Pak Wisnu selaku pimpinan divisi finance mengajak seluruh timnya untuk makan siang bersama guna menyambut anggota baru mereka. Seperti mendapat durian runtuh, kesempatan ini tidak Sesil sia-siakan. Dia akan menggunakan kesempatan ini sebagai alasan untuk menolak ajakan makan siang yang tadi pagi Dito tawarkan kepadanya.Jujur saja, dia sebenarnya sudah kehabisan alasan untuk menolak ajakan makan bersama itu. Bukan sekali dua kali Dito mengajaknya makan bersama, sudah sering sekali. Dan Sesil selalu menolaknya dengan berbagai macam alasan klasik. Sesil hanya tidak nyaman. Dia tau betul bahwa Dito menyukainya, dan Sesil tidak mau memberikan harapan sedikit pun. Karena dia tidak bisa memberikan balasan atas perasaan Dito padanya.
"Kok lo dari tadi gue perhatiin senyum-senyum terus, Sil" ucap Bayu memperhatikan Sesil yang kini tengah memfotokopi beberapa berkas pekerjaannya. Kebetulan kubikel Bayu memang berada dekat dengan mesin fotokopi itu, suatu keuntungan baginya sehingga tidak perlu berjalan jika ingin memfotokopi sesuatu, cukup dengan memundurkan kursinya dia bisa langsung menyalin tulisan dari kertas-kertas itu.
Mendengar perkataan Bayu, Sesil lantas semakin melebarkan senyumannya, "gue lagi seneng aja, makan siang hari ini kita mau ditraktir Pak CFO. Lumayan ... menghemat pengeluaran. Lagian udah lama kita nggak ditraktir Pak bos."
"Masa? Biasanya juga muka lo lempeng-lempeng aja tuh kalo ada traktiran gini, jadi curiga gue."
"Curiga apa? Gak usah mikir yang aneh-aneh lo."
"Jangan-jangan lo seneng bukan karena traktiran dari Pak bos, tapi karena ada new member yang bakal ikutan, mana ganteng lagi. Seneng kan lo, mau makan bareng sama Nantha? Hayoo ... ngaku lo, Sil."
"Ya ... itu juga salah satunya, sih. Menjalin hubungan yang baik sesama rekan kerja kan bagus, mempererat tali silaturahmi."
Bayu menatap Sesil dengan tatapan penuh menggoda, "silaturahmi apa silaturahmi ... "
Tidak lama kemudian Bayu meringis karena wajah dia Sesil pukul dengan tumpukan kertas.
"Yang gerak tuh tangan bukan mulut, Pak Bayu. Silakan pekerjaannya dilanjut, saya permisi dulu." Sesil pergi meninggalkan Bayu yang kini tengah mengusap hidungnya yang lumayan merah.
"Lagi salting tuh pasti, kebiasaan ... tangannya ringan banget."
_
"Mbak Sesil nanti ikut makan bareng juga?" Pertanyaan itu muncul tidak lama setelah Sesil kembali ke kubikelnya.
Menoleh ke samping kirinya, Sesil mengangguk, "ikut, dong."
"Pak Wisnu emang biasanya suka traktir timnya gitu, ya? Atau baru kali ini aja?"
"Beliau kadang emang suka traktir gitu sih, entah pas lagi lembur atau pas beliau dapet bonus dari perusahaan, kadang nggak dalam rangka apa-apa pun beliau suka traktir juga, kenapa emang?" Tanya Sesil.
"Yaahh ... padahal saya udah kepedean lho, mbak. Saya kira ini pertama kalinya Pak Wisnu mau traktir, dalam rangka menyambut saya gitu." Jawab Nantha sambil terkekeh.
Sesil hanya tertawa mendengarnya, "woah ... kamu narsis juga ternyata, ya. Eh, sorry ... " Sesil meringis tak enak hati.
Nantha yang mendengar itu kemudian tertawa, "gak apa-apa, santai aja mbak."
Sesil merutuk dalam hati, bisa-bisanya dia keceplosan begitu, padahal baru juga kenal tadi. Dia kembali menoleh ke sampingnya, terlihat Nantha sedang melirik arlojinya kemudian bangkit dan pergi meninggalkan kubikelnya entah akan kemana. Sesil akhirnya kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Mbak Sesil, ditunggu Pak Wisnu di ruangannya." Ucap salah seorang rekan kerjanya yang baru saja keluar dari ruangan CFO.
"Ah, iya." Sesil lantas bangkit menuju ruangan atasannya itu.
"Sesil, karena sekarang kita sudah kedatangan anggota baru, pekerjaan kamu tidak akan tumpang tindih lagi, ya. Maka dari itu, saya minta kamu untuk bantu cost control dalam peluncuran produk yang sebentar lagi rilis. Nantha juga akan saya tunjuk untuk membantu kamu. Untuk budget plannya bisa kamu minta ke tim marketing sekarang? Saya sudah email Pak Yasa tapi dari beliau belum ada konfirmasi apa-apa." Ucapan sang atasan langsung mengalun saat Sesil dipersilakan masuk ke ruangannya.
"Baik Pak, kalau begitu saya langsung konfirmasi ke divisi marketing sekarang. Permisi, Pak."
"Ya."
Di tengah perjalanan menuju divisi marketing berada, Sesil berpapasan dengan Nantha dan Pak Yasa selaku CMO di kantor tempatnya bekerja. Mereka berjalan beriringan dengan rambut yang sama-sama terlihat sedikit basah, sepertinya mereka berdua baru saja keluar dari musholla yang berada di lantai ini, "mbak Sesil mau kemana?" Tanya Nantha menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Pak Yasa.
"Saya mau ke divisi marketing, kebetulan sekali bertemu Pak Yasa di sini."
"Oh ya? Ada perlu apa dengan saya, Sil?" Tanya Pak Yasa santai.
"Saya mau menanyakan terkait budget plan untuk produk yang sebentar lagi rilis, Pak. Sebelumnya Pak Wisnu sudah mengirimkan email kepada Bapak."
"Ah iya, berkasnya masih saya cek ulang, tapi gak akan lama, kok. Ayo kalo mau diambil sekarang."
"Baik, Pak." Sesil kemudian menoleh ke arah Nantha yang sedari tadi hanya menyimak saja, "Pak Wisnu minta saya dan kamu yang kerjakan tugas ini."
"Oh iya? Pak Wisnu belum ngasih tau saya. Kalau begitu saya aja yang ambil berkasnya ke divisi marketing." Ujar Nantha.
"Gak usah, biar saya aja yang ambil. Kamu bisa konfirmasi dulu ke Pak Wisnu terkait kerjaan ini, saya duluan." Sesil pamit pergi menyusul Pak Yasa yang sudah di depan.
"Silakan duduk, tunggu sebentar, ya." Sesil mengucapkan terima kasih dan langsung duduk di ruangan CMO yang bernuansa monokrom ini. Dia memperhatikan pemandangan interior ruangan di sekitarnya sembari menunggu Pak Yasa mengecek berkasnya.
"Divisi kalian katanya mau makan siang bersama ya nanti," seperti mendapat sebuah alarm pertanda, Sesil langsung terperanjat. Dia hampir saja lupa tujuan lain kedatangan dia ke divisi marketing.
Sesil rencananya mau sekalian memberi tahu Dito kalo dia tidak bisa menerima ajakannya. Sesil ucapkan terima kasih banyak kepada Pak CMO, dia benar-benar lupa.
"Iya betul, Pak. Rencananya kami mau makan siang bersama nanti. Pak Yasa mau ikut bergabung juga?" Tanya Sesil sambil terkekeh, dia bermaksud untuk bercanda. Tapi melihat respon Pak Yasa yang mengangguk dia sontak bingung.
"Saya ikut juga, kok. Saya diajak sama bos kamu itu."
Tunggu ... jika direktur marketing saja ikut dalam agenda mereka, jangan-jangan semua staff divisi marketing ikutan juga?! Jadi ini judulnya makan siang antara dua divisi?!
"Divisi marketing ikutan juga, Pak? Saya gak tau kalo makan siang kali ini bareng sama dua divisi sekaligus," Sesil meringis canggung.
"Nggak juga, saya aja yang ikut."
"Ah, iya ... "
Mendengar hal itu Sesil lantas menghela nafas lega. Entah lah, dia hanya lega saja mendengarnya. Berarti rencana dia yang sebelumnya tetap akan terlaksana.
_____
To be continued ☕🍬
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee Candy
ChickLitSesilia Dwi Kanaya, itulah nama salah seorang pegawai kantoran di sebuah perusahaan bagian divisi keuangan. Di usianya yang menginjak 25 tahun, dia masih saja melajang dan belum pernah berpacaran. Padahal, bisa dikatakan dia adalah tipe wanita yang...