12
P.O.V BERNADETTA
Flowerita muncul dengan mobil putihnya di depan lobi. Ia membuka kaca dan melambai padaku. Aku berdiri dan cepat-cepat masuk ke dalam mobil itu. Aku tidak pernah membiarkan orng lain menungguku lama-lama. Aku tidak suka merepotkan.
"Pasang sabuk pengamanmu," katanya.
Aku mengangguk dan menurut. "Sudah, Kak..."
"Mau makan dulu?"
Aku ragu-ragu menjawabnya. Aku tidak ingin Flowerita merasa aku memerintahnya seperti remaja manja. Aku sudah cukup merepotkannya selama syuting tadi.
"Kamu sedang dalam diet?"
Aku mengangkat bahu. "Aku bisa makan apa saja sebelum jam 6 sore, Kak."
"Oke. Kamu pasti lelah. Kita take away saja, lalu makan di apartemenmu."
"Oke."
***
"Kak, kita akan nonton film apa?" tanyaku pada Flowerita setelah kami selesai makan.
Ada yang janggal dari sikapnya. Aku menyadari itu ketika melihat Flo mengaduk-aduk makanan tapi tidak menghabiskannya. Aku belum lama mengenalnya. Tapi, saat kami makan di restoran sushi, Flo makan dengan lahap seolah tak ada hari esok.
"Kak Flo?" panggilku lagi.
Flo menoleh padaku. Ia tersenyum lalu bangkit untuk membersihkan sisa makanan kami. "Below Her Mouth. Retingnya bagus. Di mana tempat sampahmu?"
"Di belakang sana, dekat wastafel."
Lalu Flowerita berlalu. Sebentarnya ia kembali dengan ponsel di tangannya. Benda itu berbunyi nyaring. Namun Flo nampak tak berselera untuk menjawabnya. Aku melihat kilatan rasa sedih dari matanya yang sayu. Tapi, aku tak berani bertanya banyak.
"Aku akan menyiapkan laptop." Aku bangkit dan membiarkan Flowerita duduk sendiri sambil memandangi ponselnya yang masih berdering.
Beberapa saat kemudian ponselnya berhenti berbunyi. Flowerita menaruhnya di meja ruang tamu dan menggosok wajahnya dengan frustasi. Aku pura-pura tidak melihatnya. Aku menyiapkan semua hal agar kami bisa menonton dengan santai dan leluasa.
"Kak, mau nonton di ruang tamu?"
"Ya... Tentu saja. Yang penting kamu merasa nyaman."
Aku mengangkat laptopku ke atas meja. Sekilas kulihat layar ponselnya menyala. Beberapa notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab. Jangan-jangan Flowerita sedang terlilit hutang. Aku ingat Bu Elean pernah membahas soal kredit mobil Flowerita. Tapi, itu bukan urusanku.
"Apa ada bedanya mencium lelaki dan perempuan?"
Tanyaku ketika kami berdua sudah duduk di sofa dan film yang kami tonton mulai.
Flowerita mengangkat bahu. "Aku benar-benar tidak tahu jawabannya. Mungkin bedanya adalah sensasi geli karena lelaki punya jenggot."
"Pacar Kak Flo punya jenggot?"
Flowerita menoleh padaku. Ekspresi wajahnya tidak terbaca. Antara bingung dan gugup. Lalu ia memandang ke layar laptop kembali tanpa menjawabnya. Mungkin itu pertanyaan yang terlalu pribadi.
Kami membiarkan pembicaraan tersebut menggantung begitu saja selama film berlangsung. Sesekali telepon genggamnya berdering. Namun Flowerita tidak menghiraukannya. Ia menolak panggilan itu tanpa melihat langsung ke ponselnya.
Aku yang sebenarnya penasaran, kadang diam-diam melirik padanya. Namun Flo bersikap biasa saja. Jadi aku melupakannya.
Dan, adegan yang ditunggu-tunggu tiba juga. Flowerita menekan tombol spasi di laptopku untuk menunda film.
KAMU SEDANG MEMBACA
9. Level Up! GXG (FREENBECKY POV) (END)
Fanfiction18+ "Karena syuting akan mulai bulan depan, jadi aku ingin kalian menjalin hubungan yang lebih dekat. Maksudku, bukan dekat seperti... Ya kalian tahu sendiri. Tapi, sebagai teman. Kalian bisa mulai dengan pergi makan sushi berdua. Atau, jalan-jalan...