24. Pembahasan

105 43 4
                                    

"Bagaimana keadaannya?" tanya Brian pada Kayla.

Saat ini, Kayla sedang memeriksa Queen yang belum juga sadar dari pingsannya. "Dia demam tinggi, sebaiknya kita bawa ke rumah sakit?"

Brian tak menyangka kondisinya akan separah ini sampai harus dibawa ke rumah sakit. "Baiklah, kau saja yang membawanya. Aku ingin kembali ke markas," ujar Brian sambil mengambil jaketnya.

"Dan aku akan menyuruh beberapa bodyguard untuk mengantar kalian.... Aku pergi," lanjut Brian yang diangguki oleh Kayla.

"Iya, hati-hati." Brian hanya menganggukkan kepalanya lalu meninggalkan Kayla di kamar tamu.

"Aldo..." panggil Brian pada bodyguard yang menjaga pintu depan.

"Iya, Tuan!" jawab Aldo.

"Antar Kayla ke rumah sakit, pastikan mereka sampai dengan selamat. Dan tolong jaga Queen sampai Gavin tiba di sana,” ujar Brian.

"Baik, Tuan!" jawab Aldo sambil membungkuk hormat saat Brian berjalan menuju mobilnya.

Di jalan, mobil Brian melaju dengan kecepatan sedang. Sedangkan dari kejauhan, sebuah mobil sedang mengikuti mobil Brian dari belakang.

"Ikuti mobil itu, jangan sampai kita kehilangan jejaknya!" perintah seorang laki-laki kepada anak buahnya yang sedang mengemudi mobil.

"Baik, Tuan!" jawabnya.

"AARGGHH" Gavin kembali menusuk mata kiri Agram

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"AARGGHH" Gavin kembali menusuk mata kiri Agram. Baju Gavin penuh dengan noda darah milik Agram...

"Ini balasan karena anak sialanmu itu sudah berani melukai adik ku!"

"AARRGHH! KENAPA KAU MEMBALASNYA PADA KAMI! SIALAN!" Teriaknya kesakitan saat perutnya ditusuk oleh Gavin.

Gavin tersenyum mengejek kearah Argam, Gavin kembali menusuk mata sebelah kanan pria tua itu.

"AARGGHH!" teriak Agram kesakitan..

"Karena anakmu sudah meninggal, tuan! Aku tidak ingin anakmu kesepian diatas sana maka aku akan mengirimmu kesana untuk menemani anakmu.." Agram terdiam tidak mungkin anaknya meninggal ditangan mereka dan juga Ia belum siap menyusul anaknya. Sedangkan istri dan anak perempuannya sudah pingsan karena tidak sanggup melihat penyiksaan ayahnya.

"Berikan gunting rumput itu!" Titah Gavin kepada anak buahnya.

Salah satu dari mereka berjalan mengambil gunting lalu memberikannya kepada Gavin. Setelah itu Ia kembali berdiri di samping temannya dan menyaksikan kembali aksi Gavin.

Tanpa aba aba Gavin langsung menusuk kaki kanan Agram dengan gunting itu, hingga tembus sampai telapak kakinya.

"ARGHHH! BUNUH SAJA AKU TUAN! ARGHHH! ARGHHH! AKU MOHON TUAN.." Agram benar-benar tersiksa, bahkan air matanya sudah berubah menjadi warna merah, sungguh dia benar-benar tersiksa.

Two Handsome Killers <On Going> Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang