07

510 33 1
                                    

Lapangan indoor sedang ramai dan penuh karena ada pertandingan basket. Hanya pertandingan biasa sesama kelas, ada juga yang beda beda kelas.

Ini hanya untuk kesenangan saat berolahraga bukan event atau pertandingan yang besar.

Veya menatap Zen dan Gevas yang bermain bola basket. Mereka tampak keren dan sangat sexy saat berkeringat.

"AAAA! KEREN BANGET LO BERDUA!"

"GEVAS" AYO JADI AYANG GUE!"

"ZEN! LO GANTENG BANGET!"

"AYO KITA NIKAH GEVAS!"

"SEXY BANGET LO ZEN!"

"NIKAHIN GUE DONG GEV!"

"ANAK KITA DI RUMAH KANGEN SAMA PAPANYA, ZEN!"

Pecah sudah lapangan ini akibat suara teriakan ricuh dari para perempuan yang menonton.

Pesona yang di keluarkan oleh dua pemuda famous ini menguar ke semua penjuru lapangan.

Situasi makin tidak kondusif saat Gevas menaikan jerseynya untuk mengelap keringat di dahinya. Tak tinggal diam, Zen juga membuka jerseynya dan menggantungnya di bahu.

Teriakan makin terdengar nyaring dan berisik. Veya menutup kedua telinganya untuk mengurangi suara yang tidak patut untuk di dengar itu.

"Anak alay pada caper" Veya menoleh ke samping dan terkekeh.

"Gak nge-fans juga lo sama mereka?"

"Najis, masih ada Bibo yang harus gue perjuangin"

"Siap, si paling bucin mah beda"

Mereka berdua tertawa bersama. Veya sedang berbicara dengan Ale, Marisa Kaley Youve. Dia baru saja menjadi teman Veya saat tak sengaja bertemu di kantin tadi. Ternyata Ale juga teman kelasnya,

Veya terlalu sibuk memikirkan alur sampai tak menyadari dia tidak punya teman dan selain Inti Arxe. Dia juga sebelumnya tidak tahu kalau Ale teman kelasnya jika Ale tidak memberitahu.

"Lo sendiri?" Ale balik bertanya.

"Gue?" Veya berdeham sebentar lalu melanjutkan ucapannya. "Sorry, nggak minat"

"Halah. Di sodorin roti sobek aja lo mau, pake begayaan sok nolak" Veya lantas tertawa mendengar ucapan Ale, itu sih sangat benar.

"Ikut ekskul apa? gue ikut basket"

"Serius lo? keren amat pake ikut ekskul basket segala. Gue kira lo cewek yang feminim terus lemah lembut"

"Cih. Jangan lo bilang semua yang lo ucapin tadi karena liat rambut gue yang di kuncir dua" ujar Ale sembari memegang kunciran rambutnya.

"Tau aja lo" Ale mendengus dan memberikan ekspresi julid kepada Veya.

"Gue ikut basket biar bisa liat ayang tiap hari"

Veya tertawa sambil menutup mulutnya, tangannya tak tinggal diam. Dia menepuk kencang bahu Ale berkali-kali. Kebiasaan memang!

"Gila nih orang" Ale semakin menampilkan ekspresi kesalnya.

"Gue pmr. Keren gak tuh?" Veya menyudahi tawanya.

"Paling juga cuma buat caper kan lo" tuduh Ale.

"Enak aja, gue tuh emang suka jadi pmr ya anjing! lo pikir gue cewek apaan?"

"Haha. Santai aja sis, ketuanya si Zen lo tau?"

"Hah? yang bener lo. Masa cowok spek Zen jadi Ketua PMR juga?"

"Elah, gue serius ege!. Beneran gak bohong"

Veya kaget sekaget kagetnya, dia tidak pernah mendengarkan jika Zen adalah Ketua PMR. Berarti jika dia mengikuti ekskul itu, Veya akan bertemu dengan Zen terus dong?

Figuran Numpang LewatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang