"Kiww meni geuliss pisan," ujar Wusni, ia datang menghampiri meja yang terdapat empat gadis tengah menikmati acara makannya. Wusni mengusap kepala botaknya sembari bersiul disahuti oleh teman-temannya.
"Udah punya pacar belum?" tanya Fergan mengedipkan sebelah mata. Cowok itu langsung duduk di samping Kanzia.
"Bisa kali jadi pacar Abang Erlan," kata Erlan, ia menyugar rambut lalu merapikan seragamnya.
"Boleh minta nomornya nggak?" sahut Difta.
Keenam laki-laki tersebut langsung duduk dan ikut bergabung bersama keempat gadis itu. Ravian, Sakra, Wusni dan Difta berada di bangku seberang, saling berhadapan dengan Fergan, Kanzia, Tiffani, Riena, Alea dan Rangga.
"Kalian lagi, kalian lagi, mejanya jadi sempit tau gak!" protes Riena, merasa tak nyaman karena dirinya yang berada di tengah-tengah merasa terhimpit.
"Ya udah sini, pindah deket gue," titah Sakra, mendorong bahu Ravian.
"Halah, bilang aja mau modus." Riena memutar bola mata.
Sakra terkekeh. "Nggak, kok. Sini, di situ sempit, kan?" tawarnya.
"Iya, Na. Lo pindah aja, gue gerah," ujar Kanzia sembari mengipas-ngipasi wajah. Ada dua hal yang membuatnya gerah. Yang pertama, ia harus berhadapan kembali dengan Mas Crush alias Ravian dan yang kedua ia sedang menahan salting. Wajahnya pun sudah memerah.
"Oh, gitu lo sekarang? Lo gak mau deket-deket sama gue, kan? Iya, kan?" ucap Riena, cemberut.
"Mulai lagi... Beneran gerah ini, Na," jawab Kanzia, memutar bola mata.
"Tuh, kan. Sini, pindah aja. Gue traktir mau?" bujuk Sakra.
Mendengar kata 'Traktir' membuat mata Riana berbinar seketika. Ia menatap Sakra dengan raut bahagia. "Beneran? Lo mau traktir gue?"
Sakra mengangguk lalu segera menutup kedua telinga saat gadis itu memekik girang. Tanpa lama, Riena segera pindah, tingkahnya terlihat rusuh sembari menggeser tubuh Ravian.
"Main serobot aja," kata Ravian, berdecak pelan.
"Sabar ya, Bro. Cewek gue emang gini," ujar Sakra tertawa pelan dan langsung mendapat pukulan di bahunya. "Ahh, sakit, Yang."
"Giliran denger traktir aja langsung kayak kesurupan," ledek Alea.
"Lo gak bohong, kan? Lo bener mau traktir, kan?" tanya Riena memastikan, kedua matanya berkedip-kedip. Sakra mengerutkan kening melihat ekspresi Riena yang terlihat seperti anak kecil.
"Bercandaaa... Bercandaaa," ucap Sakra menggunakan nada di setiap katanya dengan tengil.
"Tuh, kan, anjir!" Riena mencubit pinggang Sakra dengan keras.
"Sakit, Na. Lo KDRT mulu sama gue," ringis Sakra, menghindari cubitan maut Riena. Cowok itu beralih memegang tangan Riena lalu digenggam erat. "Jangan cubit-cubit. Siapa yang ngajarin, hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanzia: Secret Admirer
Novela JuvenilPertama kali bertemu lewat tatapan mata membuat Kanzia penasaran dengan sosok cowok bertopi coklat itu. Bukan hanya sekali, tetapi beberapa kali dia tak sengaja bersitatap dengan cowok itu. Sepertinya Kanzia telah jatuh cinta pada pandangan pertama...