Bab 1

27.7K 89 2
                                    

Udara pagi hari di dekat pelabuhan kali ini terasa amat sangat terik. Aku berjalan dengan terburu-buru agar segera terhindar dari panasnya sinar matahari yang membakar kulit tubuhku. Namun tujuan utamaku bukan menghindari matahari, tetapi agar segera sampai dirumah seorang juragan paling kaya didaerah tempat tinggalku ini, karna aku sudah sepenuhnya terlambat untuk mengantarkan barang belanjaan.

Begitu sampai didepan gerbang rumahnya, yang dijaga oleh dua 2 orang penjaga berbadan besar dan berwajah garang aku lalu menunjukkan kartu Identitasku.

Salah satu penjaga itu sudah mengenaliku, tapi tetap saja mereka merupakan anjing yang setia pada tuannya semua perintah tentu harus dilakukan sesuai dengan prosedur.
Selain mengecek kartu identitasku, semua barang bawaanku juga dicek oleh kedua penjaga ini.

Walau sudah terbiasa aku tetap saja gugup jika melewati sesi ini. Begitu mereka yakin aku tidak berbahaya, aku di ijinkan untuk masuk.
Nafasku berhembus lega, namun masih harus berjalan lumayan jauh untuk masuk kedalam rumah ini.

Rumah ini dikelilingi oleh tembok yang tinggi sehingga tidak akan nampak dari luar, selain itu halaman rumahnyapun dikelilingi oleh pohon dan tumbuhan sehingga semakin membuat rumah ini tersembunyi.

Langkahku kupercepat begitu melihat bu Meta yang bersedekap didepan pintu salah satu bangunan dirumah ini yang ku tahu adalah pintu masuk para pekerja disini.

“Udah jam berapa ini Jana?!“

“Maaf bu tadi kios rame saya jadi lupa.“

Aku segera meminta maaf pada bu Meta yang merupakan kepala para pembantu dirumah ini, takut jika bu Meta tidak mau lagi berlangganan dikos tempatku bekerja, jika itu terjadi sudah pasti aku yang akan dimarahi oleh tanteku.

“Awas ya lupa lagi! Gak akan mau saya belanja di kios tantemu itu! “

Aku hanya menunduk dalam saat ini, membantah ucapan bu Meta sama saja memutuskan kontrak kerja. Setelah pintu tertutup, baru aku berani mendongak dan menatap kedepan. Ku hembuskan nafasku yang sempat sedikit kutahan tadi, aku melihat kesekeliling rumah ini, hanya ada beberapa pekerja yang sibuk membereskan area taman.

Selama aku mengantarkan bahan makanan aku belum pernah melihat pemiliknya secara langsung berada dirumah, walaupun aku sudah pernah melihatnya pada suatu acara amal yang diadakan pada panti asuhan, saat itu aku diminta untuk membantu disana.

Pemilik rumah ini adalah keluarga pak Jonathan Bahri, seorang pengusaha atau juragan, aku juga tidak  tahu apa yang dilakukan keluarga Bahri sampai menjadi sangat kaya begini. Tapi yang kudengar mereka terlibat sejumlah dalam bisnis ilegal di pelabuhan yang mana itu bukan suatu hal mengagetkan lagi untukku.

Tempatku tinggalku ini sungguh seperti tidak mengenal hukum, berbagai kejahatan bisa ditemukan setiap hari disini. Pencurian, judi, pelecehan bahkan pembunuhan sering terjadi ditempat ini. Terkadang tanteku juga selalu mengingatkan aku agar selalu membawa pisau atau senjata untuk berjaga-jaga saja.

Apalagi setiap hari aku harus mengirim makanan kerumah ini yang dijaga banyak preman.
Tak mau berlama-lama disini aku akhirnya segera pergi dari rumah ini dan kembali kekios tanteku.
**
Kios hari ini cukup ramai, mungkin karna ini adalah sabtu awal bulan. Orang -orang sudah mendapat bayaran mereka dan mulai membelanjakannya dengan kebutuhan. Kios milik tanteku ini menyediakan berbagai kebutuhan sehari-hari, semacam familymart hanya saja tampilannya yang berbeda, karna kios ini sungguh sangat sederhana. Didaerah ini memang jarang kios atau toko dengan konsep elegan dan elite, bisa-bisa malah dirampok nantinya. Bahkan tanteku saja juga membayar satu orang preman untuk menjaga dan memastikan tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi disini.
"Jaga dikasir dulu ya na, tante mau ngurus barang yang baru dateng," Ujar tanteku.

Trsst (Tersesat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang