Chapter 6

78 11 3
                                    

"Kakak!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kakak!"

Sebuah senyum tipis terbit di bibir Edward ketika melihat adik sepupu manisnya.

Melodi dengan antusias langsung masuk ke dalam pelukan Edward, meskipun pria itu tidak berniat sedikit pun untuk memeluk Melodi.

"Kangen!" Manja Melodi dengan wajah terimutnya. Gadis itu menghirup aroma yang berada di tubuh Edward dengan rakus.

Edward mencoba untuk melepaskan pelukan gadis itu, dia tidak ingin terjadi kesalahpahaman kembali. Dengan sedikit dorongan kuat akhirnya pelukan itu pun terlepas.

"Apa kakak tidak merindukan Melodi sedikitpun?" tanya Melodi dengan wajah sedih dan menundukkan kepalanya.

Tangan Edwar terulur mengusap kepala melodi yang memang lebih pendek darinya, gadis itu hanya sebahunya saja. Berbeda dengan Aluna yang memiliki tinggi yang cukup semampai hingga mencapai telinganya.

"Kau ini sudah dewasa jangan terlalu manja." Bukannya menjawab pertanyaan Melodi, Edward malah mengalihkan pembicaraan.

"Kenapa?" tanya Melodi kesal. "Kita dari kecil bersama sudah bersama, salah jika aku manja padamu?' Mata gadis itu melotot dengan tangan terlipat di depan dada.

"Menurutku salah!" jawab Edward dengan tegas. "Aku sudah memiliki istri Melodi, aku tidak ingin sampai membuat istriku cemburu ataupun salah paham."

Melodi mencebelikan bibirnya kesal. "Mana mungkin kak Aluna cemburu, dia pasti mengerti jika hubungan kita ini hanya saudara sepupu. Jadi tidak ada salahnya aku bermanja padamu." Pembelaan diri gadis itu membuat Edward menelan nafas pelan.

"Sebaiknya kau segera mencari kekasih! Dengan begitu kau bisa bermanja sepuasnya padanya." Edward kembali duduk di meja kerjanya. Karena saat ini mereka berada di ruangan Edward.

Lebih tepatnya Melodi datang ke ruangannya tanpa permisi!

Melodi menggiringkan kepalanya dengan keras. "Tidak mau! Bukankah yang dulu berjanji untuk menikahiku adalah kau."

Sekarang gadis itu malah menyudutkan Edward dengan cerita masa lalu.

"Itu hanya perkataan anak-anak, Melodi. Lagi pula saat itu kau menangis tidak ada hentinya dan aku hanya ingin menenangkanmu. Saat itu kita juga sedang memerankan pangeran dan Putri."

Seharusnya melodi tidak menganggap serius perkataannya. Edward tidak mengerti dengan jalan pikir saudari sepupunya itu.

Mata Melodi berkaca-kaca, jadi hanya dirinya yang terlalu berharap. Kenapa dadanya terasa sesak dan sangat menyakitkan? Hatinya sakit!

Cinta?

Melodi tidak pernah tahu apa itu arti cinta, tapi gadis itu sangat berharap Edward menjadi orang yang selalu berada di sampingnya. Menemani di kelas sedih, di kelas senang dan menua bersama.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang