BAB 5 - Kalau kamu cari yang tahan pedas, aku mundur

94 14 34
                                    

Setidaknya, ada yang bisa disyukuri dari perjalanan ini: keberadaan Mas Sagara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setidaknya, ada yang bisa disyukuri dari perjalanan ini: keberadaan Mas Sagara.

Akhirnya aku benar-benar ikut dalam perjalanan bisnis Pak Pala, seminggu setelah aku menerima tugasnya. Tadinya, seiring semakin dekat jadwal keberangkatan kami, aku semakin khawatir. Untungnya, H-2 sebelum keberangkatan, aku mendapat kabar gembira.

Hari itu, aku sedang mengunjungi Lita, rekan kerjaku di Divisi Produksi untuk mengonfirmasi beberapa hal. Saat berada dalam diskusi serius, tiba-tiba seseorang masuk ke dalam ruangan. Diskusi kami sempat terinterupsi.

"Siang, Pak?" Lita memberi salam pada orang itu.

Aku menoleh, hendak ikut memberi salam, tapi aku malah mematung seperti orang bodoh. Bagaimana tidak? Orang yang baru saja masuk adalah Mas Sagara. Pria bertubuh tinggi dengan setelan warna maroon. Rambutnya tertata rapi, hitam legam dan tampak berkilau. Dia seperti baru keluar dari studio iklan minyak rambut. Wajahnya? Tak perlu ditanya lagi. Dia memiliki tipe wajah oval mulus. Benar-benar berseberangan dengan wajah kotak tegas Pak Pala. Kalau aku menggunakan teori model kalender, aku mungkin akan menempatkannya di lembar bulan Februari atau Maret.

Lantas, siapa yang akan aku taruh di lembar Januari? Ada satu atasan jauh yang jelas tak mungkin ku-halu-kan. Pimpinan tertinggi JCTC. Dia jelas di luar jangkauan budak jelata sepertiku. Jadi, lupakan saja dia.

"Siang," balas Mas Sagara lembut. Dia menebar senyum manis diabetes ke arah kami.

Ya, Tuhan. Bagaimana orang-orang di divisi ini masih bisa bekerja dengan tangkas setelah mendapat senyum semanis itu? Ramuan apa yang mereka minum untuk menetralkannya?

 Bagaimana orang-orang di divisi ini masih bisa bekerja dengan tangkas setelah mendapat senyum semanis itu? Ramuan apa yang mereka minum untuk menetralkannya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siang." Akhirnya aku berhasil bersuara.

"Eh, lusa kamu ikut ke Magelang, kan?" Mas Sagara memandang ke arahku. Aku tidak yakin siapa yang dia ajak berbicara.

Aku menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan siapa yang diajak bicara Mas Sagara. Di ruangan ini hanya ada aku dan Lita. Kalau dia memandang ke arahku, berarti dia bicara padaku. Ya, Tuhan! Aku benar-benar merasa bodoh. Mungkin cuma aku, atau semua orang jadi terlihat bodoh di depan orang yang disukainya?

BAMBUSA WISHES (Gerha Purana Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang