan agar Kirea dilapangkan hatinya untuk bersabar. Tapi, hal itu tak berpengaruh apa pun padanya, dia berada di ambang penderitaan yang tak tahu harus bagaimana cara mengatasinya. Tangannya bak sedang menggali kembali tanah kuburan yang nyatanya tak bergeming sedikit pun alias sia-sia. Kalian pernah tidak kehilangan seseorang yang terdekat dengan kalian? Meski semasa hidupnya mungkin dia menyebalkan tapi tetap saja kalian menyayanginya.

Padahal harusnya nenek saat ini sedang memujinya karena berhasil mendapatkan apa yang telah diperintahkan sebelumnya, harusnya saat ini nenek mencium keningnya dan memeluk tubuh Kirea erat, harusnya hari ini Kirea menyaksikan raut wajah bangga nenek untuk dirinya pertama kali seumur hidup, harusnya Kirea membahagiakan nenek lebih cepat dari pada ini. tapi mau bagaimana lagi, pada akhirnya semua manusia akan kembali pada-Nya.

Bahkan terakhir kali Kirea menghadap pada sang nenek, dia bersikap seolah-olah menjadi manusia paling menderita satu semesta, dia tak sadar bahwa yang dilakukan neneknya adalah suatu hal yang baik untuk dirinya sendiri.

Terkadang setelah kehilangan, baru lah manusia sadar betapa merasa menyesalnya karena tak punya komunikasi yang baik sebelum datang perpisahan.

Sekarang, rasanya berevolusi semakin brutal bak memeras jeruk nipis di atas luka.

Seperti nyanyian perpisahan yang kerap kali kita dengar.

Baru kita sadar, bahwa kita harus berpisah.

***

Sehari setelah kematian neneknya, Kirea berusaha untuk menahan diri agar tak terlarut dalam kesedihan.

Rumah kini menjadi sangat sepi dan suram. Kalau biasanya dahulu di pagi hari alarm suara nenek terdengar menggema di sepanjang ruangan sampai Kirea terbangun, kini tak ada lagi. Kalau biasanya nenek berteriak keras dalam rangka memarahi sikap Kirea, kini tak ada lagi. Kalau biasanya nenek memaksa Kirea untuk menghabiskan makanannya, kini tak ada lagi. Kalau biasanya nenek membantunya dalam kesusahan meski pun hal itu jarang, kini tak ada lagi. Nenek kini tak ada lagi, hanya album merah darah dan beberapa peninggalan lainnya saja yang tersisa untuk dijadikan kenang-kenangan.

Kirea duduk di pinggiran kolam renang di rumahnya. Dia merenung kala melihat foto-foto bersama neneknya di album itu, beragam ekspreksi yang terukir indah di sana, saat melihat foto-foto itu pula memori tentang perjalanan hidupnya bersama almarhumah terasa berlalu-lalang dan berputar bagai kaset hitam di kepala. Ah, lagi-lagi dia kembali meneteskan air matanya.

Sang kucing peliharaannya yang bernama Mitty pun sepertinya sadar akan kesedihan yang dialami tuannya.

Tak berlangsung lama, seseorang yang tak asing duduk di sebelah Kirea sembari merangkul bahunya. Walau pun ekspresi terkejud bukan kepalang Kirea tak bisa dihindari, nyatanya seseorang itu malah tersenyum getir padanya. Kemudian, dia memeluk Kirea perlahan-lahan dan menangis juga sembari menghayati betapa sejuknya udara di pagi hari.

Kirea tak tahu apa maksud kedatangannya dan mengapa malah dia yang terlihat begitu paling bersedih di sini. Setelahnya, Kirea melepas pelukan itu, menatap seseorang tadi bagai melontarkan sejuta pertanyaan padanya.

"Sebenernya ...," ucapannya terputus, dia menghela napas yang begitu sesak. Kemudian, dia mengambil kotak berwarna hitam yang tadi dibawa, dibukanya kotak itu dengan hati-hati.

Pertama kali Kirea menyadarinya, dia berekspreksi syok luar biasa. Kirea masih belum bisa berkata apa-apa dan masih pula menunggu penjelasan darinya.

"Sebenernya kita adalah saudara kandung, Kirea. Lebih tepatnya kita kembar gak identik," jelasnya secara singkat yang mampu membuat Kirea lebih syok ketimbang melihat kotak hitam yang isinya adalah foto-foto dua bayi yang bersebelahan, kalung yang sama yang kini dipakai Kirea kemana-kemana, foto kedua orang tua Kirea, sepatu bayi warna biru yang aslinya Kirea juga menyimpan sepatu warna merah muda di kamarnya, dan beberapa hal lainnya yang masih remang-remang dalam penglihatan.

"K-Kak Karsa bohong 'kan?"

MEMANUSIAKAN MANUSIA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang