Setibanya di ruang kerja, Sesil langsung bergegas menuju kubikelnya. Dia mulai membersihkan layar monitor dan mejanya dengan tisu yang tersedia. Sebuah rutinitas yang selalu Sesil lakukan sebelum memulai harinya di kantor. Melirik sebentar ke samping kubikelnya yang beberapa hari terakhir kosong, kini sudah ada yang menempati lagi. Pria bernama Anantha itu terlihat sedang membereskan barang-barangnya dan menata meja. Anantha sebelumnya pasti sudah diberitahu di mana letak kubikelnya berada, terbukti dari sehabis keluar lift dia tidak menanyakan apa pun lagi.
Sesil tersenyum kecil, sudah bisa dibayangkan seheboh apa nanti Prita jika melihat pria yang kemarin dibicarakannya akan segera bekerja bersama dia.
"Padahal saya udah buru-buru banget dari rumah, takut terlambat di hari pertama kerja. Tapi ternyata belum pada datang, ya."
"Paling sebentar lagi juga pada datang, lagi antri lift kayaknya."
Anantha menganggukan kepalanya, "saya ada beberapa berkas yang harus difotokopi, mesinnya ada di sebelah mana, ya?"
"Ada di belakang, pojok sebelah kiri."
"Ah iya, terima kasih."
Menganggukkan kepala, Sesil kemudian mulai menyalakan komputernya. Tidak lama dari itu beberapa staff dari divisinya mulai berdatangan. Termasuk temannya yang cerewet, Prita.
"Sesiiil ... yuhuuu," Prita melambaikan sebelah tangannya, sedangkan tangan yang lain terlihat sedang menenteng beberapa map.
Sesil memutar kursinya mengahadap Prita, dia menyilangkan ke dua tangannya di depan dada, sudah bersiap untuk mendengarkan ocehannya di pagi hari ini.
"Demi apa Sesil?! Drama yang kita tonton happy ending dong ... " Pekiknya riang. Ya, sesuai dugaan, Prita langsung memborbardirnya dengan ending drakor yang semalam dia lihat.
"Udah gue duga lo bakalan spoiler, Prit. Gue udah nonton sampe tamat semalem."
"Serius, lo?"
"Iya, lah! Gue gak mau ya, kecolongan ending drakor buat ke sekian kalinya sama lo."
Prita tertawa mendengarnya, "ya ampun ... pantesan kantung mata lo keliatan item, Sil. Lo begadang demi drakor?"
Sesil hanya bergumam malas, menyebalkan sekali temannya itu.
"Eh iya, Prit ... cowok yang kemarin lo bicarain udah dat-"
Belum juga kalimatnya selesai diucapkan, pandangan Sesil langsung mengikuti ke mana arah mata melotot Prita saat dia tiba-tiba saja menjatuhkan map yang dibawanya.
"Ah, hallo ... " Anantha rupanya sudah selesai memfotokopi berkasnya, dia menyapa ramah Prita yang kini tengah terkejut. Prita langsung menutup mulutnya dengan sebelah tangan, matanya melotot sempurna, "ha-haii ... " Dia melambaikan tangannya dengan kaku, berbeda sekali pada saat dia menyapa Sesil tadi.
Setelah bisa menguasai diri, Prita langsung menepuk-nepuk pundak Sesil dengan heboh. Sesil hanya bisa pasrah pundaknya dijadikan bahan pelampiasan keterkejutan Prita.
"Pegawai baru, ya?"
"Iya benar."
Baru saja Prita ingin berkenalan, Pak Wisnu selaku CFO perusahaan datang bersamaan dengan Bayu.
"Wah-wah ... lihat siapa ini? Divisi kita kedatangan wajah baru."
Melihat sang atasan sudah datang, para staff kontan berdiri serempak.
"Selamat pagi, Pak." Anantha menyapa dan menyalami Pak Wisnu dengan memasang senyum terbaiknya.
"Ya, selamat pagi. Udah lama ya kita gak ketemu, kamu apa kabar?"
"Baik, Pak. Bapak juga apa kabar?"
"Seperti yang terlihat, sangat baik. Semuanya ... ini dia pegawai baru yang akan bekerja bersama dengan kita mulai hari ini."
Anantha tersenyum sambil menyapu pandangannya kepada seluruh staff yang sedang berdiri melihatnya.
"Perkenalkan nama saya Anantha Deva Pradika, suatu kehormatan bisa mendapatkan kesempatan luar biasa ini. Mohon bimbingan dan kerja samanya."
Tepuk tangan para staff mulai terdengar setelah Anantha selesai memperkenalkan diri.
"Semoga betah ya kamu di sini," menepuk pundak Ananta sekilas, Pak Wisnu lantas pamit undur diri menuju ruangannya.
"Nanta, lo masih inget gue, gak?" Bayu yang sedari tadi diam mulai menghampiri.
"Gue Bayu, alumni Nusa Bangsa. Kita selalu main futsal bareng kalo abis pulang sekolah pas kelas 11."
Anantha mencoba mengingat kembali masa-masa SMA nya, "ah, iya! Gue inget! Bayu Anggara? Ini beneran lo? Woah ... "
Mereka berdua mulai bertos ria.
"Lho, kalian berdua satu sekolah?" Tanya Prita bingung, dia baru tau fakta yang satu ini.
"Yoi, Sil dia inget ternyata," Sesil hanya tersenyum mendengar ucapan Bayu.
"Kenalin Tha, dia itu namanya Prita."
"Gue bisa kali kenalan sendiri, gak usah dikenalin segala!" Ucap Prita sewot. Sesil hanya tertawa mendengarnya, Bayu memang tidak peka.
Dia mulai memperkenalkan diri secara pribadi, "nama saya Prita Lestari, biasa dipanggil Prita."
"Saya Anantha Deva Pradika, bebas mau dipanggil apa aja."
"Berarti kalau panggil sayang boleh, dong, ya?" Ucap Prita tersenyum malu. Dia salah tingkah dengan ucapannya sendiri.
Sesil dan Bayu tercengang mendengar itu semua, parah sekali anak itu, baru juga kenalan."Waduh ... nggak jadi, deh. Kalau begitu panggil saya Nantha aja." Jawab Nantha sambil tertawa.
"Ah iya, ini yang di sebelah saya namanya Ses-"
"Mbak Sesilia, kan? Kita udah kenalan tadi," Nantha tersenyum kecil ke arah Sesil.
"Oh iya," Prita memandang penuh selidik ke arah Sesil.
"Sesil, curang lo, curi start duluan," bisiknya pelan tepat di samping telinga Sesil.
_____
To be continued ☕🍬
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee Candy
ChickLitSesilia Dwi Kanaya, itulah nama salah seorang pegawai kantoran di sebuah perusahaan bagian divisi keuangan. Di usianya yang menginjak 25 tahun, dia masih saja melajang dan belum pernah berpacaran. Padahal, bisa dikatakan dia adalah tipe wanita yang...