5. Biru

187 24 7
                                    

BLUE
-Of trust, honesty, sincerity, nostalgia, and devotion.

.

.

.

Biani tetap terduduk di balik pintu dengan air mata yang terus mengalir di wajahnya. Pintunya bergetar hebat karena orang di luar sana tak henti-hentinya menggedor-gedor pintu malang itu.

"Biarkan aku masuk, Bi!" Dia berteriak putus asa meskipun semuanya sia-sia karena Biani tak bisa mendengar teriakannya.

Tak sanggup lagi menahan pintu yang terus berderak di punggungnya, Biani bergegas menuju tempat tidur dan langsung masuk ke dalam selimut. Dia berusaha mengubur dirinya dari kenyataan yang ada.

Kalian pasti bertanya-tanya kenyataan apa yang yang dimaksud kan? Tentu saja, itu adalah sebuah kenyataan yang sangat Biani inginkan untuk menjadi sebuah kebohongan. Kenyataan bahwa dia telah mencintai wanita yang saat ini mengancam akan membakar pintu ruangan itu agar bisa menemuinya.

Dan Biani membenci dirinya sendiri karena sadar telah mencintai wanita itu. Di benak dan pikirannya, Biani Audya Azzario tidak lagi pantas mendapatkan cinta, dan tidak boleh ada seorang-pun yang mencintai seorang Biani Audya Azzario yang cacat. Pemikiran ini telah tertanam dalam benaknya sejak bertahun-tahun lalu saat ayahnya mencaci maki dirinya, ayahnya menyalahkan putri semata-wayangnya atas kematian istri yang sangat dicintainya.

Hal yang banyak orang tidak ketahui adalah malam ketika Biani kehilangan ibu tercintanya, di malam itu juga dia kehilangan ayahnya.

Lelah menangis begitu lama membuat Biani sedikit kehilangan kesadarannya di bawah selimut. Dia tidak menyadari pintu telah terbuka, wanita di seberang sana menyeringai penuh kemenangan sambil berterima kasih kepada staf penginapan dan memberi tip yang cukup besar. Melangkah melewati ambang pintu, wanita itu menutup pintu di belakangnya dan mengerutkan kening saat dia berjalan menuju tempat tidur.

Gemetar di tubuh Biani terhenti dan dia sedikit membuka mata, tubuhnya berubah menjadi tegang saat dia merasakan seseorang duduk di tempat tidur, sangat dekat dengan tempat kepalanya yang tertutup selimut. Setelah menemukan sedikit kenyamanan dan ketenangan di balik selimut itu sebelumnya, Biani sekarang merasa terjebak dan dia sangat ingin melarikan diri dari sana sekarang juga namun tidak bisa.

Wanita di sampingnya pasti merasakan kepanikannya karena dia meletakkan tangan lembutnya di kepala Biani. Dia tahu wanita itu sedang berbicara dengannya, tapi Biani tidak tahu apa yang dibicarakan wanita itu.

"Bi... aku mohon. Lihat aku, Bi. Tolong berhenti melarikan diri. Aku mencintaimu, Bi... sungguh. Apa cintaku tidak cukup bagimu untuk tetap bersamaku? Aku tidak tahu apa yang telah kamu lalui selama beberapa tahun lalu, aku tidak tahu banyak hal tentangmu dari Cassandra. Tapi tolong, everyone deserves to be loved, especially you, Bi. I promise I won't hurt you. So please, let me love you." Tarra mengelus apa yang dia anggap sebagai kepala Bi kesayangannya sambil membisikkan kata-kata itu.

“Tiga belas tahun sejak hari aku terbangun sendirian di ruangan berdebu itu. Aku menolak untuk percaya bahwa para penculik mungkin telah membunuhmu, tidak peduli seberapa kecilnya peluangku untuk menemukanmu dalam keadaan hidup dan sehat, aku  tetap mencarimu. Tiga belas tahun aku mencari dan akhirnya kini menemukanmu. Tolong jangan lari dariku lagi. Aku tidak ingin kehilanganmu untuk kedua kalinya, Bi." Dia menghela napas.

Hanya keheningan dan sedikit gemetar di tubuh wanita di bawah selimut yang dia dapatkan. Itu membuat Tarra sangat frustrasi karena setelah semua yang baru saja dia katakan, setelah dia menurunkan harga dirinya untuk mengakui apa yang dia rasakan selama ini, wanita muda itu masih memilih untuk mengabaikannya. Tarra dengan cepat menarik selimutnya dan dua bola besar berkaca-kaca menyambutnya.

BRING ME BACK TO THE LIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang