13. Tamu Bagi Swarnabhumi

72 7 70
                                    


Note;

Hai gaes... sekali lagi, makasih loh masih setia sama Sam dan Nicole. Sekali lagi aku mau nyampein kalau ceritaku ini murni fiksi dan rekayasa aku aja. Jadi nggak ada unsur sejarah di dalam sini. Hanya memakai nama-nama beberapa tokoh di Mahabarata, tujuannya ya biar rada-rada kuno gitu.

Gandrung bersama beberapa prajurit lainnya mencoba memacu kudanya hingga batas teritorial kerajaan. Pagi ini, pemuda tampan yang baru saja diangkat menjadi senopati kerajaan tampak sibuk berkuda hingga ke wilayah timur kerajaannya. Dia harus memastikan kelancaran dan keamanan bahwa kedatangan tamu-tamu dari Yavadwipa.

"Hiya!"
Suara Gandrung menggelegar memacu kudanya diikuti kuda-kuda prajurit lainnya yang berada di belakangnya. Beberapa saat lagi para tamu kerajaan itu sampai ke perbatasan dan disambut beberapa abdi istana untuk sekadar beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan menuju istana.

"Apa tujuan tamu itu datang ke mari, tuanku Senopati?" tanya Arya Arkarendra. Salah satu prajurit setiannya.

"Mereka hendak menguasai secara kecil-kecilan, mereka bukan menguasai seluruh Pancapura. Namun, mereka mencoba bekerja sama untuk saling bertukar hasil bumi," jawab Gandrung, sang pria yang di keningnya melingkar aksesori emas. Pertanda dia orang penting kerajaan.

"Lalu, mengapa orang-orang penting kerajaan itu ikut datang ke mari, tuanku Senopati."

"Mereka adalah para abdi kerajaan itu dan seorang putri yang akan menjadi selir Yuwaraja," jawab Gandrung.

Setelah melakukan perjalanan, Gandrung dan prajurit setianya mengikatkan kudanya di tempat yang disediakan. Kerajaan sengaja membangun candi di wilayah ini khusus menyambut tamu penting istana agar bisa beristirahat sebelum kembali melanjutkan perjalanan ke istana yang tidak terlalu jauh.

Gandrung adalah senopati kerajaan yang langsung diangkat oleh raja. Selain dia adalah sahabat yuwaraja, pemuda itu memiliki ilmu kanuragan dan ilmu tenaga dalam. Dia berguru dengan beberapa pertapa hingga dia bisa menggerakkan semua yang berada di dekatnya.

Ayah gandrung adalah seorang Wredda pengabdi tinggi kerajaan yang bertugas mengatur jalanya kepemerintahan kerajaan. Ibu Gandrung — Nyi Raras Sangkar menjadi seorang mantan dayang kerajaan sejak menikah dengan ayah gandrung —Ki Tohjaya. Sejak kecil Gandrung dibesarkan di lingkungan kerajaan. Kecerdasan, kekuatan, dan kemahirannya dalam ilmu kanuragan membuat kerajaan ikut memberikan pendidikan hingga dia tumbuh seperti saat ini.

Postur tinggi, tubuh kekar, kulit sawo matang, wajah tampan membuat dirinya menjadi pengabdi kerajaan yang disegani. Dia pun sudah berjanji dalam hatinya akan selalu melindungi kerajaan, baginya keamanan kerajaan adalah hidupnya.

"Chandrawengi!" panggil Gandrung.

"Iya, Senopati," jawab prajurit yang dipanggil Gandrung.

"Kau dan prajuritmu ke arah timur. Arya Arkarendra, kau sebelah utara. Syailendra kau sebelah barat, dan kau Atmajaya kau sebelah selatan. Kita sisir semua wilayah peristirahatan tamu. Aku dan prajurit Bimasesa akan mendatangi petinggi kerajaan tamu,"

"Baik, Senopati!" jawap seluruh prajurit.

"Kau, Bimasesa, ikut aku."

"Baik, Senopati."

Gandrung bersama Bimasesa dan pasukannya mencoba memeriksa tamu yang datang dan sekedar menemui petinggi kerajaan tamu. Satu persatu mereka memastikan tamu aman dan tidak mencurigakan. Namun, di tepian perairan bunyi gemerisik dedaunan membuat Gandrung waspada. Pria itu pun sigap dan mendekati sumber suara.

Kamar SuteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang