16

0 0 0
                                    

Plakk! Plak!

Jordi berkali-kali mena-mpar bawahannya. Wajahnya merah, dia sangat marah. "Dasar bod-oh! Kenapa kalian tidak teliti?"

"Ma--maafkan kami Tuan Jordi, baju yang dia gunakan sama dengan wanita dalam foto yang Tuan berikan kepada kami."

Bugh!

Jordi kembali mem-ukul pria didepannya. Dia sangat murka. Orang-orangnya malah menc-ulik cucu Tuan James. Sebenarnya Jordi tidak takut, hanya saja orang-orang Tuan James sangat banyak. Dan dia termasuk orang yang disegani di kota itu.

Evelyn menatap tajam laki-laki didepannya. Mulutnya disum-pal kain, kaki dan tangannya terik-at. Dia duduk tak berdaya. Tenaganya habis karena mencoba melepaskan ik-atan ditangannya. Dia berharap Frans segera menemukannya.

"Tapi ada untungnya juga kalian membawa dia." Jordi tertawa miring. "Aku penasaran, apa yang akan dilakukan Frans jika kekasihnya ini aku sentuh sedikit saja." Jordi menyentuh dagu Evelyn. Gadis itu membuang muka dan menghindar.

Jordi berjongkok lalu membuka kain yang menyumpal mulut Evelyn. Dia kembali tersenyum. Dan matanya menunjukkan sesuatu yang berbeda. "Kau cantik juga. Heh, beruntung sekali jika Frans mendapatkan mu."

"Sebenarnya apa tujuanmu menc-ulik ku? Bukan, tapi menc-ulik Emma."

"Kau to the points sekali, ya? Tapi aku suka dengan gadis seperti itu."

Jordi bangkit dia duduk di sebuah kursi. Tangannya memegang sebuah rokok. Seorang laki-laki mendekati Jordi, sambil menunduk menyalakan rokok itu.

"Tanda tangan gadis itu akan membuatku lebih kaya lagi?"

"Maksudmu?" Evelyn tidak mengerti.

"Aku akan mendapatkan tanah itu. Semuanya milikku."

Krucuk!

Perut Evelyn berbunyi. Dia ingat belum makan malam. Dia terlalu senang akan bertemu Dinda di asrama hingga melupakan makan malamnya.

"Ck! Beri dia makan!" Jordi bangkit dan meninggalkan ruangan itu.

Seorang pria datang membawa sekotak pizza lalu meletakkannya di dekat Evelyn. "Bagaimana aku bisa makan jika tanganku masih terikat?"

Pria itu segera membuka ikatan ditangan Evelyn. Gadis itu membuka kotak pizza dengan mata berbinar. Lalu memakan pizza itu dengan lahap.

"Hiks--aku masih lapar--" Evelyn memegangi perutnya.

"Apa? Kau bahkan sudah menghabiskan 1 kotak pizza itu sendiri. Kau ini anak orang kaya kan, apa orang tua mu tidak pernah memberimu makan?"

Dua orang pria yang sedang bermain catur tidak jauh dari Evelyn tertawa sambil menggelengkan kepalanya. "Kau ini sedang diculik, nona. Apa kau tidak takut sedikitpun?"

Evelyn masih mengelus perutnya yang perih. Matanya melihat ada beberapa potong pizza di kursi tempat kedua pria itu bermain catur. Evelyn mendekatinya dan mengambil sepotong pizza lalu melahapnya.

"Dasar anak orang kaya tidak tahu malu!" Pria itu menyodorkan pizza agar dimakan Evelyn semua.

"Terimakasih, paman." Evelyn tersenyum lebar.

=============================

Frans berhenti di sebuah pom bensin untuk mengisi bahan bakar motornya. Dia memandangi bukit yang menjulang tinggi di depannya. Entah mengapa perasaannya ingin sekali pergi ke bukit itu.

Menurut orang-orang sekitar, ada sebuah villa di bukit itu. Mobil orang-orang Tuan James terparkir di sisi kiri pom bensin di depan kedai makanan. Mereka terlihat lelah, karena semalaman mereka sama sekali tidak tidur. Dan dihari kedua mereka juga belum makan.

Mobil orang-orang Dylan memilih melaju menuju bukit. "Jika kau menemukan sesuatu cepat hubungi aku," ucap Frans sebelum mereka meninggalkan pom bensin.

"Akhirnya kita makan juga. Tuan aku sudah memesankan makanan untukmu." Tom menyodorkan sepiring spaghetti untuk Frans.

Frans memandangi spaghetti itu. Pasti Evelyn akan memakannya dengan lahap, gadis itu suka sekali dengan spaghetti. Yah, walaupun apa saja jika itu makanan Evelyn tidak akan menolaknya.

"Apa rencana kita selanjutnya Tuan? Apakah nona berada di bukit itu?"

"Semoga saja. Dari dulu perasaanku tidak pernah salah jika berhubungan dengan Evelyn."

Ponsel Frans berdering. "Apa kau menemukannya?"

"Ada villa di sini, Tuan. Tidak terlalu besar. Tapi banyak sekali orang yang berjaga. Dan sepertinya--mobil Jordi terparkir di halaman villa itu."

Frans memasukkan ponselnya ke dalam saku. "Semua dengarkan, cepat habiskan makanan kalian! Mobil Jordi ada di villa itu." Tom dan rekannya segera menghabiskan makanan itu.

Mereka bergegas masuk ke dalam mobil mengikuti Frans yang melaju menggunakan motornya.

Setelah sampai, Frans menyembunyikan motornya di semak yang tidak jauh dari gerbang masuk ke villa. Tom dan rekan-rekannya keluar dari mobil. Mereka membawa pis-tol.

Ada 8 orang bawahan Tuan James ditambah Frans menjadi 9 orang. Frans membaginya menjadi 3 kelompok. 1 kelompok ke sisi barat, 1 kelompok ke sisi timur. Dan 1 kelompok lagi bersembunyi di semak-semak depan gerbang. Orang-orang suruhan Dylan ada 5 orang. Mereka bersembunyi di belakang dan memantau dari atas pohon.

Evelyn duduk di lantai sambil terkantuk-kantuk. Tangan dan kakinya kembali diikat. Tiga orang pria yang menjaganya masih asyik bermain catur. Mereka tidak sadar jika Frans sedang memperhatikannya di luar jendela.

"Tom, bagaimana di sana?"

"Sisi kanan aman, Tuan. Tapi di sisi tengah sepertinya Jordi berada."

"Kim, bagaimana denganmu?"

"Di depan sudah kami bereskan, Tuan. Kami menuju belakang dan ada yang memanjat ke atas bangunan."

Frans menyiapkan senja-tanya. Satu senap-an berada di tangannya dan dua pis-tol di samping pinggangnya.

Pyarrrr!

Frans menembak jendela lalu masuk ke dalamnya. Ketiga pria itu kaget hingga terjungkal kebelakang. Evelyn membelalakkan matanya.

Seorang pria tambun mencoba memu-kul Frans dengan batang kayu. Tapi tend-angan Frans membuatnya jatuh lalu pingsan.

Dua orang yang melihat temannya jatuh, mereka marah dan menye-rang Frans bersama-sama. Frans menyi-kut dan melem-par mereka. Kedua pria itu terlempar ke arah tumpukan kardus.

Frans segera membuka ikatan ditangan dan kaki Evelyn. "Kau tidak apa-apa?"

"Ya, aku baik-baik saja."

Frans menggandeng tangan Evelyn menuju pintu keluar. "Tunggu, Frans kakiku lemas sekali!"

Frans menggendong Evelyn dipunggungnya. Frans setengah berlari menuruni tangga. Sampai di depan sebuah ruangan terdengar suara tangisan dan minta tolong.

Kakek, Mengapa suamiku berbeda?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang