7
P.O.V Flowerita
Kesalahanku adalah sampai lebih awal di rumah Bernedetta.
Ketika aku sampai di gerbang depan, aku menekan bel rumah megah itu. Elean sudah sempat bilang—bahkan mengatakan berkali-kali bahwa Bernedetta adalah anak orang kaya. Dan dia benar. Meski aku tidak menduga kalau rumahnya akan sebesar ini.
Seorang juru parkir meminta kunci mobilku dan memarkirkannya. Lalu dia mengantarku masuk ke dalam.
Ia persilahkan aku duduk di sofa ruang tamu dan aku menunggu. Aku bahkan belum mengabari Bernedetta kalau aku sudah sampai. Saat seorang lelaki muncul entah dari mana sudut rumah ini.
"Hei... Flower."
Ricko. Kami bertemu kemarin. Dia kakak lelaki Bern. Ia menyalamiku dan duduk di soda dekatku.
"Kalian akan hang-out hari ini?"
Aku mengangguk. "Ya... Kami akan makan sushi."
"Aw... Sushi are fancy. Pretty good for 1st date."
"What date, Ricko?" Seorang pria muncul (juga) entah dari mana. Tahu-tahu dia sudah duduk di depanku. Ia tak tampak seperti orang lokal. Aku khawatir tidak memahami bahasanya.
"Who's dating?" Kini wanita lain masuk dan nimbrung obrolan kami. Aku akan disidang sekarang.
"Ini, Ma... Flower. Teman barunya Bern. Mereka akan dinner bareng."
Kedua orang yang tak kukenal itu mengangguk. Mereka duduk bersebelahan. Dan aku menduga kalau mereka adalah orang tua Ricko dan Bernadetta.
"Halo, Om dan Tante... Saya Flowerita." Aku mengambil inisiatif untuk bersalaman dengan mereka.
"An actrees? Same management with Bern?" tanya ayah Bern.
"Yes..." jawabku. Aku tidak yakin harus membubuhi apa di belakang jawaban itu. Bahasa asing bukan kekuatanku.
Yang wanita nampak bingung. Ia mengerutkan alisnya dan memandang pada Ricko. "Mama tidak tahu kalau Bern bisa punya teman secepat itu." Lalu ia melontarkan tatapan mata tak percaya padaku. "Ini pertama kalinya Bern dijemput temannya ke rumah. Biasanya dia pergi dengan supir atau... Tidak sama sekali."
"Ya... Bern memang agak kurang pergaulan," tanggap Ricko cuek. "Mereka akan main film bareng. Jadi akan sering menghabiskan waktu bareng."
"Oh..." Orang tua Bern menghela nafas bersama.
Lalu ayah Bern mencondongkan badan. Sikunya bertumpu pada lututnya. "So... Kamu orang yang akan mencium anak perempuanku?"
"Apa kamu punya pacar?"
"Ya..."
"Apa pacarmu tidak keberatan dengan adegan kalian?"
"Bern akan berumur 18 bulan ini."
"Dia belum pernah pacaran."
"Dia agak pendiam dan pemilih."
"Dia..."
Bla...bla...bla...
***
Adegan ciuman kami akan jadi konflik nasional kalau aku tidak membahasnya sekarang. Jadi, aku memutuskan bertanya pada Bern soal ini.
"Apa kamu pernah berciuman, Bern?"
Bernadetta berkulit terang. Sangat mudah menebak ekspresi gugupnya. Aku terkikik untuk membuatnya lebih rileks.
KAMU SEDANG MEMBACA
9. Level Up! GXG (FREENBECKY POV) (END)
Fanfiction18+ "Karena syuting akan mulai bulan depan, jadi aku ingin kalian menjalin hubungan yang lebih dekat. Maksudku, bukan dekat seperti... Ya kalian tahu sendiri. Tapi, sebagai teman. Kalian bisa mulai dengan pergi makan sushi berdua. Atau, jalan-jalan...