Chapter 5

72 12 3
                                    

Dimalam harinya, Alena memasuki istana dengan sangat lincah tanpa disadari oleh para penjaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dimalam harinya, Alena memasuki istana dengan sangat lincah tanpa disadari oleh para penjaga. Wanita itu berjalan menuju sebuah kamar yang sedang ditujunya.

Melihat para penjaga yang cukup ketat di dekat kamar Aluna, Alena pun tersenyum miring dan menyerang para penjaga yang membuat mereka langsung pingsan.

Oh tenang saja, meskipun dirinya sedikit psiko tapi dia tidak akan membunuh sembarangan, karena dia tidak suka membuat heboh di saat orang lain sedang tertidur.

Sebenarnya itu karena mood-nya hanya sedang baik saja!

"Merepotkan!" Alena membersihkan tangannya yang terkena debu. Dari saku miliknya wanita itu mengeluarkan sapu tangan bergambar kelinci lucu.

Itu sapu tangan kesayangannya yang pernah diberikan oleh orang spesial. Alena tidak akan pernah menghilangkannya dan akan selalu membawanya.

Dengan tanpa suara, wanita itu membuka pintu yang terkunci dari dalam dengan sihir miliknya. Cukup mudah!

Meskipun sedikit membuatnya berkeringat, karena tidak ingin menimbulkan suara sedikitpun.

Ketika masuk ke kamar, ternyata Aluna yang sedang tidur bersama Edward. Melihat keduanya dalam keadaan tanpa busana, yang hanya tertutup oleh selimut, membuat wajah Alena lantas memerah dan memanas, dalam hati wanita itu mengumpat.

Resiko melajang!

"Mereka gila! Harusnya aku membawa penutup mata tadi." gumamnya sebal.

Dengan cepat wanita itu mengambil kerang yang berada di laci milik Aluna, dan pergi dari sana dengan cepat. Dirinya tidak akan sanggup melihat pemandangan seperti itu terlalu lama.

Berbahaya! Nanti dirinya khilaf dan malah menyerang Edward. Kan tidak lucu!

Ya, bagaimana tidak menyerang! Jika pria itu memiliki tubuh yang tegap, perut sixpack dan otot bisep yang menggoda.

Godaan yang sangat besar!

********

"Lady!"

Loren terlihat sangat khawatir karena Alena pulang sangat larut, memang biasanya majikannya itu keluar malam tapi tidak pernah selarut ini.

"Siapkan aku air hangat! Tubuhku sangat lengket dan aku butuh mandi untuk merelaksasi pikiranku yang sempat terbang."

Perkataan Alena berhasil membuat Loren mengurutkan keringat tidak mengerti, tetapi pria itu tetap mengikuti kemauan sang majikan dengan patuh.

"Baik, Lady!"

Alena menghentikan langkahnya kemudian berbalik pada Loren, "Oh, jangan lupa masukkan juga kulit durian."

Setelah beberapa tahun ini menemani Alena, Loren sudah hafal betul dengan beberapa hal aneh yang selalu dilakukan oleh majikannya itu.

Seperti halnya mandi dengan dibarengi kulit durian yang masih utuh dengan durinya. Loren tidak pernah tahu fungsinya itu untuk apa, entah durinya ditusukkan, atau bagian yang lembeknya yang digosokkan.

Tetapi, yang pasti ketika Alena keluar mandi kulit wanita itu tampak lebih cerah dan harum. Anehnya! Bukan harum bau durian tetapi malah tercium seperti aroma buah-buahan. Yang menyegarkan!

Brak

Loren tersentak kaget karena mendengar suara pukulan yang sangat keras, pria itu melihat apa yang sedang dilakukan oleh Alena. Dimana gadis itu memukul kerang yang sempat dibawanya dengan batu, hingga hancur berkeping-keping.

Kerang?

Wilayah mereka ini sangat jauh dari laut, jadi dari mata majikan yaitu mendapatkannya?

"Cih! Ternyata sihir rendahan." ucap Alena ketika melihat sebuah asap berwarna abu-abu pekat keluar dari kerang itu.

Yang ternyata kerang itu berisi sebuah sihir penyadap suara, yang hanya bisa bertahan sehari sampai dua hari saja. Meskipun ini sihir yang tidak terlalu penting, tapi jika seseorang menginginkan informasi langsung dari seseorang yang mereka incar, ini akan menjadi sangat berguna.

"Arrrrgh!"

Alena memegang sebelah matanya yang terasa sakit dan berdenyut. Wanita itu hampir ambruk jika Loren tidak langsung menangkapnya, pria itu panik melihat Alena yang kesakitan.

Sangat tidak biasa!

"Bawa aku ke ruangan meditasi!" titah Alena dengan sisa tenaganya.

Sebab rasa sakit dari matanya itu seakan menyedot semua energi kehidupannya. Ini menyakitkan!

"Baik!"

"Bertahanlah, Lady!"

*********

Aluna tersenyum tipis melihat kerajaan didatangi seorang gadis yang terlihat manis. Entah kenapa ada sedikit perasaan tidak suka ketika melihat melodi datang.

Meskipun gadis itu adalah sepupu suaminya, alias Putri semata wayang Berto. Yang tentu saja secara tidak langsung gadis itu juga adalah sepupu iparnya. Tetapi tetap saja perasaan tidak suka itu nyata.

Apalagi saat ini Aluna sedang hamil, jadi perasaannya seringkali muncul dengan jelas!

"Kakak ipar!"

Melodi berteriak senang dan hendak memeluk Aluna, tetapi Kayla langsung menghentikannya. Gadis itu adalah pengawal sekaligus pelayan pribadi Aluna. Namun, iya lebih sering mengawasi dari jarak yang cukup jauh tidak seperti Mira.

"Maaf, Nona Melodi. Anda tidak boleh memeluk ratu secara sembarangan."

Melodi menatap Keyla dengan tatapan tidak suka. "Kenapa? Apa salahnya jika aku memeluk kakak iparku. Kau terlalu posesif sebagai pelayan, ingat posisimu." Mata gadis itu berkilat tajam, dengan tangan membelai rambutnya.

Kayla merasa sedikit tersinggung tetapi gadis itu tetap diam, meskipun pada kenyataannya dirinya memang seorang pelayan, tetapi mereka tetap manusia yang memiliki derajat yang sama.

"Melodi! Perhatikan nada bicaramu, itu sangat tidak baik untuk seorang putri." Aluna berkata dengan nada lembut dan senyuman tipis.

Melodi yang sebelumnya terlihat kesal kini menganggukkan kepalanya dengan patuh. "Maaf, kakak ipar. Aku hanya tidak suka saja dengan sikapnya." Gadis itu melihat Kayla dari ujung matanya dengan tatapan sinis.

Dan Kayla menyadari itu!

"Kau pasti sangat kelelahan, aku akan meminta pelayan untuk mengantarkanmu ke kamar."

"Aku ingin kamar yang dekat denganmu!" pinta Melodi dengan wajah memelas seperti anak singa.

Kayla menatap tajam pada punggung melodi, sangat berani sekali gadis itu meminta hal seperti itu pikirannya. Kayla merasa dia adalah gadis yang tidak tahu diri, karena melodi dan Aluna tidak pernah dekat sejak ratunya itu memasuki istana.

Malah gadis itu terkesan seperti memusuhi Aluna dan menganggapnya rival. Tapi, lihatlah sekarang! Gadis itu bertingkah seolah Mereka adalah teman yang sudah lama tidak bertemu.

Aluna tersenyum ngambang, "Itu sepertinya tidak bisa."

"Kenapa?" Melodi memasang wajah sedih miliknya. Seakan dirinya adalah makhluk paling lemah yang harus dilindungi.

"Apa permintaanku terlalu berat?"

Aluna menggelengkan kepalanya. "Tidak! Hanya saja itu bukan kuasaku, kau harus memintanya langsung kepada suamiku."

Dengan wajah sedikit kecewa, Melodi mengela nafas dan mengganggukan kepalanya. "Baiklah."

Dia sangat bodoh sekali! Dengan mudahnya si lemah ini menyuruh aku untuk menemui suaminya. Terlalu polos! Padahal aku berniat lebih dari itu! Batin Melodi menunjukkan wajah aslinya.

********

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang