4
P.O.V Bernadetta
"Kamu kenapa, Bern?" pertanyaan Ricko menyela lamunanku.
"Huh?"
"Kamu baik-baik saja? Tanganmu gemetar."
Aku langsung memerhatikan kedua telapak tanganku. Ricko benar. "Uh... Aku minum kopi kaleng barusan."
Ricko terkekeh sebentar. Matanya masih memandang lurus ke jalanan Purasabha yang padat.
"Tumben minum kopi. Bukannya kamu tidak suka kopi?"
Aku membuang muka ke luar jendela. "Kak Flo yang memberikannya tadi."
"Nekat."
"Tidak sopan kalau menolaknya. Huh..." Aku memiringkan sandaran kursi dan mencari posisi yang nyaman. Jantungku berdegup kencang sejak Ricko membahas soal kopi itu.
"Tapi, bukan berarti kamu harus melakukan sesuatu yang kamu tidak suka, kan? Sekarang kalau sudah begini, kamu mungkin tidak akan bisa tidur. Awas kalau kamu ke kamarku dan mengganggu."
"Mana pernah aku mengganggumu! Biasanya kamu yang tiba-tiba ke kamarku dan berbuat aneh."
"I am a man. Aku tidak melakukan hal-hal kekanakan seperti itu."
Aku mengerucutkan bibirku untuk mencibir kata-katanya. Punya kakak memang menyebalkan.
"So, what's the deal? Biasanya kamu tidak pernah perduli dengan orang lain. I mean... Kamu selalu menolak dan menerima sesuatu sesuai dengan keinginanmu. Bukan karena masalah sopan santun." Kini nada suara kakakku berubah menjadi lebih lembut dan bijaksana. Ia sedang bermetamorfosis dari lelaki iseng menjadi seorang kakak lelaki yang sebenarnya.
"Bu Elean memanggilku ke kantornya pagi ini."
"That... Aku sudah tahu. Poinnya? What she said?"
"Dia ingin aku berteman dengan Kak Flo. Atau, ia ingin Kak Flo berteman denganku... Lebih tepatnya," gumamku. Tapi aku yakin Ricko mendengarnya.
"Dia memanggilmu ke kantor pagi-pagi untuk itu? That's weird you know?"
"I know... Tapi mungkin Bu Elean memang begitu orangnya." Lalu kata-kata Bu Elean barusan menggaung lagi dalam pikiranku. "Kak Flo akan jadi lawan bermainku di web series."
"Now... That's kinda make sense. Dia ingin kalian lebih akrab." Ricko terdiam sebentar. Ia berbelok ke jalan rumah kami. "Nah... It still weird though. Dia tinggal meneleponmu. Meski hanya untuk strategi marketing. Tetap saja... Tapi, dia tidak kelihatan seperti perempuan yang akan menyulitkanmu. Flower, maksudku."
Aku mengangguk. Aku tidak punya perasaan buruk soalnya. Tapi pembawaannya yang tenang dan wajahnya yang memesona membuatku terintimidasi.
"Semoga semua berjalan dengan baik, kalau begitu. Kamu tahu kan, kalau aku akan selalu jadi orang pertama yang mendukungmu?"
"I know, Ricko. Always. Thanks to that."
"Tapi, kalau nanti kamu bikin masalah... Aku tidak akan mau tahu. Aku memang kakakmu. Tapi, aku tidak mendukungmu kalau kesalahan itu kamu yang menyebabkan," kata Ricko lagi.
"Aku tahu. Aku sudah dewasa. Bulan ini aku 18."
Ricko tertawa mengejek. Bersamaan dengan pintu pagar kami yang terbuka, ia menginjak gas dan memarkir mobilnya dengan rapi.
"Wait..." Ricko menghalangiku saat akan membuka sabuk pengaman. "Apa itu artinya perempuan yang akan kamu cium di web series adalah Flower?"
Ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
9. Level Up! GXG (FREENBECKY POV) (END)
Fanfiction18+ "Karena syuting akan mulai bulan depan, jadi aku ingin kalian menjalin hubungan yang lebih dekat. Maksudku, bukan dekat seperti... Ya kalian tahu sendiri. Tapi, sebagai teman. Kalian bisa mulai dengan pergi makan sushi berdua. Atau, jalan-jalan...