Hai Gaes....
Mohon maaf part ini agak panjang dari biasanya. Terima kasih udah ngikutin. Makasih bintang-bintangnya.... Jangan lupa kritik saran dan ide buat lanjutin cerita.Amel masih mengikuti remaja yang berusia enam belas tahun itu. Hingga sampai di tenda, wanita muda itu penasaran dengan ucapan Sam yang mengatakan Arga seolah naksir Nicole. Pada kenyataan yang dia dengar di warung kelapa muda setidaknya mengarah pada kenyataan itu.
Hampir sampai di tenda, suara Amel menghentikan langkahnya. "Dek Sam!"
Sam menaikkan dagunya senjenak sebagai jawaban panggilan dari Amel.
"Di kedai kelapa muda tadi Arga bilang gitu, ya?" tanya Amel penasaran.
"Bilang apa, Tante?" tanya Sam pura-pura tidak tahu.
"Bilang kalau dia suka sama Nicole, iya?"
"Enggak, Om itu gak bilang apa-apa," tukasnya.
"Dia pasti cerita sama kamu, kan? Kalian tadi duduk cukup lama di situ," desak Amel.
"Enggak kok, mana mungkin Om itu cerita, kami juga baru kenal,"jawab Sam celingukan mencari Ari. "Acaranya udah selesai kayaknya, Tante. Saya mau pulang dulu."
"Dek Sam!" panggil Amel. Dia tak dihiraukan Sam yang berlari ke arah tamu undangan yang tersisa.
Beberapa jam kemudian, acara telah selesai dan panitia bersiap untuk berkemas-kemas. Panitia acara dibantu oleh petugas kebersihan dan karyawan pemasang tenda yang akan menurunkan tenda.
Sam mendatangi Ari yang mulai berkemas-kemas. Remaja itu merasa bosan dan lelah seharian berada di tempat ini.
"Mas, muleh yuk!" ajak Sam.
(Mas, pulang yuk!")"Sek, aku berkemas-kemas dulu," ucap Ari sambil mengemasi botol minumnya dan beberapa sisa kertas yang dia pakai untuk menulis.
"Sam," Nicole datang menemui Sam.
"Tante, udah selesai kerjanya?"
Nicole mengangguk dan tersenyum. Wajah Nicole selalu tampak berseri-seri jika Sam perhatikan. Kadang dia berpikir kalau Nicole memang menyukainya. Bukankah jika seorang perempuan selalu tampak bahagia jika berhadapan dengan pria yang disukainya.
Sam membalas senyuman Nicole dan kembali berpikir jika tidak mungkin Nicole jatuh cinta padanya. Dirinya hanya bocah ingusan yang malas belajar, bahkan Nic tahu kalau dia berkelahi dengan temannya. Sangat jauh jika dibandingkan dengan Om Arga yang tampan dan kaya raya.
"Kapan-kapan kita ketemu lagi, ya Sam," ucap Nic.
"Iya, Tante. Tante kan tahu rumah Sam kapan-kapan kalau enggak sibuk ke rumah Sam, ya. Rumah Sam terbuka lebar buat Tante," ucapnya semeringah.
"Boleh, kamu juga boleh ke rumah Saya," ucap Nic.
"Hah, boleh? Wah kapan-kapan Sam mau main, deh. Jangan lupa Share Location, ya," ucap Sam bersemangat.
Nic tersenyum dan mengguki Sam.
"Kalau nginep boleh, nggak?" canda Sam.
Ari yang selesai berkemas langsung menoyor kepala Sam. "Pancene utekmu ngeres Sam," rutuk Ari.
(Dasar otakmu ngeres, Sam.")"Ih, opo sih Mas ini. Nginep kan belom tentu ngapa-ngapain," kilah Sam.
"Nginap-nginep, kowe kira aku nggak bisa baca isi kepalamu, Sam," sambung Ari dengan wajah sebal. Seketika Ari menatap Nic yang masih tersenyum karen lucu. "Maafin tetangga saya, Mbak. Dia kalau bercanda suka kelewatan."
"He he he, enggak apa-apa, Mas," papar Nic.
Arga datang dengan Amel yang mengekori Arga di belakang. Wajah Arga sedikit berbeda. Keningnya berkerut, bibirnya mengerucut, matanya menyipit. Dia seperti risih dengan Amel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar Sutera
FantasyCerita dewasa, anak-anak harap menjauh dulu. Silakan baca bacaan yang sesuai dan selektif. Kesendirian Nicole di usia kepala tiga membuatnya makin menetapkan tipikal pria idelanya. Namun, belakangan ini dia sering mimpi bercinta dengan seorang pria...