Bab 2

14.8K 71 0
                                    

Begitu aku masuk kedalam panti asuhan, aku disambut dengan pemandangan ibu Maya yaitu ibu panti disini yang duduk dengan satu laki-laki paruh baya, memakai kemeja biru tua, serta seorang wanita paruh baya dengan dress berwarna senada dan 4 orang laki-laki berbadan besar menggunakan jas hitam. Kuperhatikan lagi laki-laki paruh baya itu adalah Jonathan Bahri! Dan tentunya wanita di sampingnya adalah istrinya, Selena Bahri, sepasang suami istri juragan dikotaku ini.

“Permisi“

Aku menyapa sesopan mungkin agar tak mengganggu interaksi mereka, semua orang disana langsung menoleh kearahku, ditatap begini membuat nyaliku terasa menciut. Apalagi 4 laki-laki yang aku yakin bodyguard pak Bahri menatap tajam kearahku seolah aku membawa bom yang siap kuledakkan setiap saat.

“Ehh Jana, kebetulan sekali. Sini duduk samping ibu.“

Ibu Mayalah yang pertama memberikan responnya pada kehadiranku, tangannya memberikan intruksi untuk duduk kursi samping nya. Tanpa menjawabnya aku menurut dan duduk disamping bu Maya, tepat didepan pak Bahri.

“Kenalkan pak bu, ini Jana Cempaka. Selama ini dia yang banyak membantu saya di panti. “ ibu panti lalu beralih menatapku, “dan Ini kamu pasti sudah tau Jana, pak Jonathan Bahri bersama istrinya bu Selena Bahri.“

Aku kemudian tersenyum dan menjabat tangan keduanya. Tangan lembut keduanya bergesekan dengan telapak tanganku yang sudah kapalan akibat terlalu sering bekerja, mungkin setelah ini nanti keduanya akan menggunakan desinfektan untuk membersihkan tangan mereka yang sudah bersentuhan dengan tanganku. Namun kupikir, dari apa yang kudengar selama ini mungkin tangan mereka lebih kotor dari tangan kapalanku.

“Jana ini juga seorang yatim piatu, orang tuanya kecelakaan beberapa tahun yang lalu, pelakunya lolos begitu saja. Saat ini Jana tinggal bersama tantenya saja, tapi sesekali juga menginap disini.“

Ibu Maya menjelaskan latar belakangku pada sepasang suami istri kaya ini, kedua nya hanya mengangguk-angguk saja. Aku yakin mereka tidak tertarik dengan latar belakangku juga. Lalu aku pamit untuk menemui anak-anak didalam panti, tak mau berlama-lama bersama dua juragan itu, karna memang yang mempunyai kepentingan pada kedua orang kaya itu hanya ibu Maya.

Saat aku masuk kedalam panti, yang nampak didalam panti hanya beberapa anak saja saat ini, yang lain mungkin masih bersekolah atau bekerja. Kudekati salah satu anak panti bernama Nina, yang terlihat diam dan murung menatap ke arah taman panti.

“Hayo lo!!“

Aku sengaja mengageti bocah berumur 8 tahun ini, yang langsung disambut gerutuan darinya.

“Kak Jana!! Jangan kagetin gitu.“

“Lagian kamu siang bolong kayak gini ngelamun aja, nanti kalo ada setan lewat trus masuk ke kamu gimana coba hiii..takuttt... “

Memang kekanakan sekali aku ini menakuti bocah umur 8 tahun dengan topik kerasukan, jika bu Maya dengar aku pasti sudah diomeli.

“kata bu Maya kalo ada setan kita bisa do'a setannya langsung hilang kak.“

Ku iyakan saja perkataan Nina, padahal didalam hati aku ingin berkata, asal kamu tau Nina, setan jaman sekarang tidak akan mempan dengan do'a kecuali diberi tumbal dan uang, itupun hilangnya hanya sementara, kalau mau selamanya ya mungkin harus bertaruh nyawa.

“Kamu kok diem aja gak mau main? Tuh temen-temen kamu aja pada main.“

Aku mulai duduk disamping Nina saat ini, tanganku menunjuk segerombolan anak panti seusianya yang bermain di taman panti.

“Enggak mau, aku lagi bete kak.“

“Bete kenapa? Ada yang ganggu kamu? Sini mana kakak omelin anaknya!“

Trsst (Tersesat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang