Satu bulan kemudian.
Erina merebahkan tubuhnya di atas kasur kost miliknya, setelah sebelumnya berganti pakaian sehabis pulang kerja di kafe.
Sudah tiga bulan Erina bekerja di kafe yang tidak jauh dari kampus dan kostnya. Hal itu Erina lakukan karena orangtuanya sudah berhenti memberikannya uang saku, jadi untuk biaya sehari-hari Erina harus bekerja sebagai pelayan.
Beruntung kafe tempat Erina bekerja terdapat pembagian jadwal shift, jadi dari hari senin-jumat Erina akan bekerja dari waktu sore sampai malam, dan diakhir pekan Erina akan bekerja dari pagi sampai sore.
Hari ini merupakan hari sabtu, jadi Erina baru saja sampai di kost pukul lima sore. Ia pun memilih beristirahat sebentar, sebelum nanti keluar untuk memasak di dapur umum yang menjadi salah satu fasilitas kostnya. Memasak sendiri terasa lebih hemat, karena Erina harus pintar-pintar mengelola uangnya.
Empat bulan lagi akan ada pergantian semester, tapi sampai sekarang Erina belum dapat mengumpulkan setengah uang dari biaya UKT kampusnya. Di semester kemarin, orangtuanya masih membayarkan UKT nya, tapi di semester depan Erina harus berjuang sendiri untuk membayarnya.
Jika seandainya Erina tidak sanggup membayar, maka ia harus mengambil cuti dan bekerja lebih giat lagi. Menyedihkan karena baru setahun kuliah, Erina sudah dihadapkan cuti, atau hal terburuknya adalah berhenti kuliah.
Kedua orangtuanya sudah tidak dapat dihubungi sejak satu bulan yang lalu, bahkan saat dua minggu lalu Erina pulang ke Jakarta, ternyata rumahnya telah terjual dan ditempati orang lain.
Kemungkinan terbesar yang menjual rumah adalah Papanya, tapi Erina sama sekali tidak diberitahu sebelumnya. Erina kira Egi tidak benar-benar serius akan menjual rumah karena masih ada Erina, tapi nyatanya Egi sangat jahat sekali sebagai orang tua.
Maka dari itu Erina harus kuat hidup sendirian, walaupun masalah yang menimpanya hampir membuatnya gila, tapi perkataan Davin yang pernah memotivasi Erina agar tetap semangat menjalani hidup untuk mengejar pendidikan, membuat Erina berusaha untuk ikhlas dengan takdir hidupnya.
Ngomong-ngomong tentang Davin, pria itu tidak ada kabar sejak Erina menghubunginya melalui pesan untuk mengucapkan terimakasih saat Davin menolong dan membayari hotel untuk Erina menginap.
Hal yang wajar jika Davin tidak sempat membalas pesan Erina, karena Davin merupakan orang sibuk dan juga tidak ada kewajiban Davin untuk membalas pesannya. Erina harus bersyukur setidaknya malam itu Davin berbaik hati menolongnya.
Ponselnya yang sedang di charger secara tiba-tiba berbunyi notifikasi satu kali, Erina pun mengambil ponselnya karena penasaran siapa yang mengiriminya pesan.
Pak Davin
Erina,
saya sedang ada di Bandung, apa kamu senggang malam ini dan mau menemani saya makan malam?Erina membaca berulang kali pesan yang diluar ekspektasinya itu, ia tidak mengira Davin akan menghubunginya setelah sekian lama, ia bahkan mengecek profil untuk memastikan jika memang nomor Davin yang menghubunginya.
Tanpa sadar Erina menggigit bibir di tengah keadaannya yang mulai kebingungan untuk menyetujui atau tidak akan ajakan Davin.
Jika Erina menolak, sepertinya akan terkesan kurang ajar karena Davin pernah menolongnya. Tapi untuk menerima ajakannya, Erina merasa segan dan pasti sangat canggung nantinya. Tapi jika mendiamkan pesan Davin tanpa membalas apapun, maka itu hal paling buruk yang Erina lakukan.
Di tengah pergulatan pikirannya itu, ponsel Erina berdering dengan nama Davin yang tertera di layar ponselnya.
"Angkat atau nggak ya?" Erina menjambak rambutnya sambil menatap layar ponselnya yang terus berdering.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUGAR DADDY | 21+ (END)
Romance• CERITA DEWASA • Erina Bestari, gadis 19 tahun yang merasa hidupnya tak tahu arah saat orangtuanya memilih jalan cerai karena kesalahan papanya yang selingkuh. Erina yang kesepian dan kekurangan kasih sayang akhirnya bertemu dengan Davin Mahendra...