CHAPTER 1 (seganteng apa sih orangnya?)

66 18 5
                                    

"Mbak Sesil, laporan keuangan untuk minggu ini segera rampungkan ya, barusan Pak Wisnu sudah menanyakan," ucap Bu Lina, seniornya di divisi keuangan.

"Oh iya, ini sebentar lagi selesai kok, Bu."

Minggu ini merupakan minggu yang sangat sibuk bagi Sesil. Dia dituntut untuk segera menyelesaikan berbagai macam pekerjaan dikarenakan salah satu rekan divisinya mengundurkan diri dari perusahaan. Akibatnya, pekerjaan yang sebenarnya bukan bagian tugas dirinya, mau tidak mau harus dia selesaikan. Sedang asik mengerjakan laporan, tiba-tiba ada seseorang yang berbisik tepat di depan kubikelnya.

"Sil, lo tau gak?"

"Nggak."

Mendengar jawaban Sesil, seseorang yang berbisik tadi berdecak.

"Serius ini gue" ucap Prita, rekan satu divisinya sekaligus teman dekatnya.

"Ya apaan, gue emang gak tau. Makanya kalo ngomong itu jangan setengah-setengah," balas Sesil sewot. Demi apa pun, dia hanya ingin segera menyelesaikan pekerjaannya ini dan beristirahat sejenak agar punggungnya tidak kaku.

"Gue dapet gosip dong dari orang HRD, katanya orang yang bakal dipindah tugasin ke sini udah ada, besok katanya mulai masuk kerja, dan gue udah ketemu orangnya." Ucap Prita dengan ekspresi berbinar-binar.

"Oh ya? Bagus deh kalo gitu, pegel banget ini punggung gue. Kerjaan jadi double gini, kenapa gak masuk hari ini aja, sih. Besok mah ini laporan yang gue kerjain udah beres. Enak di dia gak enak di gue jadinya."

"Yeee ... bukan itu inti percakapannya, lo gak penasaran apa? Itu orangnya cewek atau cowok?"

"Nggak, yang penting itu orang bisa diandalkan, gue udah bersyukur banget," balas Sesil tak tertarik.

"Ish ... dia itu cowok tau, seger banget orangnya, Sil" ucap Prita sembari memekik kecil.

"Jus kali ah seger, dia itu orang, Prita."

"Beneran, Sesil, auranya tuh seger banget. Lo ngerti gak, sih, kayak orang habis mandi gitu. Padahal gue ketemu orangnya tadi siang, mana cuaca lagi panas banget, berasa disiram es gue liatnya."

Mendengar perkataan temannya, Sesil hanya bisa memutar bola matanya malas.

"Heh! Ngegosip aja lu berdua, kerja-kerja!" Interupsi seseorang, yang tak lain dan tak bukan adalah Bayu, rekan kerja Sesil yang lain.

"Apaan sih lo, ikut campur aja. Ketombe kuda mending diem, deh" balas Prita.

"Buset, ganteng gini lo bilang ketombe kuda? Sembarangan aja lo kalo ngomong, dasar biji nangka," jawab Bayu tak mau kalah.

"Udah deh, kalo mau ribut mending jangan di sini, pusing gue dengernya," lerai Sesil yang tak tahan.

Bayu dan Prita memang seperti itu, Tom and Jerry nya divisi keuangan kalo kata orang. Setiap bertemu pasti selalu ribut, dan masalahnya mereka itu satu divisi, jadi bisa dibayangkan seberapa lelah Sesil mengahadapi mereka berdua.

Bangkit dari kursinya, Sesil berjalan menuju pantry yang terletak tak jauh dari ruangan tempatnya bekerja. Dia butuh asupan kafein agar matanya bisa diajak bekerja sama. Tengah asik menyeduh kopi, ternyata Bayu datang menghampirinya.

"Gue pengen juga dong, Sil, sekalian bikinin ya" pintanya pada Sesil. Sesil hanya bergumam untuk mengiyakan.

"Udah tiga hari kita terus-terusan lembur kayak gini gara-gara kejar target. Kalo kerjaan udah beres semua gue mau buru-buru ambil cuti, ah. Gue mau pulang kampung, udah kangen gue sama bokap-nyokap. Kalo lo gimana? Jatah cuti belum lo ambil, kan, Sil?"

Menaruh kopi yang sudah jadi, Sesil ikut duduk bergabung bersama Bayu di kursi bar yang tersedia.

"Belum, lagian gue bingung kalo cuti juga harus kemana dan ngapain. Gue gak ada istilah pulang kampung, Bay. Orang tua gue aja masih tinggal di sini. Jalan-jalan juga gue males," terang Sesil sembari menyeruput secangkir kopinya.

"Iya juga ya, beda banget tuh sama temen lo, si jahe. Kerjaannya jalan-jalan mulu kayak orang banyak duit aja," ucap Bayu menyinggung seseorang.

Mengernyitkan kening, Sesil lantas bertanya, "si jahe maksudnya siapa?"

"Itu, si Prita, jahe emprit."

Sesil lantas tertawa mendengarnya.

"Lo jangan gitu lah sama Prita, kenapa sih lo bawaannya sensi terus kalo sama Prita?"

"Gue juga gak tau, pokoknya kalo liat mukanya itu darah gue langsung mendidih, Sil. Ngomong-ngomong, lo udah tau besok bakalan ada pegawai baru?"

"Iya tau, yang pindahan itu, kan?"

"Iya, temen gue itu, Sil" ucap Bayu memberitahu.

"Temen lo? Kenal dari mana? Kok gue baru tau lo ada temen dari kantor cabang." Sesil sangat akrab dengan Bayu, dan selama ini Bayu tidak pernah bercerita kalau dia mempunyai seorang teman dari kantor cabang.

"Iya, bukan temen deket sih, kita satu SMA. Gue bahkan ragu dia masih inget sama gue apa nggak," Sesil hanya mengangguk mendengarnya.

"Ganteng tau Sil orangnya," ucap Bayu berniat menggoda Sesil.

Sesil hanya mendengus, "terus kalo ganteng kenapa?"

"Yaaa ... siapa tau, kan, barangkali nanti lo naksir. Secara lo gak pernah tuh ngelirik cogan-cogan di kantor ini. Bahkan yang sekarang lagi ngomong sama lo aja, lo anggurin." Bayu menaik-turunkan kedua alisnya.

Melihat itu Sesil lantas berdecih, dan Bayu terkekeh dibuatnya.

"Aduh, kenapa ya divisi ini terlalu penuh dengan orang-orang cakep. Bisa-bisa nanti dijadiin bahan cuci mata divisi lain ini mah," ucap Bayu sembari menyugar rambutnya.

"Jijik gue liat kelakuan lo, Bay." Sesil lantas berdiri hendak kembali ke mejanya.

"Mau dia ganteng atau gimana juga nggak mengubah fakta kalo ini kerjaan tetep gue yang kerjain," sampai di meja kerjanya Sesil mulai bermonolog. Dia menghela nafas berat. "Emang seganteng apa, sih, orangnya?" Oke, dia cukup penasaran sebenarnya, seperti apa sosok yang katanya segar dan tampan itu. Tak ambil pusing, dia lantas kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

_____

To be continued ☕🍬

Coffee Candy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang