𝐁𝐨𝐝𝐲𝐠𝐮𝐚𝐫𝐝 [𝐉𝐞𝐚𝐧 𝐗 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫]

𝟎𝟐: 𝐏𝐫𝐢𝐯𝐚𝐭𝐞 𝐁𝐨𝐝𝐲𝐠𝐮𝐚𝐫𝐝

══♡ ❀•❀•❀ ♡══

Jean merapikan jasnya, menatap banyangannya di cermin. Ia mengambil sisir di meja dan menyisir rambutnya entah untuk yang keberapa kali. Lalu menyadari bahwa sudah pukul 7 pagi dan ia harus menemui klien barunya.

Jean keluar dari kamar tidurnya. Ia menatap sekelilingnya lalu menghela nafas. Rumah ini sangat mewah dan besar, ia mungkin akan tersesat di rumah ini.

Hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai bodyguard seorang supermodel dunia. Setelah menandatangani kontrak kemarin, ia pun segera mengemasi barang- barangnya karena selama menjadi bodyguard [Name] ia akan tinggal di rumah wanita itu.

Jean menyusuri rumah itu, berusaha mengingat jalan menuju ruang makan. Kemarin malam [Name] bilang untuk menemuinya di ruang makan pukul 7 pagi.

Akhirnya ia sampai di ruang makan, dan di sana sudah ada [Name] yang sedang sarapan. "Selamat pagi, Jean," sapanya dengan wajah yang masih mengantuk namun tetap memberikan senyum manisnya.

"Selamat pagi, nona," balas Jean.

"Apa kau sudah sarapan?" Tanya [Name].

"Ya, saya sudah sarapan pagi-pagi sekali tadi bersama bodyguard yang lain." Jawab Jean. [Name] hanya membalasnya dengan anggukan. Jean melirik mangkuk sarapan [Name] yang ternyata hanya berisi salad dan sedikit kentang.

"Anda hanya makan salad untuk sarapan?" Tanya Jean tetap berdiri di sebelah meja makan.

"Ya,"

"Tapi bukankah jadwal anda cukup padat hari ini? Makan sayur saja tidak akan cukup! Anda perlu tenaga yang banyak untuk menghadapi hari yang sibuk." Ujar Jean.

"Aku juga makan kentang," balas [Name].

"Itu terlalu sedikit." Jawab Jean. "Anda harus menambah karbohidratnya. Coba lihat apa anda punya roti disini..." Jean memeriksa kulkas. Ternyata ada roti tawar, telur, bahkan sosis di sana.

"Lihat semua bahan makanan ini! Anda bisa sarapan sandwich yang lezat." Ucap Jean.

"Tidak bisa, aku sudah makan roti seminggu terakhir. Aku harus kembali diet." Kata [Name].

"Diet? Untuk apa anda diet? Tubuh anda sudah--" Jean berhenti, tidak melanjutkan kata-katanya. Ia teringat perkataan Erwin untuk tidak ikut campur dalam kehidupan kliennya lagi. Hampir saja ia melakukan kesalahan yang sama. Kalau ia sampai diputus kontrak di tengah jalan lagi, dia akan dipecat oleh Erwin sebagaimana yang pria beralis tebal itu katakan sebelum ia berangkat ke rumah [Name] semalam.