Nic benar-benar memaksa Sam dalam permainan kesukaannya, congkak. Permainan tradisional itu terbuat dari kayu yang dilubangi dua puluh lobang permainan dan dua lobang besar sebagai lumbungnya. Selama permainan itu, Sam selalu mendapat giliran bermain lama karena Nic mendominasi permainan."Kenapa gak main yang lain, sih Tante. Kalau permainan kuno kayak gini ya jelas Sam kalah. Sam kan generasi gadged," protes Sam seraya menggaruk-garuk kepalanya.
"Katannya, Sam nurut kalau Tante yang maksa," jawab Nic sambil memindahkan buah congkak ke masing-masing lobang.
"Bukan maksa itu maksud, Sam," timpal Sam. "Maksa yang lain."
"Sam, kamu enggak bilang kamu pasrah dipaksa apa," kilah Nic. "Ya udah, sekarang giliranmu. Kita ini kan lagi melestarikan permainan tradisional Indonesia."
"Tradisional-tradisional, budaya, warisan. Itu terus, deh," gerutu Sam sambil melanjutkan permainan congkak. Lagi-lagi buah terakhir Sam jatuh ke lobang kosong. Artinya, Sam kalah lagi.
Mereka membuat peraturan jika kalah sebagai hukumannya, hidung akan ditarik. Nic berhasil menarik gemas hidung Sam. Karena ini kali kedua Sam kalah, hidung Sam ditarik gemas oleh Nic.
"Aduh...," rintih Sam setelah hidung mancungnya ditarik Nic.
Nic tertawa dengan tatapan yang seolah menertawakan kekalahan Sam. "Kalah, nih ye," goda Nic melihat Sam mengelus hidung mancungnya. "Bisa tambah mancung tuh hidung kamu."
"Tante, cari kesempatan ini," gerutu Sam masih mengelus hidungnya. "Bales!"
"Eh, enggak bisa. Kamu curang, Sam. Itu kan udah kesepakatan kita," tegas Nic.
"Ah, enggak. Sam nggak terima. Sam mau balas," protesnya.
Saat Sam mengulur tangannya, Nic justru menepis tangan Sam. Wanita itu mulai bergegas berdiri dan berlari. Sam ikut berdiri dan mereka saling kejar-kejaran di ruang keluarga yang cukup luas.
"Kalau enggak ketangkap, jangan panggil namaku Sam," canda Sam.
Akhirnya setelah berlari-lari kecil Sam meraih tubuh Nic. Remaja itu memeluk Nic dari belakang. Tangannya melingkari perut Nic dan mengangkat tubuh Nic. Sam membawa tubuh Nic mundur. Sam merebahkan tubuhnya dan tubuh Nic di sofa berwarna putih yang cukup besar. Kini posisi Nic di atas Sam yang dipunggunginya sementara Sam masih melingkarkan tangannya di perut Nic.
"Ketangkap, hayo. Mau diapain ini?" ancam Sam.
"Lepasin, Sam," ucap Nic pura-pura ingin lepas dari tangan Sam. Padahal dia sangat berdebar dengan posisi seperti ini. Punggung Nic sedikit merasakan dada bidang Sam. Ubun-ubunnya merasakan embusan napas Sam. Tangan Sam yang masih melingkar di perutnya terasa hangat.
"Enggak bisa," jawab Sam. "Sam harus balas pencet hidung."
"Iya, lepasin dul...." Mendadak Nic melotot karena bokongnya merasakan ada sesuatu yang mendadak mengeras. Tentu itu adalah organ intim milik Sam. "Hah!"
Tak ingin terlalu jauh, Nic mencoba melepas tangan Sam. Dia tidak ingin "merusak" masa depan Sam. Namun, tangan Sam justru makin kuat. Nic mengerutkan kening, dia panik jika terjadi sesuatu di antara mereka mengingat Sam masih enam belas tahun.
"Sam, lepas Sam," pinta Nic pelan.
"Paksa Sam," bisik Sam.
"Paksa apa, Sam. Tadi udah maksa kamu dansa sama main congkak," jawab Nic.
"Sam mau dipaksa,"lirihnya. "Tante udah bikin Sam nggak karuan."
Nic mendongak menatap Sam. "Baiklah, tapi saya enggak maksa yang aneh-aneh," tukasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar Sutera
FantasyCerita dewasa, anak-anak harap menjauh dulu. Silakan baca bacaan yang sesuai dan selektif. Kesendirian Nicole di usia kepala tiga membuatnya makin menetapkan tipikal pria idelanya. Namun, belakangan ini dia sering mimpi bercinta dengan seorang pria...