Penerbangan dari rumahnya ke tempat tujuan memakan waktu beberapa menit. Zyva duduk di area dekat jendela, memandang kumpulan awan dari ketinggian itu. Helikopter Zyva akhirnya sampai di tempat tujuan. Zyva sedang melihat situasi menggunakan teropong dari arah jendela, melihat puluhan pria berbadan kekar menjaga area luar rumah sakit dengan senjata di tangan.
"Turunkan aku di atas sana," ucapnya pada seorang wanita yang mengemudikan helikopter.
"Baik!" jawab wanita itu. Helikopter tersebut sudah berada di atas atap rumah sakit, dan Zyva menurunkan tali tebal. Dengan tangan bersarung, dia memegang tali tanpa menggunakan kakinya dan meluncur ke bawah.
"Bertahanlah, Queen," bisiknya. Zyva mulai menuruni atap rumah sakit dengan tali yang diikat pada pinggangnya. Tangannya kuat memegang tali tersebut.
Setelah berada tepat di jendela lantai dua, Zyva mengayunkan tubuhnya dan segera melepaskan ikatan tali dari pinggangnya.
HAAP!
Sekali lompatan, Zyva berhasil mendarat di jendela rumah sakit itu. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah kekacauan. Banyak bekas tembakan di dinding, pecahan kaca di mana-mana, bahkan buah-buahan berserakan.
Sorot mata Zyva melotot tajam saat melihat sahabatnya terkepung. Dia langsung meloncat ke dalam ruangan.
"Queen, tangkap!" teriak Zyva sambil melempar pistol milik sahabatnya. Queen menangkapnya dengan sempurna dan tersenyum.
"Aish, aku menyuruhmu hanya membawa pistol, bukan membantu! Cepat pergilah dari sini!"
"Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu mati begitu saja!" bantah Zyva dengan nada lantang. Dia langsung berlari ke arah Queen, menembak satu per satu musuh sambil berguling menghindari tembakan.
Queen yang melihat itu terharu. "Terima kasih, karena kau selalu ada untukku!"
Kini Zyva sudah berada di belakang punggung Queen. Mereka berdua saling melekatkan punggung, lalu menembak bersama, berputar ke kanan dan ke kiri menembak musuh yang menghampiri. Semua pengawal itu langsung tewas di tangan mereka.
Queen menjatuhkan tubuhnya ke lantai, gadis itu sangat kewalahan dengan banyaknya keringat yang mengalir dari dahinya.
"Ayo pergi dari tempat ini. Di sini sangat berbahaya untukmu, di luar juga masih banyak musuh," ucap Zyva sambil berjongkok menyamakan tingginya dengan Queen.
"Itu bukan musuh, tapi pengawal Gavin," jawab Queen.
Mata Zyva melotot tak percaya. "Bagaimana bisa dia tega melukaimu? Bukannya kalian bersahabat, lalu apa ini..."
Queen langsung meletakkan jari telunjuknya pada bibir Zyva, mengisyaratkan untuk diam.
"Ssstt, justru karena aku mencintainya, aku harus melawan mereka semua dan membuktikan aku pantas menjadi pendamping Gavin."
"Aish, persahabatan mereka benar-benar gila," batin Zyva.
"Pergilah, Zyva, dan jangan ikut campur lagi, paham?" Queen kemudian berdiri dan merapikan pakaiannya, tak lupa mengambil pistol.
"Tapi keadaanmu tidak memungkinkan untuk bisa melawan mereka semua," balas Zyva.
"Kau meremehkan kemampuanku, Zyva?" Queen menatapnya tajam.
"Tidak! bukan begitu maksudku, Queen."
"Sudahlah, lebih baik kau pergi dari sini!"
"Baiklah, aku akan pergi. Jaga dirimu baik-baik, jangan sampai tewas di tangan mereka!" ucap Zyva dengan tegas. Queen hanya mengangguk. Kemudian, Zyva pergi meninggalkan Queen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Handsome Killers <On Going>
Action⚠️Perhatian ini bukan cerita BL‼️Cerita ini normal ‼️Hanya di cerita ini nama Xavier nama cewek bukan cowok‼️ --- Di balik kegelapan malam, dua saudara, Gavin dan Alvarez, menjelajahi jalan-jalan kota dengan niat tersembunyi di hati mereka. Alvarez...