Setelah pertengkaran hebat, Han Jean langsung pergi lagi dari rumah. Tidak ada alasan untuk tetap tinggal dan merasa tertekan usai keributan yang dibuat. Pemuda itu berkendara tanpa tujuan dengan motornya guna mencari angin di tengah kemacetan ibu kota. Salah besar, polusi masih meraja rela menjajah udara ibu kota terlebih di pagi hari. Padahal zaman sudah maju, namun alam tetap tidak bisa dikendalikan oleh alat buatan manusia secanggih apa pun itu.
Alhasil pemuda itu pergi menghindar dari kebisingan yang membuatnya muak. Tanpa persiapan, motor Han Jean melaju semakin jauh dan jauh.
Han Jean menghentikan motornya tepat di depan gerbang sebuah rumah di pinggir kota. Ada seorang penjaga yang bertugas, tahu Han Jean yang datang, ia menekan sebuah tombol guna membuka gerbang yang menjulang tinggi secara otomatis.
Han Jean masuk dengan motornya, melintasi kebun yang cukup luas. Sampai motornya berhenti di depan sebuah rumah sederhana bercat kuning pastel. Ia membuka helm dan mendapati seorang wanita tua fokus pada kegiatannya menggunting dan membentuk boxwood¹. Topi lebar ia kenakan guna melindunginya dari panas matahari yang sudah mulai terik. Beliau tidak sadar dengan kedatangan cucu tunggal kesayangannya, masih asik memunggungi.
"Eyang Ti," sapa Han Jean.
Wanita tua yang Han Jean sebut Eyang Ti tersebut tidak menoleh. Han Jean memaklumi itu, Eyang Ti semakin berumur dan pendengarannya tidak sebaik dulu. Ia turun dari motor, melangkah mendekati. Tanpa aba-aba, Han Jean memeluk Eyang Ti dari belakang. Tubuh rentanya yang pendek membuat Han Jean harus menunduk lebih rendah. "Eyang Ti, Han Jean datang."
Terperanjat tentu saja, Eyang Ti sedang asik dengan tanamannya dan tiba-tiba dipeluk begitu saja. Untung Han Jean segera bersuara, sehingga Eyang Ti langsung mengenali. "Eyang Ti kaget, Nak," ucapnya seraya memukul pelan tangan Jean yang melingkar.
Han Jean menghirup pundak neneknya, aroma Eyang Ti membuat Han Jean sedikit lebih tenang. "Udah hampir siang, jangan di luar terus Eyang Ti. Nanti kulit Eyang Ti terbakar."
"Eyang Ti lagi kotor. Ayo masuk dulu, Eyang Ti cuci tangan sama ganti baju."
Han Jean melepas pelukannya, ia masuk seraya menuntun neneknya penuh hati-hati dan kelembutan.
❤︎❤︎❤︎
Eyang Ti langsung disibukkan dengan membuatkan Han Jean setoples penuh kue kering. Cucunya suka sekali kue kering buatannya. Itu kenapa setiap datang, Eyang Ti tidak pernah absen membuatkannya.
Hal itu yang membuat Han Jean merasa istimewa. Contohnya malam ini, usai makan malam ia mandi dan Eyang Ti yang membantu Han Jean mengeringkan rambut. Walaupun sudah besar dan tingginya juga sudah jauh melampaui, Han Jean tetaplah bocah di mata eyangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Han J ; Drive You Insane [End]
Romansabook #1 Han J Drive You Insane book #2 Han J Raison d'être [Final] Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi yang mengoleksi banyak topeng. B...