Evelyn tiba di perusahaan Aryares. Tapi dia lupa tidak membawa uang untuk membayar taksi. "Tunggu sebentar, pak!"
Evelyn menghubungi Dylan tetapi tidak diangkat. Nomor Frans tidak aktif sejak pagi tadi. Sedangkan Emma sedang visit pasiennya.
"Permisi, bisakah saya bertemu dengan Tuan Dylan?"
Dua orang resepsionis memandanginya dari atas hingga bawah. "Apakah sudah membuat janji?"
"Belum." Evelyn melihat baju yang dipakainya. Dia memakai dress bermotif bunga-bunga selutut. Rambutnya dia kuncir kuda. Memangnya aneh?
"Maaf, anda harus membuat janji dulu nona. Tuan Dylan sangat sibuk."
"Tapi aku harus menemuinya. Ini penting!"
"Maaf, nona tidak bisa!"
Evelyn melihat sekeliling sambil memikirkan sebuah rencana. Sebelum masuk ke perusahaan ada mesin otomatis yang akan terbuka jika memiliki kartu akses.
Kebetulan ada seseorang yang mempunyai kartu akses masuk, Evelyn mengikutinya dengan berada sangat dekat di belakangnya.
Tet! Tet!
Mesin berbunyi nyaring sekali. Dua orang petugas keamanan memegangi tangannya dan menariknya menjauh. "Lepaskan aku! Aku hanya ingin bertemu dengan Dylan."
===========================
Seorang pria mendekati Dylan sambil berbisik. "Ada seorang gadis yang membuat keributan di bawah. Katanya kenal dengan anda."
"Mohon maaf, rapat ditunda 10 menit." Dylan meninggalkan ruang rapat dengan kesal. Siapa yang mengganggu rapat dengan kliennya yang sangat penting ini?
Dylan berlari saat tahu siapa yang membuat keributan. Seorang satpam tengah berbaring dan satunya lagi berusaha melawan seorang gadis.
"Berhenti!" Dylan menghampiri Evelyn. "Kau tidak apa-apa?"
"Mereka tidak mengijinkanku menemuimu. Aku hanya ingin meminjam uangmu untuk membayar sopir taksi." Wajah Evelyn memerah. Dia terengah-engah karena melawan dua orang petugas keamanan sendirian.
Dylan memberi isyarat kepada asistennya. Asistennya mengangguk lalu ke luar menghampiri sopir taksi yang menunggu lama.
"Kalian semua dengarkan! Dia adalah Evelyn. Cucu dari James Arthur pemilik Vettaya Company. Kalian tahu perusahaan Vettaya adalah rekan bisnis perusahaan kita sejak lama?" Dylan berbicara kepada orang-orang yang berada di lobby perusahaan.
Dylan menoleh kearah resepsionis. "Dan untuk kalian berdua, jika ada hal seperti ini lagi lebih baik kalian keluar dari perusahaan ini."
Kedua resepsionis itu ketakutan. Mereka mengangguk paham.
"Ayo, Evelyn! Kau bisa istirahat di ruangan ku. Aku sedang rapat dengan klien penting sekarang."
Dengan ragu Evelyn mengikuti Dylan dibelakangnya. Sebenarnya tujuannya ke sini adalah untuk bertanya dimana Frans berada.
"Silahkan, nona!" Seorang pria membuka pintu lalu mempersilakan Evelyn masuk. "Apa ada yang anda inginkan nona?"
"Aku haus. Aku ingin minuman dingin, bukan soda."
Pria itu mengangguk lalu melangkah keluar.
Evelyn duduk di sofa. Dia mengeluarkan ponsel dari tasnya mencoba menghubungi Frans. Masih tidak tersambung. Kemana laki-laki itu pergi? Kakeknya juga belum kembali padahal ini sudah lebih dari 3 hari.
Evelyn merasa sendirian. Baru kali ini dia merasakan kesepian. Seorang pria masuk sambil membawa beberapa botol dan kaleng minuman dingin. Evelyn mengambil minuman itu setelah mengucapkan terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakek, Mengapa suamiku berbeda?
RomanceEvelyn tidak menyangka harus bertemu kembali dengan orang yang sangat dibencinya Dan lebih parahnya lagi orang itu menjadi asisten pribadinya