Tersentuh

4 0 0
                                    

Jeki dan Dinda mengendap-endap dibalik semak. Didepannya mansion keluarga Beverley berdiri kokoh. Jeki menatapnya takjub. Mansion itu tak kalah megah dengan mansion milik Evelyn. Biasanya dia hanya melihatnya di TV. Sekarang dia berada beberapa meter dari gerbangnya.

Penjagaannya sangat ketat. Didepan gerbang saja ada lima orang yang berjaga. Tapi pagar yang mengelilingi mansion itu berupa besi panjang. Jadi kondisi di dalam gerbang bisa terlihat dari sela-sela pagar besi itu.

Jeki dan Dinda sepakat untuk berpencar. Mereka menghitung jumlah penjaga di siang itu. Hawa panas tidak menghalangi mereka untuk membantu menyelamatkan Evelyn.

Dua puluh menit berlalu. Jeki dan Dinda kembali bertemu di belakang mansion. Ada jalan masuk kecil yang muat untuk satu orang.

"Hallo, Tuan Frans! Kami sudah menghitung penjaga di mansion ini. Di depan gerbang ada 5 orang. Disayap kiri ada sekitar 8 orang. Disayap kanan ada 10 orang. Dan di atap ada 6 orang. Di belakang mansion sama sekali tidak ada penjagaan."

"Kalian nekat sekali. Aku sudah mengirim orang-orang ku ke sana. Tapi sampai sekarang belum ada kabar dari mereka."

"Sst!" Dinda memberi kode agar mereka membungkuk dan bersembunyi di balik pintu.

Ada dua orang pelayan yang berbicara. Salah satu pelayan tampak kesal.

Setelah pelayan itu pergi, Jeki kembali menelpon Frans. "Hallo, Tuan!"

"Kami mendengar dari para pelayan jika Tuan dan nyonya Bavelery akan meninggalkan mansion pukul 2 siang. Dan akan kembali malam hari. Jadi kemungkinan Chris sendirian di mansion ini."

Jeki dan Dinda segera meninggalkan mansion itu. Frans menyuruh mereka untuk tidak terlibat terlalu jauh. Frans sangat berterima kasih kepada kedua sahabat Evelyn itu. Karena orang-orang suruhannya tidak bisa diharapkan. Dari tiga orang, hanya satu yang masih bertahan memantau mansion milik keluarga Bavelery.

===========================

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kau malah terlibat perseteruan kedua keluarga itu?" Dylan datang bersama beberapa asistennya.

"Aku sudah bilang padamu, bantulah aku di sini. Tapi sekarang kau bekerja dengan Tuan James, bagaimana bisa?"

"Aku ingin dekat dengan Evelyn. Aku ingin membayar semua kesalahanku di masa lalu." Frans memandangi kakaknya dengan tatapan memohon.

"Heh-" Dylan tertawa mengejek. "Baru sekarang kau sadar? Bertahun-tahun yang lalu kau masih pingsan?"

"Untung saja Tuan James tidak menjebloskanmu ke penjara karena telah menjahili cucu kesayangannya." Dylan menyilangkan kakinya. "Lalu aku harus apa?"

"Pinjami aku beberapa orang-orangmu dan juga--helikopter." Pinta Frans ragu.

Dylan menggelengkan kepalanya. Apakah adiknya mulai tertarik dengan gadis itu. Tapi Dylan sangat kesal adik satu-satunya itu malah bekerja di perusahaan Tuan James.

Dia kerepotan sekali mengurus perusahaan Aryares seorang diri. Karena Tuan Arya sekarang hanya menjadi penasehat perusahaan saja.

==========================

Evelyn melihat ke luar jendela. Kamar itu tidak memiliki balkon. Hanya ada jendela kaca. Sangat sulit jika dirinya mencoba kabur dari sana. Apalagi kamar itu berada di lantai 4.

Dibawahnya terdapat semak berduri yang lumayan luas. Dia berdecih kesal. Kamar yang bagus. Tapi dia terlihat seperti tahanan.

Apakah bisa memanjat ke atas? Tapi jika di atas terdapat penjaga? "Huh!" Dia mendengus. Otak yang biasanya mempunyai ribuan jurus melarikan diri dari orang-orang suruhan kakeknya, kini tak satupun muncul.

Pyarr!!

Suara jendela pecah. Evelyn kaget dan bersembunyi di bawah ranjang. Suara temba-kan juga terdengar setelahnya.

Evelyn mendengar ada suara helikopter mendekat. Dia berjalan perlahan mendekati jendela.

"Evelyn! Kau bisa lompat?" Frans berteriak dari dalam helikopter yang pintunya terbuka.

Evelyn melihat kebawah. Di bawah sudah penuh orang-orang yang sedang berke-lahi dan baku tem-bak. Evelyn naik ke atas jendela. Mencoba menggapai tangan Frans yang terulur kepadanya.

Evelyn berhasil menggenggam tangan Frans. Frans menarik tubuh Evelyn ke dalam helikopter.

Dorr!

Satu temba-kan menyerempet lengan kanannya. Darah mengalir ke pergelangan tangannya. Baju Evelyn juga terkena darah Frans.

Frans meringis menahan lukanya. Tangan kirinya masih erat memeluk tubuh Evelyn.

Gadis itu menatap Frans dengan cemas. Air mata menetes di kedua pipinya. Ada rasa aneh yang timbul dalam dirinya. Benarkah dia menangisi Frans yang terluka karena menyelamatkannya? Apakah Evelyn sudah bisa menerima Frans?

Blam!!

Suara keras terdengar saat helikopter menjauh dari mansion milik keluarga Beverley. Separuh dari mansion itu terbakar habis. Evelyn lebih merapatkan tubuhnya ke pelukan Frans.

==========================

Dylan membukakan pintu apartemennya. Di belakangnya seorang wanita cantik dengan pakaian dokter membantu Frans. Wanita itu menyuruh Frans duduk di sofa agar dia bisa mengobatinya.

Evelyn masih berdiri dengan mata yang sembab. Tangannya meremas celananya. "Hei, duduklah! Ini hanya luka kecil. Lihat, aku baik-baik saja!"

"Hua---" Evelyn menangis tersedu-sedu. Dia sangat khawatir dengan Frans. Laki-laki yang sangat dibencinya seumur hidupnya itu telah mengorbankan nyawanya untuk menolongnya.

Dulu dia bersumpah tidak akan pernah mau memaafkan Frans. Tapi kenyataannya berbeda. Evelyn mengusap matanya. Tetapi air mata itu masih saja keluar.

Frans memeluk gadis itu setelah tangan kanannya diperban. Dia mengelus rambut Evelyn. Evelyn balas memeluk Frans dan menangis di dadanya.

===========================

Evelyn keluar dari kamar mandi di rumah Dylan. Dia menggunakan kemeja hitam milik Frans. Baju Evelyn yang terkena darah sudah dibuang Frans.

"Hallo, Tuan James! Ya, Evelyn bersamaku. Dia aman sekarang. Besok aku akan mengantarnya pulang."

"Orang-orangku hanya terluka. Chris dan keluarganya sudah berada di tanganku tenang saja."

Frans menutup telepon lalu meletakkannya di atas nakas. "Tidurlah! Aku akan tidur di luar."

Evelyn menarik kaos Frans. "Jangan pergi!"

Frans tersenyum. "Baiklah aku akan menemanimu sampai kau tertidur."

Evelyn naik ke atas ranjang dan menarik selimut. Frans duduk disebelahnya lalu mematikan lampu.

Frans keluar dari kamar setelah Evelyn benar-benar tertidur.

Kakek, Mengapa suamiku berbeda?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang