3. Bosan

489 211 237
                                    

Tak terasa sudah dua jam Alvarez berkeliling di taman rumahnya menggunakan sepeda listrik. Hingga akhirnya, ia memilih untuk masuk karena perutnya sudah meminta makan sejak tadi. Setelah meletakkan sepedanya di tempat penyimpanan khusus, Alvarez cepat-cepat masuk ke dalam rumah dan menuju dapur.

"Bibi, aku lapar. Tolong buatkan aku makanan seperti biasa," ucapnya sambil membuka kulkas dan mengambil susu untuk diminum.

Bibi yang sedang memasak menoleh ke arah Alvarez. Ternyata baju yang dikenakan Alvarez sedikit basah karena berkeringat setelah berkeliling tadi.

Bibi tersenyum dan mengangguk. "Baik nak."

Melihat keringat yang terus mengalir dari kening Alvarez, bibi segera mengambil tisu dari atas lemari pendingin dan menyeka keringatnya.

"Lihat, kamu berkeringat sekali. Sebaiknya kamu mandi dulu baru makan," ucapnya sambil mengusap lembut kepala Alvarez.

Alvarez tersenyum manis dan mengangguk mengiyakan. "Aku menyayangimu, bibi," ucapnya tulus.

Alvarez berjalan menaiki tangga menuju kamar mandi. Dua puluh menit berlalu, Alvarez selesai mandi dan berpakaian. Ia keluar dari kamarnya menuju ruang makan.

"Bibi, apakah makanannya sudah siap?"

"Iya nak, makanan sudah siap. Silakan duduk." Alvarez mengangguk lalu duduk di kursi yang biasa ia duduki.

"Wow," ia terkesima melihat semua makanan di meja makan.

"Makanlah makanannya, nak. Keburu dingin nanti makanannya."

"Ya, bibi. Umm..., bibi makan bersamaku ya? tidak ada kata penolakan!"

"Baiklah," bibi menjawab pasrah.

Mereka makan dengan tenang, hanya ada suara dentingan sendok yang menemani suasana di ruangan itu. Setelah makan, Alvarez kemudian beranjak dari tempat duduknya, meninggalkan sang bibi yang melanjutkan tugasnya sebagai pembantu.

Alvarez pun segera pergi, tak peduli jika ia dilarang, ia hanya ingin berjalan-jalan di luar, tentu saja dengan bodyguard sang kakak yang sudah ditugaskan untuk menjaganya.

Bodyguard yang selalu ada buat Alvarez, meskipun Alvarez tidak suka karena ia merasa tidak bebas melakukan apapun. Panggil saja Brian bodyguard kepercayaan tuan Gavin sekaligus sepupu mereka.

Info : Brian Alderick adalah sepupu Gavin dan Alvarez sekaligus sahabat Rey Abrisam Samotinus. Asisten di perusahaan sekaligus orang kepercayaan Kevin Dylan Zhaiko. Memiliki kemampuan di bidang IT, juga sangat hebat dalam beladiri. Brian memiliki wajah yang tampan dengan senyuman manis dan alis yang sedikit tebal. Siapapun yang melihatnya akan terpanah dengan pesonanya.

Alvarez mengambil jaket dan masker kemudian memakainya, lalu berjalan ke arah pintu. Langkahnya terhenti ketika salah satu bodyguard Gavin menghadangnya.

"Menyingkir dari hadapanku!" usir Alvarez dengan tegas.

"Maaf, tuan, tapi Anda tidak diperbolehkan pergi ke mana pun."

"Sial! Aku hanya ingin berjalan-jalan di luar."

"Maaf, tetap tidak boleh, tuan."

"Kalian mau aku hajar, hah!" teriak Alvarez marah.

"Maafkan kami, tuan, tapi tu-"

"Terserah! Aku tetap ingin pergi!"

"Maaf, tuan. Saya akan mengadukan Anda kepada Tuan Gavin jika Anda masih bersikeras untuk keluar."

"Brian!" panggilnya dingin kepada Brian yang masih setia berdiri di belakangnya.

"I-iya, Al?" jawab Brian gugup.

Two Handsome Killers <On Going> Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang