Chapter 8

80 7 0
                                    

Aluna tersenyum bahagia karena dirinya mendapatkan undangan dari istana, semua gadis yang ada di kerajaan Lotus mendapatkan undangan dari istana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aluna tersenyum bahagia karena dirinya mendapatkan undangan dari istana, semua gadis yang ada di kerajaan Lotus mendapatkan undangan dari istana.

Sebuah undangan untuk merayakan naik tahtanya pangeran mahkota!

Setelah beberapa bulan kepergian sang ratu, yang menyusul sang raja yang sudah meninggal cukup lama. Akhirnya putra semata wayang mereka kini telah ditetapkan menjadi raja secara resmi tadi pagi.

Dengan perasaan senang, Aluna berjalan dengan bersenandung kecil menuju rumah sederhana yang sudah lama ditinggalkan orang tuanya. Gadis itu tidak sabar ingin bertemu dengan Edward!

Pria yang tidak sengaja ditemuinya beberapa hari yang lalu!

Edward tidak memberitahukan identitasnya yang sebenarnya, pria itu hanya mengatakan jika dirinya berasal dari istana. Kebetulan sekali Edward saat itu sedang menyamar, jadi Aluna mengira pria itu adalah seorang prajurit istana.

Aluna selalu hidup dengan kesederhanaan setelah kematian orang tuanya, gadis itu menghidupi dirinya sendiri dengan menanam sayuran segar. Kemudian menjualnya ke pasar!

Alena?

Entahlah! Kakak kembarannya itu jarang sekali menemuinya setelah kematian orang tua mereka. Namun, Alena hanya memberikan rumah bekas peninggalan orang tua mereka. Meskipun, tanpa uang sepeser pun tetapi Aluna sangat bersyukur, setidaknya ada tempatnya untuk pulang dan berteduh.

Kabar terakhir yang Aluna dengar, Alena pergi ke daerah yang cukup jauh. Entah untuk apa, tetapi Aluna tetap berharap semoga kakaknya itu baik-baik saja.

Meskipun perlakuan Alena selalu buruk padanya, tetapi Aluna tetap menyayanginya. Hatinya selalu lebih mementingkan kejujuran akan perasaannya daripada egonya.

"Selamat siang!"

Aluna menyapa para penduduk yang menjadi tetangganya, meskipun rumah mereka cukup berjarak jauh, tetapi mereka selalu saling sapa ketika bertemu.

"Selamat siang, Aluna!"

Sebuah senyum manis milik Aluna mengakhiri tegur sapa itu, gadis itu kembali melanjutkan perjalanannya.

Ketika sampai di rumahnya, Aluna langsung berlari ke kamarnya. Gadis itu dengan cepat membuka lemari pakaian miliknya, wajah gadis itu terlihat penuh harap.

Tetapi kemudian, raut wajahnya berubah kecewa. Bagaimana aku bisa pergi jika aku tidak memiliki pakaian yang indah pikirnya lemas.

Aluna hanya seorang petani biasa yang memiliki uang cukup untuk makan dan kebutuhan, dia tidak seperti gadis lain yang memperhatikan penampilan dan gaya.

Bukannya tidak mau, tetapi ekonomi tidak pernah mendukungnya. Walaupun dulu orang tuanya adalah orang yang cukup berada, tetapi mereka tidak pernah memberikan uang lebih, berkebalikan dengan Alena yang selalu dimanjakan.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang