Tiba-tiba mereka mendengar suara rintihan seseorang. "Ssttt, kepalaku!" rintih Queen, yang baru saja sadar dari tidurnya. Gavin yang mendengar itu pun langsung menghampiri Queen, begitu pula dengan Brian dan Alexander.
"Tunggu, aku akan memanggil dokter!" Gavin langsung menekan tombol yang ada di sebelah ranjang mereka. Tak lama kemudian, dokter datang dengan dua perawat. "Periksa dia dengan benar!" titah Gavin.
"Baik, Tuan Muda." Dokter Kayla langsung memeriksa keadaan Queen. Beberapa menit setelah pemeriksaan, terdengar lagi suara rintihan dari seseorang pemuda tampan.
"Ssttt." Rintihnya. Perlahan, kedua kelopak matanya terbuka. Hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit berwarna putih dan bau obat yang tidak disukainya.
"Tuan Muda." Brian dan Alexander segera menghampiri ranjang Alvarez.
Dokter Kayla langsung memeriksa keadaan Alvarez. "Begini, Tuan Muda, Tuan Alvarez dan Nona Queen tidak apa-apa. Rasa sakit yang mereka rasakan tadi hal yang wajar karena mereka baru saja siuman. Jadi, Anda tidak perlu khawatir," ucap Kayla panjang lebar.
"Apa kau serius tidak ada luka serius pada mereka?" tanya Gavin sekali lagi.
"Benar, Tuan Muda. Anda tidak perlu khawatir."
"Kalau begitu, saya permisi, Tuan-Tuan dan Nona." Dokter dan dua perawat itu langsung bergegas keluar.
"Aku haus," ucap Alvarez. Mendengar itu, Gavin langsung mengambil air minum yang ada di meja Queen untuk diberikan kepada adiknya, meskipun di meja Alvarez juga ada air minum.
"Cik, kenapa kau mengambil air orang lain?" tanya Brian dengan nada sedikit kesal.
"Mungkin air itu lebih dekat dari Tuan Muda," jawab Alexander, yang tidak didengar oleh Gavin. Gavin mengabaikan keduanya sambil meletakkan kembali gelas yang sudah habis di meja Alvarez.
"Apa kau juga haus?" tanya Gavin dengan nada datar pada Queen. Gadis itu menatap Gavin dan mengangguk malu-malu.
Gavin segera mengambil air minum untuk Queen dan menghampiri ranjangnya. Queen ingin memperbaiki posisinya menjadi duduk, tetapi ia kesulitan untuk bangun. Ia memandang Gavin dengan tatapan memohon, tetapi Gavin hanya diam saja, tanpa niatan untuk membantunya.
"Biar saya bantu Anda," ucap Alexander yang tidak tega melihat Queen kesulitan untuk bangun. Saat tangannya hendak menyentuh Queen, tiba-tiba Gavin meremas tangan Alexander dan menatap tajam ke arahnya.
"Menyentuh berarti siap kehilangan kedua tanganmu!" ucapnya dengan nada dingin sambil melepaskan tangan Alexander dengan kasar.
"Maafkan saya, Tuan Muda. Saya hanya bermaksud untuk membantunya!" Gavin diam, tidak berkata apa pun, lalu mendorong tubuh Alexander hingga terdorong ke belakang dan hampir saja terjatuh.
Gavin menyimpan air itu di atas meja Queen dan membantunya untuk bangun. Queen tertegun menyadari tindakannya.
"Aku tahu aku tampan, tapi jangan menatapku seperti itu terus menerus. Nanti matamu bisa perih," kata Gavin sambil menyodorkan air minum ke wajahnya.
Queen tersadar dari kagumnya, menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum malu. "Minumlah." Queen mengambil air itu lalu meminumnya sedikit. Setelah selesai, ia kembali memberikan gelas tersebut kepada Gavin.
"Terima kasih."
"Hm!"
"Kak," panggil Alvarez, membuat Gavin menoleh ke arahnya. "Ada apa?"
"Aku ingin berjalan keluar di taman, apa boleh?"
"Tidak boleh!" tegas Gavin dengan wajah datarnya.
"Ayolah kak, aku bosan," ucapnya sambil mengayunkan tangan Gavin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Handsome Killers <On Going>
Action⚠️Perhatian ini bukan cerita BL‼️Cerita ini normal ‼️Hanya di cerita ini nama Xavier nama cewek bukan cowok‼️ --- Di balik kegelapan malam, dua saudara, Gavin dan Alvarez, menjelajahi jalan-jalan kota dengan niat tersembunyi di hati mereka. Alvarez...