CH.7 Yang mulia ini menyukai pangsit

63 4 2
                                    

.

Mo ran, Mo weiyu : Orang yang sama

Tianwen : Nama senjata cabang pohon willow Chu wanning

Tetua Yuheng : Nama title tetua nya Chu wanning

.

Matahari yang terik bersinar diatas kepala, Puncak Sisheng yang luas terbentang sejauh seratus mil dengan koridor yang berkesinambungan. Sebagai pendatang baru di dunia kultivasi sekte, Puncak Sisheng berbeda dari di dunia kultivasi atas.

Contohnya sekte Linyi rufeng, aula utama mereka diberi nama 'Aula enam kebajikan'. Itu untuk mendorong murid-murid mereka agar mematuhi enam kebajikan kebijaksanaan, keyakinan, kesucian, kebenaran, kemurahan hati, dan kesetiaan.
Tempat tinggal para murid disebut 'Aula enam perilaku' untuk mengingatkan murid-murid mereka akan pentingnya berbakti kepada orang tua, persahabatan dengan teman sebaya, keharmonisan dengan tetangga, menghormati pasangan, kewajiban terhadap masyarakat, dan kasih sayang kepada orang banyak.
Area belajar diberi nama 'Aula enam platfrom seni' artinya para murid diharapkan menguasai ritual, musik, panahan, berkuda, kaligrafi dan aritmatika.

Singkatnya, itu elegan sampai akhir.

Di sisi lain, Puncak Sisheng terlahir sederhana dan asal namanya ... sulit untuk dijelaskan, setidaknya untuk dikatakan.  Nama untuk Aula kesetiaan dan mimbar dosa dan kebajiikan dapat diterima. Namun, mungkin karena ayah Mo ran dan pamannya bukanlah seorang sarjana dan tidak mampu memikirkan banyak nama yang layak. Setelah beberapa saat mereka menyerah dan mulai bermain-main memberikan nama.

Dengan demikian, banyak nama di Puncak Sisheng menyalin dari dunia bawah. Misalnya, ruang refleksi diri di sebut aula Yanluo, jembatan yang menghubungkan ruang istirahat dan belajar disebut Jembatan Naihe, ruang makan disebut Aula Mengpo, dan tempat latihan disebut Gunung belati & lautan api. Sedangkan kawasan terlarang dibelakang gunung disebut Zona hantu.

[Jembatan Naihe adalah jembatan antara hidup dan mati, yang harus dilintasi seseorang untuk terlahir kembali]

[Mengpo adalah nama wanita tua mitologis, yang memberikan minuman sup penghapus ingatan kepada jiwa-jiwa sebelum kelahiran kembali]

Setidaknya, nama-nama ini masih dianggap baik. Daerah yang lebih terpencil memiliki nama yang jelas seperti 'Ini gunung', 'Ini air', 'Ini lubang'. dan yang terkenal tebing 'Aaaaah' dan 'Waaaaah'.

Tentu saja para tetua pun tidak luput dari perhatian, dan memiliki nama panggilan sendiri dan tentu saja Chu wanning tidak terkecuali. Dia menyukai kedamaian, ketenangan, dan tidak peduli untuk tinggal dekat dengan orang lain. Kediamannya terletak di Selatan Puncak Sisheng, tersembunyi rerimbunan bambu kultivasi yang menyerupai lautan batu giok hijau. Didepan paviliun utama terdapat sebuah kolam yang ditutupi teratai merah, berkat energi spiritual yang melimpah, mekar dengan gemilang seperti awan merah di sepanjang musim.

Para murid diam-diam menyebut tempat yang anggun dan indah itu sebagai 'Neraka teratai merah'. Ketika memikirkannya Mo ran hanya bisa terkekeh. Chu wanning memasang wajah  masam yang menakutkan hari demi hari. Bagi para murid, melihatnya seperti melihat setan dan apa sebutan rumah setan jika bukan neraka?

Xue meng membuyarkan lamunannya,
"Apa yang kau tertawakan? Cepat selesaikan sarapanmu, aku harus segera membawamu ke mimbar dosa dan kebajikan. Apa kau lupa Shizun akan mendisiplinkanmu didepan semua orang hari ini?"

Mo ran menghela nafas dan dengan hati-hati menyentuh bekas cambukan diwajahnya, "Hss... Ow sakit"

Xue meng, "Kau pantas mendapatkannya!"

ImmortalityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang