Orange
~Of Joy, Warmth, Encouragement, Change, Fascination, Happiness, and Freedom
.
.
.
Tarra merasa kesal dan marah sekarang, dia menatap tajam Maurine yang duduk di sampingnya di Bentley Mulsanne miliknya, sahabatnya itu tersenyum lebar tanpa rasa bersalah di wajahnya. Tarra ingin sekali memotong tubuh wanita itu menjadi beberapa bagian dan melemparnya ke kandang buaya.
"Apa kamu tahu jam berapa sekarang?" Dia mendesis pada Maurine.
Sedangkan si empu hanya melirik layar ponselnya sebelum menjawab sambil mengangkat bahu, "Jam tujuh pagi?"
Tarra memutar matanya dan mencengkram rahang sahabatnya, "Bukan itu maksudku, Maurine! Beraninya kamu menyeretku pagi-pagi sekali seperti ini disaat kamu tahu aku baru saja pulang jam 5 pagi? Kemana kita akan pergi, huh?"
Sang sopir melirik takut mendengar nada dingin sang CEO. Maurine melepaskan paksa tangan Tarra darinya dan membisikkan beberapa kata ke telinga pria tua itu, meyakinkannya bahwa semua baik-baik saja sebelum dia kembali menatap Tarra.
"Kita mau ke pameran seni di pinggir kota, tuh liat sendiri." kata Maurine, ia melempar undangan pameran itu ke pangkuan Tarra.
"Galeri Seni Azzario Foundation?" Tarra meremas kertas berkualitas bagus yang membuatnya kesal itu, seolah dia ingin kertas itu musnah saat itu juga.
Brengsek, cuma karena Azzario sialan ini dia berani menyeretku keluar.
Maurine perlahan menjauh dari Tarra yang wajahnya semakin memerah. "I hate you. Argh!" Tarra menerjang Maurine yang langsung menutup wajahnya.
"NO, TARRA! jangan wajah gue, jangan, TARRA...!"Cassie ngga akan suka sama gue kalo wajah gue rusak, Tarra sialan!
"Wajah gue itu aset terbaik yang gue punya, Tarra, please!" Maurine merengek karena tangan sahabatnya masih berusaha meraih wajahnya.
"Kalau begitu aku akan membunuhmu sekarang juga!"
Tarra berpindah tempat ke atas pangkuan sahabatnya sembari mencekik leher wanita itu dan Maurine memegang bahu serta pinggang Tarra berusaha menjauhkannya. Sopir itu kebetulan melirik ke belakang melalui kaca dan hampir menyebabkan kecelakaan saat melihat apa yang dilihatnya seperti dua wanita yang sedang bercumbu dengan agresifnya. Pria itu menelan ludah dan mengabaikan apa yang terjadi di kursi belakang.
"Argh... aku tidak percaya kamu menyeretku keluar dari tempat tidur hanya untuk menemui bocah tengik sialan itu." Tarra menggeram, mendorong dirinya menjauh dari Maurine dan menatap ke luar jendela.
"Bukan ketemu sama dia, kita cuma lihat karya seni. Dia tahu lo suka banget sama karya seni, terlebih karya lukisan yang bagus-bagus. Dia ngundang lo karena niat baik, Ra. Anggap saja ini refreshing buat otak lo dengan lihat beberapa karya seni di sana." Maurine beralasan. Tarra mulai bergumam pelan tentang bagaimana wanita itu pasti sedang mengejeknya.
"Misal nih ya kalau Cassie ada di sana, mungkin orang yang bersamanya di foto waktu itu juga ada di sana, iya kan?" Ada sedikit nada menggoda dalam suara Maurine.
Tarra segera berhenti menggerutu dan mengalihkan kepalanya dengan gerakan lambat dengan telapak tangan menangkup pipi sahabatnya, "Really?"
Maurine ingin muntah melihat wajah Tarra yang berseri-seri hanya dengan memikirkannya. Dia tampak seperti anak kecil yang baru saja diberikan persediaan coklat gratis seumur hidup.
Sialan, apa-apaan itu? Apa dia baru aja senyum? Maurine melongo melihat CEO-nya tersipu malu.
"Iyalah, Ra, kalau Cassie hadir kemungkinan dia di sana juga ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
BRING ME BACK TO THE LIGHT
RomanceSetelah kecelakaan fatal yang menimpanya, Biani Audya kehilangan kemampuan mendengar yang membuatnya menutup diri dari semua orang terdekatnya. Selama bertahun-tahun, Biani hidup dalam keheningan dan kegelapan hatinya. Hal itu membuatnya memilih unt...