9. 𝚃𝚁𝚄𝚃𝙷 𝙾𝚁 𝙳𝙰𝚁𝙴

115 16 1
                                    

"Parah lo, Gan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Parah lo, Gan. Jagain gue bego, gue malah maju ke depan sendirian." Sakra menepuk punggung Fergan sembari berdecak kesal.

"Lah, lo yang bego. Udah gue bilang mundur, mati, kan, lo," balas Fergan.

"Jangan dibikin kalah lagi lah. Gue cape losestreak mulu, bangke!" timpal Difta.

"Eh, pada main apaan tuh?" tanya Tiffani, merasa penasaran ia menggeser duduknya mendekat ke arah Sakra.

"Main game," jawab Fergan seadanya.

Tiffani mengernyit, ia melirik ponsel Sakra. "Oh, gue juga main game itu."

"Gas mabar," ajak Fergan tanpa mengalihkan pandangan. Tiffani tersenyum, gadis itu buru-buru mengeluarkan ponsel dan men-download game yang tengah cowok-cowok itu mainkan. Walau sebenarnya dia belum pernah atau tidak sama sekali bermain game itu hanya tahu nama gamenya saja.

Jreng!

"Hei kamu, hatiku dag dig dug saat aku melihatmu... Jatuh di hadapanku, membuat aku buru-buru mendekatimu..."

"Kau bidadari, jatuh dari surga di hadapanku, eaa..."

Suara nyanyian Wusni terdengar memenuhi ruangan bersama Ravian yang memainkan gitarnya atas permintaan laki-laki itu. Kanzia yang sedang fokus mengerjakan tugas, pikirannya buyar seketika. Ia melirik sedikit memperhatikan Ravian. Kedua mata gadis itu berbinar, tangannya sangat gatal ingin memotret cowok itu sekarang juga. Bagaimana tidak? Ketampanan Ravian bertambah berkali-kali lipat saat tengah memainkan gitar.

Ya ampun, Ravian. Gue pengen teriak terus rasanya. Kanzia memekik dalam hati. Pandangannya terus menatap ke arah Ravian tak berkedip.

Kanzia berdecak sebal, Mungkin ia telah salah mengambil keputusan. Seharusnya ia tidak mengiyakan ucapan Wusni yang mengusulkan untuk kerja kelompok di rumah Ravian. Lihat saja, mereka bukannya membantu Kanzia mengerjakan tugas, mereka malah asik sendiri.

"Halo, Jeni. Iya, gue lagi di rumah temen. Kerja kelompok." Riena sibuk berbicara sendiri sembari menatap layar ponselnya, ia sedang melakukan live di media sosial. "Oh, kabar gue baik. Lo gimana?"

Sedangkan di sisi lain, Alea bersama pacarnya tengah ngebucin. Benar-benar tidak menghargai kaum jomblo yang meronta pengen punya pacar seperti Kanzia.

"Bub, kamu bisa masak gak?" tanya Rangga, mengusap puncak kepala Alea yang sedang bersandar di bahunya. Gadis itu mengangguk sembari menyuapi keripik ke mulut Rangga.

"Besok mau nggak bikinin aku bekal? Biar romantis gitu kayak orang-orang," ujar Rangga, tersenyum membayangkan ketika Alea membuatkan bekal untuknya.

"Kamu mau aku bikinin apa?" tanya Alea.

"Apa aja yang penting buatan kamu," balas Rangga.

Sedangkan Erlan tengah berada di dapur, sibuk berkutat membuat mi rebus. Tak lama kemudian, cowok itu datang sembari membawa nampan berisi beberapa mangkuk mi rebus.

Kanzia: Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang