1. Merah

236 30 17
                                    

Red
~ Of Danger, Strength, Power, Determination, Passion, Desire, and Love

.

.

.

Seorang wanita muda itu meringis saat ia mengendarai Mercedes Benz Roadster hitam barunya yang cantik menyusuri jalan berkerikil yang tak kenal ampun. Bahkan tidak ada jalan aspal yang bisa dilewati, karena Warehouse terbengkalai yang ia tuju berdiri di daerah terpencil. Satu-satunya bangunan yang tersembunyi di pinggiran kota yang merupakan lokasi sempurna bagi seseorang yang tidak ingin bertemu siapapun, lokasi yang sempurna bagi seseorang untuk memutuskan semua hubungan dengan dunianya dan lokasi yang sempurna bagi seseorang untuk tenggelam dalam kesedihannya sendiri. Ini adalah tempat persembunyian seseorang yang ingin membangun tembok di sekelilingnya untuk menjauh dari semua orang yang pernah mencintai dan merawatnya.

Aku ngga akan pernah tinggalin kamu, ngga peduli seberapa keras kamu coba dorong aku menjauh, Bi. I care too much to leave you alone.

Senyuman miris terlihat di bibirnya saat dia mengenang masa-masa menyenangkan yang mereka alami selama masa kanak-kanak dan sepanjang masa remaja mereka. Semuanya baik-baik saja sebelum kesalahan kecil yang ia lakukan karena meninggalkan sahabatnya sendirian di taman hingga Biani diculik pada usia sekitar sebelas tahun. Semuanya  kembali baik-baik saja hingga kecelakaan itu terjadi, yang menjadi penyebab hilangnya senyum Biani darinya. Sebelum itu, mereka pernah bahagia.

Aku mau buat kamu selalu bahagia, Bi. Kalau aja kamu kasih izin buat aku lakuin itu.

Dia memarkir mobilnya di dekat pintu gerbang bangunan itu sebelum keluar dari mobil dengan perasaan berdebar. Tidak pernah ada seorangpun yang bisa membuatnya takut, sebuah karakteristik yang mendefinisikan dirinya selama bertahun-tahun yang ia habiskan sebagai CEO salah satu perusahaan terbesar di seluruh Indonesia. Ia berjalan melewati pagar yang tidak dirantai dan memasuki gudang secara perlahan. Ayunan keras dari pintu gerbang bergema di seluruh area tersebut, suara itu tidak mengagetkan siapa pun kecuali sepasang merpati. Mengingat penghuni Warehouse di dalam sana, kakinya yang jenjang dengan cepat berjalan masuk, di mana dia tahu apa yang paling dia sayangi telah menantinya.

Selalu seperti itu sejak dia mengetahui di mana sahabatnya bersembunyi setelah kecelakaan itu, dia berdiri di belakang beberapa peti besar yang menyimpan perlengkapan seni seperti kanvas, bingkai, ember cat akrilik, dan sejenisnya sambil menyaksikan dengan mata penuh kekaguman wanita yang lebih muda darinya berdiri di tengah-tengah ruangan sedang menyelesaikan karya agungnya saat ini.

Senyumannya segera berubah menjadi kerutan di dahinya saat dia menyadari bahwa Biani lagi-lagi memilih untuk membuat karya dengan warna gelap saja. Telah hilang sudah hari-hari dimana dia melihat karya seni paling indah yang dipamerkan Biani padanya dengan dibayangi oleh senyum indah di wajah gadis itu. Jarang sekali dia bisa melihat senyuman tulus dari Biani saat ini. Biani kehilangan keinginan untuk tersenyum setelah kecelakaan itu merampas pendengarannya dan juga ibu tercintanya.

Aku akan terus berusaha jadi alasan untuk kamu bisa tersenyum lagi, Bi. Dia bersumpah dalam hati.

Dia tersenyum saat Biani menyisir rambut coklatnya ke belakang tanpa menyadari bahwa cat hitam yang ada di tangannya mengenai rambutnya. Wajah dan leher Biani juga dipenuhi dengan cat, dia tidak menyadarinya atau mungkin tak peduli dengan itu.

Kamu masih aja gemesin, Bi. Dia terkekeh.

“Sampai kapan kamu mau terus liatin aku kayak gitu, Cassie?"

Dia mengedipkan matanya dengan cepat, menatap Biani yang masih membelakanginya sebelum senyum malasnya mengembang di wajahnya dan dia melangkah maju. Cassandra atau biasa disapa Cassie itu menarik Biani ke dalam pelukan membuat wanita itu akhirnya berbalik menghadapnya.

BRING ME BACK TO THE LIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang