Bab 9

3.8K 26 0
                                    

Kuputuskan untuk mampir sejenak kerumah tante Meli, namun kami tidak pulang bersama. Tante Meli masih harus di kios menunggu satu mobil supplier yang belum datang. Aku memutuskan untuk berjalan kaki saja, sebelum pergi tadi tante Meli juga sudah memberiku kunci rumahnya. Begitu sampai aku langsung masuk ke dalam rumah, melihat kesekeliling mencari jejak jika saja ada orang lain yang telah tinggal disini, orang yang kumaksud adalah bang Kumar.

Untungnya nihil, aku tak menemukan benda-benda laki-laki dirumah ini. Aku segera bergegas untuk kedapur hendak memasak untuk makan malam disini. Sebelum kesini aku sudah menghubungi Ibu Meta apakah sekiranya aku boleh menginap dirumah tante malam ini. Bu Meta membolehkan ku dengan syarat besok pagi harus datang tepat waktu.

Segera saja aku membuka kulkas melihat beberapa sayuran dan bahan makanan. Setelah kulihat-lihat nampaknya aku akan membuat telur balado, mengingat tante sangat menyukai telur balado sejak dulu.

Tanganku dengan lincah meracik semua bahan dan bumbu, ini tidak terlalu sulit karena aku sudah terbiasa memasak menu ini dengan ibuku dulu. Walaupun rasa masakanku tak akan sama seperti milik ibuku ini sedikit mengobati rinduku pada beliau. harum masakanku menguar keseluruh area dapur, rasanya tak sabar untuk segera menyantap telur balado ini. Aku segera memindahkan telur balado yang sudah matang ke piring yang telah kusiapkan. Begitu aku membalikkan tubuhku, aku terkejut bukan main, sosok bang kumar telah duduk dikursi meja makan menatapku sambil bersedekap.

" Hai babu !"

Aku menghela nafas, menatapnya sekilas sebelum akhirnya meletakkan piring berisi telur balado keatas meja makan dengan sedikit kencang.

" Gak salah emang lo jadi babu!" Bang kumar berujar sembari melihat kearah piring yang baru kuletakkan. " Gue pikir lo cuma jual diri."

" Ngapain sih bang! Tante belum pulang! ke kios aja kalo mau nemuin tante!"

" Siapa bilang tante lo belom pulang ? noh ! dia udah pulang sama gue tadi. "

Tak lama tante muncul dari balik pintu menatapku dan bang Kumar secara bergantian seolah itu hal biasa.

" Kamu masak na ? " tante Meli melirik kearah meja makan. " Wahh telur balado nih." Lanjutnya, yang kemudian pergi ke arah rak piring mengambil 3 piring dan 3 sendok makan yang di letakkan di meja. Aku juga bergegas mengambil gelas dan teko air dan duduk dimeja makan. Sejujurnya aku tidak ikhlas melihat bang Kumar yang ikut makan malam ini, namun nampaknya hubungan tante dan bang kumar serius, dan mungkin saja bang kumar akan menjadi suami tanteku.

Astaga! Tante Meli ternyata suka dengan berondong !

Aku jadi tak bisa membayangkan jika mereka benar-benar menikah. Mungkin aku harus merayu kakek dan meyakinkan untuk menolak bang Kumar menjadi menantunya.

Setelah makan malam selesai, kami diam sejenak.

" Kamu dari tadi disini, emang libur na? "

" Enggak tan, keluarga pak bahri lagi gak ada dirumah, jadi aku bisa santai. Besok pagi baru balik." Jawabku.

Bang Kumar sedar tadi hanya diam, dan memainkan ponselnya, mungkin setelah makan dia akan minggat dari rumah ini.

" Lo gak usah tidur sini mar, udah ada Jana "

Aku menyerngit mendengar kalimat tante Meli, namun sedetik kemudian paham. Bang kumar memang benar tinggal disini setelah aku pergi dari rumah.

" Gue tetep tidur disini."

Kepala bang kumar mendongak tak menatap layar ponsel lagi melainkan menatap tanteku kemudian menatapku sekilas sebelum akhirnya beranjak dari dapur. Tante ku tak menggubris tindakan bang kumar yang seenaknya sendiri.

Setelah kepergian bang kumar aku mulai mengumpulkan piring kotor dan membawanya ke wastafel untuk mencucinya. Begitu pula dengan tanteku, kami mencuci piring bersamaan.

" Bang kumar tinggal disini tan?"

" Cuma kalo malem aja nemenin tante." Tante Meli masih fokus membilas piring yang telah kusabun.

" kalian pacaran ? "

Gerakan tangannya yang membilas piring terhenti dan menatapku dengan tatapan bingung.

" Pacaran? " aku mengangguk, tante Meli sedikit tertawa sebelum menjawab pertanyaanku. " umur segini kalo tante pengen punya suami lagi ya mending langsung nikah Jan. Lagian Kumar lebih muda dari tante, cocoknya malah sama kamu ! "

" ihh tante, apaan sih !"

Aku spontan menyipratkan air pada tante Meli, tante Meli pun tak mau kalah dan ikut meyipratkan air padaku. Tindakkan kami ini membuat sisi didalam hati masing-masing dari kami kembali hangat, dan semoga saja akan bertahan sampai lama.

**

Sejak sore tadi aku sama sekali belum mandi, kulihat bang Kumar yang sedang asyik menonton tv diruang tamu. Aku tak menggubrisnya dan langsung masuk kedalam kamar hendak mandi saat ini, kubuka lemariku hanya tersisa beberapa baju saja disana. Kuambil daster tanpa lengan karna panas sekali hari ini.

Segera saja aku masuk kedalam kamar mandi yang untungnya berada didalam kamarku sendiri, aku mandi sambil bersenandung menikmati kucuran air yang mengenai tubuhku. Kulihat pada kaca, bekas kissmark pak prama masih ada dileherku, aku menyentuhnya mengingat kembali rasa saat pak Prama menyentuh tubuhku.

sial ! aku malah jadi sange sendiri.

Segera kutuntaskan mandiku dengan cepat, berada didalam kamar mandi malah membuat pikiranku jadi kotor begini. Aku keluar dari kamar mandi dengan menggunakan dasterku dan handuk yang melilit kepalaku, tubuhku kududukan didepan meja rias melihat pantulan diriku disana sekaligus menemukan bang kumar yang telah berbaring miring kearahku saat ini.

Aku mendengus, pura-pura tak melihat dirinya dan mulai mengeringkan rambutku. Karna percuma saja melanggati bang kumar nantinya malah semakin menjadi-jadi, lebih baik menganggapnya tak ada saja.

Bang kumar yang tahu aku mengacuhkannya kini malah bangkit, aku menjadi waspada namun tetap telihat biasa saja.

Tubuhnya berdiri dibelakang tubuhku saat ini.

" sini gue keringin."

Tangannya dengan cepat mengambl handuk yang kupegang, aku masih diam membiarkan dirinya mengambil alih mengeringkan rambutku. Kutatap bang kumar dari pantulan kaca, tatapan kami sempat bertubrukan namun segera kualihkan. Aku melihat sekilas bang kumar tersenyum mengejek.

" lama banget sih bang !"

" diem lo! Gue bikin basah lagi tahu rasa!"

Aku bersedekap, tanpa aku sadari gerakanku itu malah membuat payudaraku sedikit menyembul, apalagi daster yang kugunakan memang berkerah rendah dan tanpa lengan.

" lo mau goda gue yang na? "

Bang kumar telah melempar handuknya kebelakang, dia menatapku dari pantulan kaca. Kepalanya dia tundukkan disebelah telingaku dan berbisik dengan suara serak.

" Malem ini gue bakal ganti bekas mulut prama dibadan lo !"

Part lengkap cek di KK

Trsst (Tersesat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang