Sumarry,
Wiraga, Wirasa, dan Wirama terkadang mumpuni untuk dijadikan sebagai sandaran gejolak asmara yang nantinya akan diraih sebagai cikal bakal kehidupan dunia.
Bagas Jisung Ferdiansyah si kulkas delapan pintu dengan kepingan es batu didalamnya yang rasanya susah dilelehkan.
Bagaimana jika takdir menemukannya dengan si kecil tengil Chenle Guansa?
"Mas bagas! kok Asa lihat mas jadi becek ya, soalnya mas Bagas tuh ganteng banget," Chenle Guansa.
"Jangan gila bocoh, Lo itu cowok," Bagas Jisung Ferdiansyah.
.
.
//BRAKKK...
Sebuah dencatan tak terima dari sosok pria yang terlihat sangat depresi dengan keadaan yang ia hadapi sekarang.
Bagas harus apa, mengejar Asa tapi sang ayah masih dalam keadaan kritis di dalam ruang rumah sakit.
Bagas sayang mereka berdua, Bagas tak ingin menyakiti salah satu dari mereka.
Bagas melihat wajah sendu yang teramat dari sang kekasih ketika tadi ibunya dengan nyata menampar wajah cantik tersebut.
Wajah yang selama ini Bagas puja, dengan lantang sang ibu merusaknya sebentar.
Melihat wajah sang anak yang gusar, Nyonya besar menepuk punggung sang putra sebentar.
"Nak,"
Suara lembut itu menyapa halus di telinga si jangkung, Bagas sontak menatap ibunya penuh harapan agar beliau mau menerima Guansa.
"Mama," pelik Bagas sambil menatap netra ibunya.
"Sejak kapan kau berhubungan dengan anak itu?" tanya sang ibu tajam sambil melihat raut wajah anaknya yang seketika berubah.
"Bagas sangat mencintainya Ma," tegas Bagas sambil menatap sang ibu lagi.
Netra Nyonya besar berkaca, setidaknya sang ibu masih tak menyangka dengan orientasi seksual anaknya.
"Tapi dia seorang pria nak, dan putra satu-satunya penerus keluarga Handono itu cuma kamu, lantas bagaimana nanti jika semua orang mengharapkan keturunan keluarga kita," sambung sang ibu.
"Jangan karena cinta kau jadi buta nak, cinta itu menyakitkan," imbuh sang ibu.
"Kau menangis demi anak itu?"
Sang ibu berbicara lagi ketika mata anak lelaki satu-satunya mampu berair menangis demi lelaki cantik yang barusan Irene tampar.
"Aku mencintai Guansa, aku hanya mau bersanding dengannya Ma, maafkan aku,"
//BRAKKK...
Pintu sedikit terbanting, meninggalkan sang ibu dengan air mata yang ikut menyulut hadir, biarkan Bagas kali ini mengejar pelanginya sebelum pelangi itu berganti warna usang.
.
Separuh hidup Guansa rasanya hilang, anak itu rasanya menyesal ketika dulu ada sebuah pepatah dan Guansa hanya menganggap bahwa pepatah itu berlebihan.
Ternyata benar, bahkan sekarang Asa merasakan nya, bahwa kehilangan kekasih sama halnya dengan kehilangan separuh raganya.
"Hiks mas Bagas maafin adek hiks," gusar Asa terus menangis sembari mengingat kejadian pilu ketika dirumah sakit tempo hari.
//TOKKK...
//TOKKK...
//TOKKK...
Lamunan Asa mendadak terhenyak ketika pintu depan kamar kosnya terketuk, jika itu Nata rasanya tak mungkin mengingat jika lelaki cantik tersebut masih bekerja di jam segini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS BAGAS | CHENJI 🔞 ( PDF )
RomanceWiraga, Wirasa, dan Wirama terkadang mumpuni untuk dijadikan sebagai sandaran gejolak asmara yang nantinya akan diraih sebagai cikal bakal kehidupan dunia. Bagas Jisung Ferdiansyah si kulkas delapan pintu dengan kepingan es batu didalamnya yang rasa...