34. Jenenge Nawang

66 4 23
                                    



Satu hari Sam menghilang ternyata tidak membuat keluarganya cemas. Sam memang sering menginap di rumah Rehan. Kali ini, emak Sam tidak bertanya banyak. Hanya saja saat di warung kopi, tempat Sam biasa duduk. Ari justru kehilangan Sam.

Sam duduk di sebelah Ari yang sedang duduk sambil mengopi di warung biasanya. "Enak, tho nginep di rumahnya wanita cantik," ucap Ari tanpa memandang Sam.

Sam melotot langsung menutup mulut Ari. "Weh, Mas. Ojo buka rahasia. Krungu mas Yanto isin aku."
(Weh, Mas. Jangan buka rahasia. Kedengar Mas Yanto malu saya.)

Mas Yanto yang dia maksud adalah pemilik warung. Yanto sendiri sedang sibuk melayani pembeli. Kemungkinan besar tidak mendengar ucapan Ari. "Ora krungu, tenang ae."

Dengan suara pelan Sam mulai berdialog dengan Ari. "Mas ini tau aja. Ngintip, yo!"

"Kowe yang bilang kalau awakku dukun sakti. Jadi gak perlu kowe pertanyakan awakku ngintip opo ora," jawab Ari.
(Kamu yang bilang kalau aku dukun sakti. Jadi enggak perlu kamu pertanyakan aku mengintip apa tidak).

"Tapi aku gak macem-macem kok, Mas. Sumpah."

"Ketok, kok," ucap Ari sebelum menghisap rokoknya.
(Kelihatan, kok)

"Ketok-ketok. Gak aman Mas ini. Pergerakanku diintip-intip," protes Sam. "Melanggar privasi."

"Jadi kowe mimpi apa, tho?" tanya Ari mengalihkan pembicaraan.

"Oh, aku sering lupa tapi aku mimpi aku jadi orang dewasa. Terus, aku sering ketemu Tante Nicole dalam mimpi. Bajunya kayak pakai jarik aja," cerita Sam.

Ari menatap Sam. "Wes percoyo?"
(Udah percaya)

"Yo, wes percoyo ae lah," jawab Sam terpaksa.
(Ya sudah, percaya saja deh.)

"Sek, tak kandani. Kowe sama dia itu dulunya sepasang kekasih. Wes gitu aja, kalian terlibat hal romantis. Tapi, karena suatu hal, dia meninggal duluan dari kowe. Makanya, dia lahir duluan daripada kowe."
(Sebentar, saya beri tahu)

Sam terkejut sejadi-jadinya. Matanya melotot. Jika memang teori reinkarnasi Ari benar, pantas saja dirinya merasa sangat dekat dengan Nic, dia bahkan tertarik melihat Nic yang jelas-jelas usianya jauh lebih tua darinya. Ingin lari dari pesona Nic, tetapi sebenarnya dia terlanjut terpesona.

"Wes ngerti?"

Sam mengangguk.

"Kamu enggak perlu cerita ini sampai selesai, kan?"

Sam menggeleng pelan. Mengetahui ini saja rasanya sudah cukup. Dia hanya membuktikan, mengapa ketertarikannya begitu kuat, dan dia merasa sangat dekat.

"Kalau Mbak Nicole, perlu cerita ini. Bukan buat dirinya, tapi buat menuliskan sejarah. Kisah kalian ini hanya bagian kecil dari sejarah Pancapura."

Sam mengguk mantap. Benar yang dikatakan Ari. Sam tidak perlu terlalu tahu mendalam tentang Pancapura, sebab dia bukan Arkeolog seperti Nic. Mengetahui kalau Nic adalah kekasihnya di zaman dahulu saja rasanya cukup mengagetkan, setelah mengetahui kalau zaman dahulu Arga adalah sahabatnya.

"Yo, Mas. Aku kayaknya cukup tahu sampai di sini. Aku seneng kalau dulu Tante Nicole itu pacarku. Tapi, nama Tante Nicole biyen siapa?"

"Jenenge Nawang," ucap Ari.

"Nawang."

"Nawang Sari."

Sam mengangguk mengelus dagunya. Dulunya dia adalah salah satu orang penting di Pancapura. Seorang yang hebat, yaitu Senopati. Berbanding terbalik dengan dirinya sekarang, remaja pemalas.

"Tante itu, apa udah tahu?"

Ari menggeleng. "Dia jadi tahu kalau kamu yang ngasih tahu. Jadi, ketika dia mengusut kerajaan Pancapura kubuat pikirannya mengekplorasi dirinya. Dia akan mengikuti terawanganku dan dia akan tahu sendiri."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kamar SuteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang