Flashback on.
Tama gelisah, keluar dari lift, berlari tergesa-gesa di lorong apartemen, ketika sampai didepan rumah bernomor 0118 ia langsung menekan kunci lalu masuk.
"Ari?"
"Ariana? Sayang?" Teriaknya lalu masuk ke dalam salah satu kamar.
Tepat diatas kasur ia menemukan Ariana yang tengah meringkuk dengan badan bergetar hebat dan isakan-isakan perempuan itu yang tertahan. Tama melotot dan langsung menghampiri, membangunkan Ariana, memeluk erat perempuan itu.
"Tamaaa!" Teriak Ariana pilu, tangisannya sudah tak dapat ia bendung, tangannya mencengkram kaos Tama dengan erat seakan meminta perlindungan.
Ariana terus bermimpi buruk, bahkan disaat yang seharusnya membuatnya beristirahat, namun ia harus terus berulang kali terbangun dengan air mata dan keringat dingin.
Tama meniup-niup wajah Ariana lembut, berharap perempuan didekapannya ini mendapat sedikit ketenangan. Tangannya menepuk-nepuk lengan Ariana, sedikit menggoyang-goyangkan badan perempuan itu seakan menimang. Ia tak berucap apapun, Tama lebih ingin Ariana tenang dan mendapatkan pikiran warasnya kembali.
Tangisan Ariana mereda, deru nafasnya mulai stabil. Tama mencium kening perempuan itu, mengusap wajah Ariana, menyeka sisa-sisa air mata di wajah cantik Ari. Dapat Tama lihat jelas wajah Ariana yang memerah begitu juga dengan matanya, Ariana hanya menatap kosong pada udara, namun perempuan itu tidak bisa melepas cengkraman tangannya pada kaos Tama.
"Maaf, maaf aku pulang terlambat, aku disini, ga akan ada yang bisa menyakitimu." Tama memeluk erat Ariana, memberikan perlindungan yang perempuan itu butuhkan.
Tama membaringkan Ariana kembali, menyelimutinya dan ia pun ikut berbaring dengan masih mendekap perempuan itu. Ariana bereaksi, memeluk tubuh Tama, menenggelamkan wajahnya dalam tengkuk sang kekasih.
;
Aku mencintaimu lebih dalam dari samudra, tak terbatas seperti langit dan galaksi. Tidak ada yang sebanding denganmu Tama.
;
Mataku terbuka.
Aku bermimpi mendapatkan semua yang aku mau.
Aku menoleh ke samping, Tama di sebelahku, masih tertidur dengan deru nafas yang teratur, masih memeluk tubuhku dengan erat seakan enggan melepaskan.
Kamu bilang, "Aku disini, ga akan ada yang bisa menyakitimu." Ya, aku sangat merasa aman sekarang.
Tanganku terulur menyentuh wajah kekasihku yang tampan ini. Entah berapa gadis yang akan membunuhku untuk merebut Tama dariku. Telunjukku menyentuh hidung Tama yang mancung, lalu jemariku turun ke bibirnya hingga aku terkejut ketika Tama membuka matanya dan langsung memandangku sembari tersenyum. Reflek aku menarik tanganku.
"Setiap pagi kamu selalu meraba-raba wajahku hmm, ada apa? Aku tau aku memang tampan." Laki-laki ini menggodaku, tangannya terulur menyentuh tanganku yang tadi menyentuh wajahnya. "Jangan menjahiliku," pintaku lirih, wajahku maju, bibirku menyentuh bibirnya.
"Selamat pagi sayang," ucapku yang membuat Tama tersenyum.
"Mari menikah," ujar Tama tiba-tiba.
Mataku melotot, terkejut, sangat terkejut.
"Jangan bercanda dipagi hari," ujarku berusaha tenang. "Aku ga bercanda, aku ingin melihatmu seperti ini terus setiap hari dipagi hari."
"Kamu sudah melihatku seperti ini terus setiap hari dipagi hari ya, jangan bercanda," aku melepaskan tangan Tama yang melingkar di tubuhku. "Hmmm kamu menyebalkan, bilang iya apa susahnya sih," Tama memelukku lagi dari belakang, merengek tidak jelas di leherku.
Ia pikir hal semacam ini mudah untuk kita? Menikah dengan Tama adalah hal yang selama ini tak pernah berani diriku bayangkan. Bagaimana posisi kami saat ini adalah kemustahilan.
"Ngga mau!" Tolakku.
"Mengapa? Kamu udah engga mencintaiku? Aku kurang tampan?" Lirih Tama dibawah telingaku membuatku merinding. "Hentikan omong kosongmu Tama!" Kesal ku, ada apa dengan Tama pagi ini?
"Ari," bisik Tama ditelingaku membuatku bergidik geli.
"A-apa?"
"Ayo pergi," bisiknya lagi, "Pergi kemana?" Aku berusaha memberontak, namun Tama benar-benar tak membiarkanku bergerak.
"Pergi melampaui batas,"
;
"Tama hentikan! Rambutmu basah mengenai rambutku yang sudah kering. Udah jam 10, aku akan terlambat kalau kamu terus menggangguku bersiap-siap." Ariana menggeliat berharap pelukan dari laki-laki dibelakangnya ini dapat terlepas.
"Untuk apa bekerja? Kamu udah kaya," lirih Tama dibawah telinga Ariana. "Meskipun begitu, aku tetap ingin bekerja, lepaskan aku! Apa kamu ga ada jadwal hari ini hmm?"
"Ada," jawab Tama singkat lalu mengecup leher Ariana, laki-laki itu dengan terpaksa melepaskan pelukannya.
Ariana menghela nafas kemudian kembali mengoleskan lipstik pada bibirnya. "Pakai bajumu, jangan memandangku terus," cicit perempuan itu menatap Tama yang masih hanya mengenakan handuk dari pantulan cermin didepannya. "Bagaimana? Aku sehabis mandi sexy kan?" Tama tersenyum menggoda Ariana. "Dasar mesum, hus husss!" Dengus perempuan itu sembari mengibaskan tangannya.
Tama lelah menggoda Ariana, ia pun memilih segera mengenakan busana nya dan Ariana akhirnya bermake-up dengan tenang dan tentram tak diganggu Tama lagi.
"Kamu mau sarapan apa?" Tanya Ariana menghampiri Tama yang duduk dipinggir kasur sembari memainkan ponsel. "Kamu," Tama tersenyum sembari melirik kekasihnya itu. "Seriusss!" Kesal Ariana memukul pelan lengan Tama.
"Hahahaha," Tama meraih tangan Ariana lalu mengecupnya. "I love you," lirihnya menatap perempuan didepannya dengan teduh, tak tahu rasanya saat ini Tama tak ingin jauh-jauh dari Ariana, sudah sedaritadi dia merecoki perempuan itu agar tak pergi.
"Aku pergi ya sayang, kamu sarapan sendiri aja, Felix udah di basement aku ga mau dia nunggu lama. Dadah, i love you to, semoga harimu menyenangkan." Ariana mendekat, mengecup bibir Tama sekilas lalu berdiri berjalan menuju pintu keluar kamar.
Tama hanya diam, memandang punggung Ariana yang mulai menjauh lalu menghilang.
Laki-laki itu menghela nafas, lalu melihat kasur disebelahnya yang kosong. Ia teringat dengan ucapan Ariana semalam.
"Tama, aku bermimpi kamu meninggalkanku bersama Marcella. Kamu mengatakan padaku bahwa sebenarnya yang kamu inginkan adalah dia, dia yang kamu cintai, bukan aku."
"Apakah kamu bermain-main denganku Tama? Apakah kamu benar akan lebih memilih masalalumu? Katakan padaku bahwa aku yang kamu cintai, bukan hanya tentang melanjutkan hidup seperti yang mereka bilang. Ungkapan cinta habis di masalalu itu tidak benar bukan Tama? Aku yang kamu cintai kan?"
Tama menyadari kekhawatiran yang terpancar diwajah Ariana. Ariana takut Tama akan meninggalkannya. Itulah mengapa tadi Tama begitu gelisah ketika Ariana akan pergi. Ajakan menikah dari Tama tadi juga bukanlah sebuah candaan, Tama ingin memberikan rasa aman pada Ariana.
Laki-laki itu beranjak dari kasur, membuka gorden kamar, pemandangan kota sudah cerah. Tama dapat melihat mobil Felix melaju keluar dari wilayah gedung apartemen.
"Ariana," lirih Tama.
Flashback off.
;
KAMU SEDANG MEMBACA
T
Romance- Setiap kali aku menutup mata, itu seperti surga yang gelap. Tidak ada yang sebanding denganmu. - Mulai: Sabtu, 30 September 2023 Selesai: - Oleh: Brelianna